Mencurigakan

"Tunggu di mobil! Gue harus nemuin Selina sama Yuna dulu." Frans memberikan kunci mobilnya pada Viona.

Aness dan Viona hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah playboy Frans. Di saat mau pulang saja masih sibuk mengurusi para kekasihnya.

Terpaksa Viona dan Aness pergi ke parkiran duluan. Mereka berjalan berbarengan menuju mobil Frans, karena hari ini Viona tidak membawa mobil. Sebab tadi pagi Heru yang bersikukuh ingin mengantarkannya. Sedangkan Aness, dia sedang dalam mode malas walaupun hanya sekadar menyetir dia tidak mau, makanya hari ini mobil Frans menjadi tumpangan mereka.

"Halo, Nona! Selamat siang!"

Aness dan Viona yang tadinya mau masuk mobil, mengurungkan niatnya saat mendengar suara sapaan. Mereka menoleh ke belakang berbarengan. Berdiri seorang laki-laki muda berjas rapi, tengah tersenyum kepada mereka.

"Apa Nona bisa ikut dengan saya sebentar?" ucap laki-laki itu pada Viona.

Viona meneliti laki-laki gagah itu dengan seksama. Dia tidak mengenalnya. Dan, kenapa orang ini malah mengajak Viona untuk ikut dengannya? "Maaf, Anda siapa, ya?"

"Nanti saya beritahu. Nona hanya perlu ikut saya sebentar!"

Viona dan Aness saling pandang. Laki-laki ini mencurigakan bahkan dia tidak mau menyebutkan namanya. Tentu saja Viona tidak akan mau ikut dengannya.

"Bagaimana, Nona? Bisakah Nona ikut saya sebentar?"

Viona menggeleng dengan cepat. "Saya tidak bisa. Anda ini siapa?"

Laki-laki itu tersenyum. "Saya Rio. Saya diperintah untuk mengajak Nona."

Dahi Viona mengkerut semakin dalam. Laki-laki itu bilang diperintah untuk mengajaknya. Berarti dia suruhan. Apa mungkin suruhan Heru untuk menjemput Viona? Karena tadi pagi Viona menolak dijemput oleh Heru ataupun Vino.

"Anda suruhan siapa? Apa Anda diperintah untuk menjemput saya?"

"Maaf, Nona. Saya tidak bisa menjelaskannya. Saya hanya suruhan. Bisakah Nona ikut dengan saya?" ucap Rio penuh harap. Dia sudah lelah mencari Viona dan saat sudah ditemukan, sulit mengajaknya untuk pergi.

Hhh! Gini amat jadi asisten tuan Marshal, batin Rio.

"Tidak bisa, Tuan. Saya tidak bisa ikut dengan Anda, maaf." Viona tersenyum dan langsung membalikkan badan. Membuka pintu mobil. Dia tidak bisa meladeni orang mencurigakan seperti Rio. Apalagi dia tidak mau menjelaskannya pada Viona.

Rio sudah panik. Dia langsung menghampiri Viona dan menahannya yang hendak masuk ke dalam mobil. Aness sudah duduk di dalam. "Maaf, Nona, jika saya lancang. Tapi saya hanya diperintah untuk mengantarkan Anda pulang."

Viona kembali memandang Rio dengan penuh telusur. "Anda suruhan siapa?" tanya Viona dengan tegas.

Rio jadi gugup. Dia tidak mungkin mengatakan suruhan Marshal. Viona mungkin tahu namanya saat membahas tawaran bersama Heru dan belum tentu Viona akan mau ikut dengannya. "Saya ... saya suruhan tuan Heru," ucap Rio dengan terpaksa.

Viona tidak mudah percaya begitu saja. Melirik Rio dengan penuh curiga. Jika Heru memerintah orang untuk menjemputnya, seharusnya Heru memberitahu Viona terlebih dahulu, bukan? Seperti biasanya. Tapi, kali ini tidak ada pemberitahuan dari ayahnya, membuat Viona heran sekaligus tidak percaya dengan Rio. "Apa benar papa saya yang menyuruh Anda menjemput saya?"

