"Tunggu di mobil! Gue harus nemuin Selina sama Yuna dulu." Frans memberikan kunci mobilnya pada Viona.
Aness dan Viona hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah playboy Frans. Di saat mau pulang saja masih sibuk mengurusi para kekasihnya.
Terpaksa Viona dan Aness pergi ke parkiran duluan. Mereka berjalan berbarengan menuju mobil Frans, karena hari ini Viona tidak membawa mobil. Sebab tadi pagi Heru yang bersikukuh ingin mengantarkannya. Sedangkan Aness, dia sedang dalam mode malas walaupun hanya sekadar menyetir dia tidak mau, makanya hari ini mobil Frans menjadi tumpangan mereka.
"Halo, Nona! Selamat siang!"
Aness dan Viona yang tadinya mau masuk mobil, mengurungkan niatnya saat mendengar suara sapaan. Mereka menoleh ke belakang berbarengan. Berdiri seorang laki-laki muda berjas rapi, tengah tersenyum kepada mereka.
"Apa Nona bisa ikut dengan saya sebentar?" ucap laki-laki itu pada Viona.
Viona meneliti laki-laki gagah itu dengan seksama. Dia tidak mengenalnya. Dan, kenapa orang ini malah mengajak Viona untuk ikut dengannya? "Maaf, Anda siapa, ya?"
"Nanti saya beritahu. Nona hanya perlu ikut saya sebentar!"
Viona dan Aness saling pandang. Laki-laki ini mencurigakan bahkan dia tidak mau menyebutkan namanya. Tentu saja Viona tidak akan mau ikut dengannya.
"Bagaimana, Nona? Bisakah Nona ikut saya sebentar?"
Viona menggeleng dengan cepat. "Saya tidak bisa. Anda ini siapa?"
Laki-laki itu tersenyum. "Saya Rio. Saya diperintah untuk mengajak Nona."
Dahi Viona mengkerut semakin dalam. Laki-laki itu bilang diperintah untuk mengajaknya. Berarti dia suruhan. Apa mungkin suruhan Heru untuk menjemput Viona? Karena tadi pagi Viona menolak dijemput oleh Heru ataupun Vino.
"Anda suruhan siapa? Apa Anda diperintah untuk menjemput saya?"
"Maaf, Nona. Saya tidak bisa menjelaskannya. Saya hanya suruhan. Bisakah Nona ikut dengan saya?" ucap Rio penuh harap. Dia sudah lelah mencari Viona dan saat sudah ditemukan, sulit mengajaknya untuk pergi.
Hhh! Gini amat jadi asisten tuan Marshal, batin Rio.
"Tidak bisa, Tuan. Saya tidak bisa ikut dengan Anda, maaf." Viona tersenyum dan langsung membalikkan badan. Membuka pintu mobil. Dia tidak bisa meladeni orang mencurigakan seperti Rio. Apalagi dia tidak mau menjelaskannya pada Viona.
Rio sudah panik. Dia langsung menghampiri Viona dan menahannya yang hendak masuk ke dalam mobil. Aness sudah duduk di dalam. "Maaf, Nona, jika saya lancang. Tapi saya hanya diperintah untuk mengantarkan Anda pulang."
Viona kembali memandang Rio dengan penuh telusur. "Anda suruhan siapa?" tanya Viona dengan tegas.
Rio jadi gugup. Dia tidak mungkin mengatakan suruhan Marshal. Viona mungkin tahu namanya saat membahas tawaran bersama Heru dan belum tentu Viona akan mau ikut dengannya. "Saya ... saya suruhan tuan Heru," ucap Rio dengan terpaksa.
Viona tidak mudah percaya begitu saja. Melirik Rio dengan penuh curiga. Jika Heru memerintah orang untuk menjemputnya, seharusnya Heru memberitahu Viona terlebih dahulu, bukan? Seperti biasanya. Tapi, kali ini tidak ada pemberitahuan dari ayahnya, membuat Viona heran sekaligus tidak percaya dengan Rio. "Apa benar papa saya yang menyuruh Anda menjemput saya?"
Rio terpaksa mengangguk. Sudah kepalang bohong dan sepertinya hanya dengan alasan ini dia bisa membujuk Viona. Dengan begitu, Viona pasti mau ikut dnegannya karena Viona tidak mungkin menolak perintah ayahnya.