Rio terpaksa mengangguk. Sudah kepalang bohong dan sepertinya hanya dengan alasan ini dia bisa membujuk Viona. Dengan begitu, Viona pasti mau ikut dnegannya karena Viona tidak mungkin menolak perintah ayahnya.

"Jadi, Anda suruhan Papa saya?" Rio mengangguk dengan cepat. Hatinya senang, Viona pasti percaya dengan kebohongannya. "Sebentar, biar saya telepon Papa dulu."

Wajah Rio langsung pucat mendengarnya. Dia harus bagaimana sekarang? Bagaimana jika Viona benar-benar menelepon Heru dan menanyakannya? Bisa terbongkar kebohongan Rio.

"Em, Nona. Nona tidak usah menghubungi tuan Heru. Beliau ada di mobil menunggu Nona," ucap Rio dengan cepat menghentikan Viona yang sudah mengangkat ponselnya hendak menghubungi Heru.

Viona terdiam. Rio ini semakin membingungkan dan sangat mencurigakan. "Papa ke sini?"

Rio mengangguk dengan pucat. Kebohongannya semakin merembet. "Tuan sedang menunggu di mobil yang terparkir di luar kampus. Beliau menunggu Nona."

Iya, menunggu nona. Tapi tuan Marshal yang menunggu, bukan tuan Heru, lanjut batin Rio.

"Coba temuin dulu, gih! Siapa tahu emang om Heru yang jemput lo," ucap Aness dari dalam mobil. Dia dari tadi hanya diam saja melihat interaksi Viona dan Rio. Tapi, saat Rio menjelaskannya, Aness lumayan percaya karena tahu jika Heru sangat posesif pada Viona. Besar kemungkinan jika Rio memang diperintahkan untuk menjemput Viona.

Viona memandang Aness dan Rio bergantian. Ada sedikit keraguan dalam dirinya untuk mempercayai ucapan Rio. Karena jika Rio orang kepercayaan Heru, kenapa Viona tidak pernah melihatnya sama sekali?

Melihat Viona yang hanya terdiam, Rio mulai resah dan berdebar. Pertama, takut Viona tidak mau ikut dengannya dan Marshal akan murka karena dia tidak berhasil membawa Viona. Kedua, jika Viona mau ikut dengannya, sudah pasti kebohongan Rio akan terbongkar. Mau bagaimana lagi, Rio sudah kepepet, nanggung sudah mengatakan kebohongan. Jika tidak diteruskan, Viona sudah pasti tidak mau ikut dengannya.

Lama berpikir, Viona akhirnya mengikuti Rio untuk bertemu dengan Heru, katanya. Viona hanya diam saja selama mengikuti langkah Rio. Namun, dia tetap waspada. Viona baru bertemu dengan Rio dan tidak kecil kemungkinan jika Rio seorang penipu. Bagaimana jika dia malah di culik? Zaman sekarang tidak boleh lengah.

Sikap waspada harus selalu diterapkan karena kejahatan semakin merajalela. Apalagi sekarang banyak kejahatan dengan motif mengatasnamakan orang terdekat. Dan banyak juga yang suka mengaku-ngaku kenal padahal dia sok kenal dan akhirnya cepat bertindak dalam tindak kriminal.

"Lho, mobil Papa-nya mana?" tanya Viona pada Rio. Dia sudah mulai mengaktifkan sinyal kewaspadaannya. Di sekitaran gerbang kampus tidak ada mobil ayahnya yang dia temui. Dia tahu betul mobil-mobil ayahnya. Apa Rio berniat menipunya?

Rio mulai gelagapan. Wajahnya semakin Pucat saat Viona tidak hentinya menatap Rio dengan penuh selidik. Tatapan tajam gadis cantik itu membuat Rio kesusahan menelan ludah. "Itu, Tuan ada di mobil itu," tunjuk Rio pada mobil yang ditumpangi Marshal.

Viona memincingkan matanya melihat raut wajah Rio yang terlihat cemas. Dia semakin curiga. Viona alihkan pandangannya pada mobil yang ditunjuk Rio. Tanpa bicara, Viona mendekat pada mobil tersebut.

Viona langsung menatap tajam pada Rio saat Viona melihat ke dalam mobil. "Siapa dia?" Viona menunjuk jendela mobil yang sedikit terbuka, menampakkan sosok laki-laki tampan yang juga tengah melihatnya dari dalam sana.