"Jadi, Anda suruhan Papa saya?" Rio mengangguk dengan cepat. Hatinya senang, Viona pasti percaya dengan kebohongannya. "Sebentar, biar saya telepon Papa dulu."
Wajah Rio langsung pucat mendengarnya. Dia harus bagaimana sekarang? Bagaimana jika Viona benar-benar menelepon Heru dan menanyakannya? Bisa terbongkar kebohongan Rio.
"Em, Nona. Nona tidak usah menghubungi tuan Heru. Beliau ada di mobil menunggu Nona," ucap Rio dengan cepat menghentikan Viona yang sudah mengangkat ponselnya hendak menghubungi Heru.
Viona terdiam. Rio ini semakin membingungkan dan sangat mencurigakan. "Papa ke sini?"
Rio mengangguk dengan pucat. Kebohongannya semakin merembet. "Tuan sedang menunggu di mobil yang terparkir di luar kampus. Beliau menunggu Nona."
Iya, menunggu nona. Tapi tuan Marshal yang menunggu, bukan tuan Heru, lanjut batin Rio.
"Coba temuin dulu, gih! Siapa tahu emang om Heru yang jemput lo," ucap Aness dari dalam mobil. Dia dari tadi hanya diam saja melihat interaksi Viona dan Rio. Tapi, saat Rio menjelaskannya, Aness lumayan percaya karena tahu jika Heru sangat posesif pada Viona. Besar kemungkinan jika Rio memang diperintahkan untuk menjemput Viona.
Viona memandang Aness dan Rio bergantian. Ada sedikit keraguan dalam dirinya untuk mempercayai ucapan Rio. Karena jika Rio orang kepercayaan Heru, kenapa Viona tidak pernah melihatnya sama sekali?
Melihat Viona yang hanya terdiam, Rio mulai resah dan berdebar. Pertama, takut Viona tidak mau ikut dengannya dan Marshal akan murka karena dia tidak berhasil membawa Viona. Kedua, jika Viona mau ikut dengannya, sudah pasti kebohongan Rio akan terbongkar. Mau bagaimana lagi, Rio sudah kepepet, nanggung sudah mengatakan kebohongan. Jika tidak diteruskan, Viona sudah pasti tidak mau ikut dengannya.
Lama berpikir, Viona akhirnya mengikuti Rio untuk bertemu dengan Heru, katanya. Viona hanya diam saja selama mengikuti langkah Rio. Namun, dia tetap waspada. Viona baru bertemu dengan Rio dan tidak kecil kemungkinan jika Rio seorang penipu. Bagaimana jika dia malah di culik? Zaman sekarang tidak boleh lengah.
Sikap waspada harus selalu diterapkan karena kejahatan semakin merajalela. Apalagi sekarang banyak kejahatan dengan motif mengatasnamakan orang terdekat. Dan banyak juga yang suka mengaku-ngaku kenal padahal dia sok kenal dan akhirnya cepat bertindak dalam tindak kriminal.
"Lho, mobil Papa-nya mana?" tanya Viona pada Rio. Dia sudah mulai mengaktifkan sinyal kewaspadaannya. Di sekitaran gerbang kampus tidak ada mobil ayahnya yang dia temui. Dia tahu betul mobil-mobil ayahnya. Apa Rio berniat menipunya?
Rio mulai gelagapan. Wajahnya semakin Pucat saat Viona tidak hentinya menatap Rio dengan penuh selidik. Tatapan tajam gadis cantik itu membuat Rio kesusahan menelan ludah. "Itu, Tuan ada di mobil itu," tunjuk Rio pada mobil yang ditumpangi Marshal.
Viona memincingkan matanya melihat raut wajah Rio yang terlihat cemas. Dia semakin curiga. Viona alihkan pandangannya pada mobil yang ditunjuk Rio. Tanpa bicara, Viona mendekat pada mobil tersebut.
Viona langsung menatap tajam pada Rio saat Viona melihat ke dalam mobil. "Siapa dia?" Viona menunjuk jendela mobil yang sedikit terbuka, menampakkan sosok laki-laki tampan yang juga tengah melihatnya dari dalam sana.
Rio semakin pucat. Dia bingung menjelaskannya. "Dia … dia," ucapan Rio tidak bisa dilanjutkan saat Marshal membuka pintu mobil dan turun untuk menyapa Viona.
"Halo, Nona Pratama!" sapanya dengan ramah.