Rio semakin pucat. Dia bingung menjelaskannya. "Dia … dia," ucapan Rio tidak bisa dilanjutkan saat Marshal membuka pintu mobil dan turun untuk menyapa Viona.

"Halo, Nona Pratama!" sapanya dengan ramah.

Viona mundur tiga langkah. Dia tersenyum pada Marshal walaupun dia tidak mengenalnya. Dia tidak berniat membalas sapaan Marshal dan malah kembali menatap tajam pada Rio. "Di mana Papa saya? Anda mau membohongi saya?" tanya Viona pada Rio yang terlihat cemas.

Marshal melirik Rio tidak paham. Apa yang Rio lakukan saat membujuk Viona, sampai Viona berkata seperti itu? "Rio?" panggil Marshal meminta penjelasan.

Rio malah nyengir, memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Ke mana tuan Heru, Tuan? Kenapa dia tidak ada di mobil? Bukankah tadi beliau bersama Anda?"

Alis Marshal terangkat mendengar ucapan Rio. Tapi dia tersenyum saat Rio mengisyaratkan dengan jari telunjuk yang terangkat di samping saku celananya. Hanya mereka berdua yang tahu isyarat itu. Dan Marshal paham jika Rio mengajaknya berbohong.

Viona memandang dua laki-laki tampan itu dengan bingung. Mereka sangat mencurigakan membuat Viona yakin jika dia telah dibohongi. "Siapa kalian sebenarnya?"

"Aku rekan bisnis ayahmu. Tadi beliau bersamaku untuk menjemputmu. Tapi, tiba-tiba beliau mendapat panggilan jika ada yang darurat di perusahaan. Makanya, beliau pergi duluan dan memintaku untuk menunggumu, Nona," ucap Marshal dengan tenang. Tidak lupa dia juga tersenyum.

"Benarkah?" Viona masih tidak percaya. Dia memandang Marshal dengan tajam. Apa benar yang dikatakan Marshal ini? Dia tetap harus waspada. "Memangnya papa ada urusan apa sampai tidak menunggu saya dulu, Tuan? Dan, memangnya papa pergi pakai mobil siapa, bukankah tadi kalian satu mobil?"

Nah loh, nona Viona ini terlalu cerdas untuk dibohongi. Kenapa dia tidak percaya juga, batin Rio.

"Ayahmu banyak urusan di kantor. Perusahaannya yang semakin krisis membuanya harus banyak waktu untuk menyelesaikan berbagai masalah. Tadi sekretarisnya mengabarkan jika perusahaan semakin kolaps dan harus segera ditangani langsung oleh Heru. Jadi, dia pergi naik taksi," jelas Marshal.

Viona hanya terdiam. Dia juga tahu jika ayahnya memang sedang sibuk dan memang sepertinya ucapan Marshal jujur. Apa yang Marshal katakan masuk akal. Heru pasti dapat kabar darurat yang mengharuskannya untuk pergi duluan. Tapi, kenapa harus Marshal? Tidak meminta sopir yang di rumah saja untuk menjemputnya?

"Sudah, ayo masuk! Aku akan mengantarkan kamu pulang." Marshal menarik Viona untuk masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya.

Viona menurut dengan terpaksa. Tapi dia juga tetap waspada. Takutnya Marshal memang sedang memperdayakannya.

"Maaf, Tuan. Nama Tuan siapa?" tanya Viona pada Marshal.

Mobil sudah melaju dengan kecepatan sedang dikemudikan oleh Rio yang fokus menyetir dalam diam.

Marshal menoleh pada Viona. "Kamu tidak mengenalku?"

Viona menggeleng. Dia memang tidak mengenal laki-laki yang sedang duduk bersamanya ini. Dan baru pertama kali bertemu juga. Tapi, rasa-rasanya dia tidak asing dengan wajah laki-laki tampan ini. Itu wajar saja. Mungkin karena dia rekan bisnis Heru, jadi Viona pernah melihatnya bersama Heru, pikir Viona.

Marshal membuang pandangan ke arah depan. Dia kecewa karena Viona ternyata tidak mengenalnya. "Apa ayahmu tidak pernah membicarakan aku?"