Viona mundur tiga langkah. Dia tersenyum pada Marshal walaupun dia tidak mengenalnya. Dia tidak berniat membalas sapaan Marshal dan malah kembali menatap tajam pada Rio. "Di mana Papa saya? Anda mau membohongi saya?" tanya Viona pada Rio yang terlihat cemas.
Marshal melirik Rio tidak paham. Apa yang Rio lakukan saat membujuk Viona, sampai Viona berkata seperti itu? "Rio?" panggil Marshal meminta penjelasan.
Rio malah nyengir, memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Ke mana tuan Heru, Tuan? Kenapa dia tidak ada di mobil? Bukankah tadi beliau bersama Anda?"
Alis Marshal terangkat mendengar ucapan Rio. Tapi dia tersenyum saat Rio mengisyaratkan dengan jari telunjuk yang terangkat di samping saku celananya. Hanya mereka berdua yang tahu isyarat itu. Dan Marshal paham jika Rio mengajaknya berbohong.
Viona memandang dua laki-laki tampan itu dengan bingung. Mereka sangat mencurigakan membuat Viona yakin jika dia telah dibohongi. "Siapa kalian sebenarnya?"
"Aku rekan bisnis ayahmu. Tadi beliau bersamaku untuk menjemputmu. Tapi, tiba-tiba beliau mendapat panggilan jika ada yang darurat di perusahaan. Makanya, beliau pergi duluan dan memintaku untuk menunggumu, Nona," ucap Marshal dengan tenang. Tidak lupa dia juga tersenyum.
"Benarkah?" Viona masih tidak percaya. Dia memandang Marshal dengan tajam. Apa benar yang dikatakan Marshal ini? Dia tetap harus waspada. "Memangnya papa ada urusan apa sampai tidak menunggu saya dulu, Tuan? Dan, memangnya papa pergi pakai mobil siapa, bukankah tadi kalian satu mobil?"
Nah loh, nona Viona ini terlalu cerdas untuk dibohongi. Kenapa dia tidak percaya juga, batin Rio.
"Ayahmu banyak urusan di kantor. Perusahaannya yang semakin krisis membuanya harus banyak waktu untuk menyelesaikan berbagai masalah. Tadi sekretarisnya mengabarkan jika perusahaan semakin kolaps dan harus segera ditangani langsung oleh Heru. Jadi, dia pergi naik taksi," jelas Marshal.
Viona hanya terdiam. Dia juga tahu jika ayahnya memang sedang sibuk dan memang sepertinya ucapan Marshal jujur. Apa yang Marshal katakan masuk akal. Heru pasti dapat kabar darurat yang mengharuskannya untuk pergi duluan. Tapi, kenapa harus Marshal? Tidak meminta sopir yang di rumah saja untuk menjemputnya?
"Sudah, ayo masuk! Aku akan mengantarkan kamu pulang." Marshal menarik Viona untuk masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya.
Viona menurut dengan terpaksa. Tapi dia juga tetap waspada. Takutnya Marshal memang sedang memperdayakannya.
"Maaf, Tuan. Nama Tuan siapa?" tanya Viona pada Marshal.
Mobil sudah melaju dengan kecepatan sedang dikemudikan oleh Rio yang fokus menyetir dalam diam.
Marshal menoleh pada Viona. "Kamu tidak mengenalku?"
Viona menggeleng. Dia memang tidak mengenal laki-laki yang sedang duduk bersamanya ini. Dan baru pertama kali bertemu juga. Tapi, rasa-rasanya dia tidak asing dengan wajah laki-laki tampan ini. Itu wajar saja. Mungkin karena dia rekan bisnis Heru, jadi Viona pernah melihatnya bersama Heru, pikir Viona.
Marshal membuang pandangan ke arah depan. Dia kecewa karena Viona ternyata tidak mengenalnya. "Apa ayahmu tidak pernah membicarakan aku?"
Viona malah tersenyum geli. "Membicarakan apa, Tuan? Saya saja tidak tahu nama Anda."
Hhh! Benar juga, batin Marshal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Michelle Avantica
aiiih kepedean amat si Marshal 🤦emang situ artis dikenal banyak orang 😂😂
2021-02-07
2
Dewi Dewisya
jangan kebanyakan ceritanya thor, yg penting percakapannya, tapi ttep semangat ya thor 🙏
2021-01-14
3
👑
jejak like
2020-12-16
0