Viona malah tersenyum geli. "Membicarakan apa, Tuan? Saya saja tidak tahu nama Anda."

Hhh! Benar juga, batin Marshal.

Terpopuler

Comments

Michelle Avantica

Michelle Avantica

aiiih kepedean amat si Marshal 🤦emang situ artis dikenal banyak orang 😂😂

2021-02-07

2

Dewi Dewisya

Dewi Dewisya

jangan kebanyakan ceritanya thor, yg penting percakapannya, tapi ttep semangat ya thor 🙏

2021-01-14

3

👑

👑

jejak like

2020-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 Tawaran
2 Aku harus bagaimana?
3 Apa aku harus menyetujuinya?
4 Penolakan
5 Menemui Putri Pratama
6 Mencurigakan
7 Makan siang
8 Penawaran kembali
9 Aku tidak bisa bersabar lagi.
10 Viona menyetujuinya?
11 Tidak mendapat jawaban
12 Menyampaikan keputusan
13 Menyetujui
14 Setelah Persetujuan
15 Mulai Tercekat
16 Siapa laki-laki itu?
17 Baru Calon Istri
18 Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19 Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20 Ta'aruf
21 Minggu depan?
22 Saya meminta keadilan, boleh?
23 Bertemu Calon Mertua
24 Nikah
25 Ritsleting
26 Dia punya kekasih
27 Pikiran Konyol Nona
28 Menapaki Rumah Marshal
29 Begadang
30 Tidak percaya
31 Hanya Pelayan
32 Terlambat bangun
33 Bulan Madu?
34 Amanda?
35 Tidak marah
36 Kuli Panggul Macho
37 Guling Bernyawa
38 Tugas baru
39 Kondisi Sendi
40 Berkunjung
41 Cucu
42 Masih ada harapan
43 Terjebak sandiwara
44 Rahasia
45 Bosan
46 Ceraikan Dia
47 Diantar Pulang
48 Alasan
49 Istriku, bukan pelayan
50 Kekasih suamiku
51 Bukan saya, sungguh!
52 Itu ... Sendi?
53 Bendera Perang
54 Akan Kutunggu Jandamu!
55 Saya mencintainya, Tuan.
56 Bukan balas dendam
57 Lunch Box
58 Senang diperhatikan
59 Kesal
60 Maaf
61 Info!
62 Izin
63 Membujuk
64 Miskin
65 Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66 Petuah
67 Hey, there! This your collections.
68 Status dan Cinta itu berbeda
69 Tidak mengerti
70 Tamparan
71 Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72 Negosiasi
73 Perdebatan
74 Akibat mata rabun
75 Kembali tunduk
76 Berkenalan dengan Zean
77 Terlalu Rumit
78 Jatuh Cinta
79 Kejadian Tidak Senonoh
80 Zahra
81 Ditinggal ke luar kota
82 Check in Hotel
83 Bertemu Sendi
84 Patah Hati
85 Memuakkan!
86 Ketahuan
87 Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88 Kacau
89 Kemarahan Kembali
90 Alasan Kebencian
91 Tanpa Sepengetahuan Marshal
92 Bersiap Mengakhiri Hubungan
93 Membujuk Michelle
94 Menginginkan perceraian?
95 Luapan Perasaan
96 Ke Persidangan?
97 Benar-benar pergi
98 Kenapa?
99 Mungkin kembali akan jadi solusi
100 Visual
101 Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102 Hanya satu bulan
103 Peluklah sesuka hati Tuan.
104 Kecelakaan
105 Kabar Mengejutkan
106 Tidak Berarti Apapun
107 Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108 Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109 Cinta atau Obsesi?
110 Mengalah
111 Istri Keras Kepala
112 Menjenguk Sendi
113 Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114 Ruyam
115 Uji Coba?
116 Ternyata Hanya Obsesi
117 Menghindari untuk Memulai kembali
118 Awal Baru
119 Ratu dan Lebah Jantan
120 Takdir
121 Bertemu Lagi Dengannya
122 Harus Melupakan!
123 Khawatir
124 Aku Mencintaimu, Zahra.
125 Isi Dompet
126 Koleksi?
127 Cinta Pertama
128 Kamu Cinta Terakhirku
129 Selir?
130 Berapa istrimu sebenarnya?
131 Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132 Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133 Pacaran Setelah Menikah
134 Keuntungan Berinvestasi
135 Suamiku Tampan
136 Undangan
137 Tidak Akan Memaksa
138 Dilabrak
139 Tidak Menyangka
140 Yang Sebenarnya ...
141 Berusaha Tegas Menghadapi
142 Manda, berhenti mengatainya!
143 Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144 Aku Mau Kamu
145 Minta dihamili?
146 Apa yang terjadi?
147 Amanda Bunuh Diri
148 Manda, Bertahanlah!
149 Menyinggung
150 Masalah Kesiapan
151 Ditinggal Lagi
152 Rahma Menangis
153 Melepaskan
154 Konsultasi
155 Manja
156 Hadiah
157 Honeymoon?
158 Viona Cemburu?
159 di Belakang Marshal
160 Membujuk Marshal Yang Sakit
161 Mau Makan Karena Ciuman
162 Bisikkan Michelle
163 Dia Tersinggung
164 Ingin Pulang
165 Sebuah Pengkhianatan
166 Membunuh Rio
167 Ada Apa Ini?
168 Rencana Berhasil
169 Dipermainkan
170 Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171 Tibalah Saatnya
172 Keberhasilan
173 Kekesalan Viona
174 Kesal Berlanjut
175 Bukan begitu, Sayang.
176 Aku Makin Sayang Sama Kamu
177 Bersyukur Jadi Istri Marshal
178 Cukup Marshal Saja!
179 LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180 Kepanikan
181 Kecemasan
182 Ukiran Nama di Cincin Nikah
183 Penyebab Kebakaran
184 Gelisah
185 Pulang
186 Nyonya Pejabat
187 Malu
188 Orang suruhan nona Amanda
189 Viona Cemburu
190 Marshal Kecelakaan
191 Kekejaman Marshal
192 Penangkapan Amanda
193 Demi Kamu
194 Buronan
195 Dilema Lagi
196 Balik Lagi
197 Amanda Telah Dipenjara
198 Marshal Berbeda
199 Masalah Kecebong
200 Marshal Ingin Punya Anak
201 Membujuk Viona
202 Predator
203 Aquarium Buat Nyonya
204 Kapan Akan dipanggil Papa?
205 Membujuk Lewat Lina
206 Viona Menyosor Marshal
207 Lebih Baik
208 Semakin Manis?
209 Belanja Bareng Mertua
210 Membeli Pakaian Seksi?
211 Mau Punya Anak Seperti Zean?
212 Viona Ingin Berkencan
213 Berkencan
214 Ya ... nanti.
215 Akan Berangkat Bulan Madu
216 Melakukannya di Kamar Mandi?
217 Grand Opening
218 Nyonya Marshal Cemburu
219 Terakhir
220 Kantor Marshal
221 Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222 Cemburu Viona Menyeramkan
223 Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224 I-iya
225 Viona yang Agresif
226 Kenapa harus dengan wanita itu?
227 Chal, aku rindu.
228 Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229 Apakah Marshal masih mencintainya?
230 Viona Diculik
231 Siapa Laki-Laki Itu?
232 Semua Ide Rio
233 Kejutan yang tidak Mengejutkan
234 Negeri Sakura
235 Honeymoon Macam Apa Ini?
236 Pagi Cerah!
237 Nyonya Senang, Marshal Menang.
238 Chidorigafuchi
239 Tokyo Tower
240 Belanja Oleh-Oleh
241 Kabar Buruk
242 Berat Hati
243 Perhatian Viona
244 Viona Hilang
245 Kembali Meminta Untuk Bercerai
246 Mereka Sama-Sama Tersiksa
247 Viona Hamil?
248 Embrio
249 Rahma Siuman
250 Rujuk Uhuy!
251 Marshal Diusir
252 Sabar, Chal ...
253 di Bawah Kolong Meja
254 Bangun
255 Sabar
256 Nyonya dan Tuan
257 Si Dedek
258 Mirip Mama atau Papa?
259 Latihan Melahirkan
260 Viona Harus Ngidam
261 Rrrr ... hentikan!
262 Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263 Si Jagoan
264 Dasar gak peka!
265 Nama untuk Tuan Kecil
266 Viona Terjatuh
267 Mari Bersiap Bersama!
268 Memenangkan Perang
269 Akhir dari Sebuah Perjalanan
270 Huh, Extra Part!
271 Holaaaaaa ....
Episodes

Updated 271 Episodes

1
Tawaran
2
Aku harus bagaimana?
3
Apa aku harus menyetujuinya?
4
Penolakan
5
Menemui Putri Pratama
6
Mencurigakan
7
Makan siang
8
Penawaran kembali
9
Aku tidak bisa bersabar lagi.
10
Viona menyetujuinya?
11
Tidak mendapat jawaban
12
Menyampaikan keputusan
13
Menyetujui
14
Setelah Persetujuan
15
Mulai Tercekat
16
Siapa laki-laki itu?
17
Baru Calon Istri
18
Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19
Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20
Ta'aruf
21
Minggu depan?
22
Saya meminta keadilan, boleh?
23
Bertemu Calon Mertua
24
Nikah
25
Ritsleting
26
Dia punya kekasih
27
Pikiran Konyol Nona
28
Menapaki Rumah Marshal
29
Begadang
30
Tidak percaya
31
Hanya Pelayan
32
Terlambat bangun
33
Bulan Madu?
34
Amanda?
35
Tidak marah
36
Kuli Panggul Macho
37
Guling Bernyawa
38
Tugas baru
39
Kondisi Sendi
40
Berkunjung
41
Cucu
42
Masih ada harapan
43
Terjebak sandiwara
44
Rahasia
45
Bosan
46
Ceraikan Dia
47
Diantar Pulang
48
Alasan
49
Istriku, bukan pelayan
50
Kekasih suamiku
51
Bukan saya, sungguh!
52
Itu ... Sendi?
53
Bendera Perang
54
Akan Kutunggu Jandamu!
55
Saya mencintainya, Tuan.
56
Bukan balas dendam
57
Lunch Box
58
Senang diperhatikan
59
Kesal
60
Maaf
61
Info!
62
Izin
63
Membujuk
64
Miskin
65
Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66
Petuah
67
Hey, there! This your collections.
68
Status dan Cinta itu berbeda
69
Tidak mengerti
70
Tamparan
71
Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72
Negosiasi
73
Perdebatan
74
Akibat mata rabun
75
Kembali tunduk
76
Berkenalan dengan Zean
77
Terlalu Rumit
78
Jatuh Cinta
79
Kejadian Tidak Senonoh
80
Zahra
81
Ditinggal ke luar kota
82
Check in Hotel
83
Bertemu Sendi
84
Patah Hati
85
Memuakkan!
86
Ketahuan
87
Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88
Kacau
89
Kemarahan Kembali
90
Alasan Kebencian
91
Tanpa Sepengetahuan Marshal
92
Bersiap Mengakhiri Hubungan
93
Membujuk Michelle
94
Menginginkan perceraian?
95
Luapan Perasaan
96
Ke Persidangan?
97
Benar-benar pergi
98
Kenapa?
99
Mungkin kembali akan jadi solusi
100
Visual
101
Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102
Hanya satu bulan
103
Peluklah sesuka hati Tuan.
104
Kecelakaan
105
Kabar Mengejutkan
106
Tidak Berarti Apapun
107
Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108
Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109
Cinta atau Obsesi?
110
Mengalah
111
Istri Keras Kepala
112
Menjenguk Sendi
113
Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114
Ruyam
115
Uji Coba?
116
Ternyata Hanya Obsesi
117
Menghindari untuk Memulai kembali
118
Awal Baru
119
Ratu dan Lebah Jantan
120
Takdir
121
Bertemu Lagi Dengannya
122
Harus Melupakan!
123
Khawatir
124
Aku Mencintaimu, Zahra.
125
Isi Dompet
126
Koleksi?
127
Cinta Pertama
128
Kamu Cinta Terakhirku
129
Selir?
130
Berapa istrimu sebenarnya?
131
Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132
Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133
Pacaran Setelah Menikah
134
Keuntungan Berinvestasi
135
Suamiku Tampan
136
Undangan
137
Tidak Akan Memaksa
138
Dilabrak
139
Tidak Menyangka
140
Yang Sebenarnya ...
141
Berusaha Tegas Menghadapi
142
Manda, berhenti mengatainya!
143
Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144
Aku Mau Kamu
145
Minta dihamili?
146
Apa yang terjadi?
147
Amanda Bunuh Diri
148
Manda, Bertahanlah!
149
Menyinggung
150
Masalah Kesiapan
151
Ditinggal Lagi
152
Rahma Menangis
153
Melepaskan
154
Konsultasi
155
Manja
156
Hadiah
157
Honeymoon?
158
Viona Cemburu?
159
di Belakang Marshal
160
Membujuk Marshal Yang Sakit
161
Mau Makan Karena Ciuman
162
Bisikkan Michelle
163
Dia Tersinggung
164
Ingin Pulang
165
Sebuah Pengkhianatan
166
Membunuh Rio
167
Ada Apa Ini?
168
Rencana Berhasil
169
Dipermainkan
170
Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171
Tibalah Saatnya
172
Keberhasilan
173
Kekesalan Viona
174
Kesal Berlanjut
175
Bukan begitu, Sayang.
176
Aku Makin Sayang Sama Kamu
177
Bersyukur Jadi Istri Marshal
178
Cukup Marshal Saja!
179
LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180
Kepanikan
181
Kecemasan
182
Ukiran Nama di Cincin Nikah
183
Penyebab Kebakaran
184
Gelisah
185
Pulang
186
Nyonya Pejabat
187
Malu
188
Orang suruhan nona Amanda
189
Viona Cemburu
190
Marshal Kecelakaan
191
Kekejaman Marshal
192
Penangkapan Amanda
193
Demi Kamu
194
Buronan
195
Dilema Lagi
196
Balik Lagi
197
Amanda Telah Dipenjara
198
Marshal Berbeda
199
Masalah Kecebong
200
Marshal Ingin Punya Anak
201
Membujuk Viona
202
Predator
203
Aquarium Buat Nyonya
204
Kapan Akan dipanggil Papa?
205
Membujuk Lewat Lina
206
Viona Menyosor Marshal
207
Lebih Baik
208
Semakin Manis?
209
Belanja Bareng Mertua
210
Membeli Pakaian Seksi?
211
Mau Punya Anak Seperti Zean?
212
Viona Ingin Berkencan
213
Berkencan
214
Ya ... nanti.
215
Akan Berangkat Bulan Madu
216
Melakukannya di Kamar Mandi?
217
Grand Opening
218
Nyonya Marshal Cemburu
219
Terakhir
220
Kantor Marshal
221
Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222
Cemburu Viona Menyeramkan
223
Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224
I-iya
225
Viona yang Agresif
226
Kenapa harus dengan wanita itu?
227
Chal, aku rindu.
228
Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229
Apakah Marshal masih mencintainya?
230
Viona Diculik
231
Siapa Laki-Laki Itu?
232
Semua Ide Rio
233
Kejutan yang tidak Mengejutkan
234
Negeri Sakura
235
Honeymoon Macam Apa Ini?
236
Pagi Cerah!
237
Nyonya Senang, Marshal Menang.
238
Chidorigafuchi
239
Tokyo Tower
240
Belanja Oleh-Oleh
241
Kabar Buruk
242
Berat Hati
243
Perhatian Viona
244
Viona Hilang
245
Kembali Meminta Untuk Bercerai
246
Mereka Sama-Sama Tersiksa
247
Viona Hamil?
248
Embrio
249
Rahma Siuman
250
Rujuk Uhuy!
251
Marshal Diusir
252
Sabar, Chal ...
253
di Bawah Kolong Meja
254
Bangun
255
Sabar
256
Nyonya dan Tuan
257
Si Dedek
258
Mirip Mama atau Papa?
259
Latihan Melahirkan
260
Viona Harus Ngidam
261
Rrrr ... hentikan!
262
Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263
Si Jagoan
264
Dasar gak peka!
265
Nama untuk Tuan Kecil
266
Viona Terjatuh
267
Mari Bersiap Bersama!
268
Memenangkan Perang
269
Akhir dari Sebuah Perjalanan
270
Huh, Extra Part!
271
Holaaaaaa ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!