Ta'aruf

Tadinya, Viona tidak akan pergi ke mana pun hari ini. Tapi, Sendi mengajaknya untuk bertemu di sebuah restoran. Ada hal penting yang harus dibicarakan, katanya. Dengan malas Viona bergegas untuk pergi. Tidak tahu apa yang akan Sendi bicarakan padanya sampai memaksa Viona untuk mau menemuinya. Viona menurut saja, karena hari ini tidak ada jadwal untuk kuliah. Dia bisa menyempatkan diri untuk bertemu Sendi sebentar.

   Viona menghampiri Sendi yang sudah menunggunya dari tadi. Sendi duduk di meja yang ada di pojokan restoran. Menghadap pada jendela besar yang tertuju langsung ke taman. "Udah lama nunggunya, Sen?" Dia mendudukan diri di seberangnya Sendi.

Orang yang mengajaknya untuk bertemu itu terlihat menunduk memperhatikan ponselnya. Namun, setelah sadar ada yang duduk di depannya, Sendi segera mendongak. Tersenyum manis menatap pada Viona.

"Jadi, ada apa kamu ngajak ketemu? Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Viona langsung pada intinya. Dia sedang tidak mau bertele-tele hanya untuk sekadar berbasa-basi. Sudah sangat penasaran dengan apa yang akan Sendi bicarakan padanya.

"Kita pesan makanan dulu." Sendi memanggil pelayan restoran dan memesan beberapa menu untuk menemani mereka disela-sela obrolannya. Selagi menunggu pesanan datang, Sendi terlihat sangat gugup dan canggung untuk berkata akan tujuannya mengajak Viona ketemu. Jangankan untuk berucap, menatap Viona saja dia sudah mulai gerogi tidak jelas.

"Em ... Vi."

Viona memandangi Sendi dengan heran. Tidak seperti biasanya, kenapa sikap Sendi terlihat sangat gugup? Bahkan pancaran matanya terlihat penuh keraguan. Viona jadi bertanya sendiri, sebenarnya apa yang akan Sendi katakan padanya sampai terlihat ragu seperti itu?

****

    Hari ini Marshal sudah membuat janji akan bertemu kliennya di suatu restoran. Dia datang seperti biasa ditemani Rio sang asisten sekaligus sekertarisnya.

"Tuan Suryo akan datang jam berapa, Yo?"

  "Sekitar 15 menitan lagi, Tuan. Itu pun jika tidak ada gangguan dijalan," sahut Rio dari belakang. Mengikuti langkah Marshal masuk ke dalam restoran.

  Disapukannya mata untuk melihat sekeliling restoran. Mereka mencari tempat yang nyaman untuk digunakan berbincang santai. Jika biasanya, Marshal akan bertemu dengan kliennya di sebuah ruangan VIP , tetapi kali ini dia ingin bertemu di tempat yang biasa saja. Berdekatan dengan pengunjung lainnya, karena pertemuannya kali ini tidak begitu serius. Hanya perlu pengenalan lebih dekat satu sama lain sebagai rekan kerja.

  Saat sedang mencari tempat duduk yang nyaman, mata Rio tertuju pada suatu meja yang ada di pojokan. Terdapat pasangan muda yang sedang bicara berhadapan. Disipitkannya mata untuk menyakinkan, bahwa penglihatannya memang tidak salah. Dia terheran setelah yakin, jika matanya tidak salah mengenali orang. Ada Viona sedang duduk bersama Sendi di sana.

Rio segera menyusul langkah Marshal. Majikannya itu sudah memilih meja yang sekiranya nyaman. Segera dia membungkuk di depan Marshal yang sudah terduduk. Rio membisikkan sesuatu. Dengan cepat Marshal mengalihkan pandangannya saat tangan Rio menunjuk sudut ruangan.

Marshal memicingkan matanya melihat ke arah itu. Alisnya bertaut heran. Viona bersama Sendi? Mereka terlihat sedang bicara serius menghadap jendela besar restoran.

"Kenapa dia ada di sini?"

"Saya juga tidak tahu, Tuan."

"Pria itu ... bukannya dia anak tuan Arga Mahendra?" Rio mengangguk, lalu duduk di depan Marshal. "Kenapa dia bersama Viona?"

   Rio mengedikkan bahunya. "Saya tidak tahu, Tuan. Mungkin sedang bertemu biasa saja. Mereka berteman, jadi wajar saja, jika mereka terlihat bersama, bukan?" sahutnya ragu. Rio sama sekali tidak tahu menahu kenapa Viona berada di restoran itu juga. Mereka hanya tidak sengaja melihatnya.

Pandangan Marshal terus tertuju pada mereka. Dia menggeram pelan. Tidak suka melihat mereka yang berbincang serius. Dia jadi penasaran, apa yang mereka bicarakan? Ingin sekali Marshal menarik Viona menjauh dari Sendi, namun tidak dia lakukan. Dia belum tahu kenapa mereka berada di sana, hanya berdua saja.

Lama terdiam dengan pandangan yang hanya fokus pada satu frame, Marshal beranjak dari duduknya. Berjalan mendekat pada meja tempat Viona dan Sendi berada.

Rio yang nampak bingung, hanya mengikutinya dari belakang hingga Marshal berhenti di salah satu meja kosong yang dekat dengan tempat Viona. Mereka duduk di sana dengan diam. Marshal terus memperhatikan mereka tanpa diketahui oleh calon istrinya. Sangking dekatnya, bahkan ucapan Sendi bisa dia dengar di meja sana.

Marshal hanya ingin tahu. Sedang apa mereka di sana? Mereka tidak makan, namun sedang berbincang. Marshal semakin penasaran, apa yang sedang mereka bicarakan?

"Kita udah lama saling kenal. Lama dekat sehingga tahu sikap masing-masing. Tahu perasaan kita satu sama lain. Jadi ...," Sendi menggantungkan kalimatnya lagi.  Viona hanya diam menunggu kelanjutan kata yang akan terlontar selanjutnya. "Emm ... aku ... maunya ..." Sendi terlihat sangat ragu untuk mengatakannya. Dia benar-benar gugup. Padahal untuk mengatakan hal seperti ini, sudah biasa dia lakukan. Pada Viona sekalipun. "Aku maunya kita melanjutkan semua perasaan ini lebih serius. Dan aku mau kita terjalin hubungan."

Viona tertegun dengan mata membulat sempurna. Jadi, Sendi mengajaknya bertemu untuk mengatakan hal ini? Sendi serius padanya?

  Viona masih diam. Dia tidak tahu harus jawab apa. Sebenarnya Sendi sering sekali mengatakan hal ini pada Viona. Namun, Viona tetap keukeuh tidak bisa mengikuti keinginan Sendi. Dan selama ini Sendi pun menerima keputusan dari Viona. Dia tidak pernah mempermasalahkannya. Tapi, sekarang kenapa dia kembali menginginkan sebuat ikatan pasti?

"Aku ingin kejelasan dari semua perasaan ini. Aku tahu perasaan kita masing-masing. Aku tahu kamu juga mencintaiku. Jadi, aku maunya kita menjalin hubungan. Tidak seperti ini terus."

"Sen," panggil Viona pelan. "bukannya kita sudah berkomitmen. Apa itu kurang?"

"Vi, hanya berkomitmen seperti ini membuatku tersiksa. Aku tidak bisa menjalani hubungan seperti ini lagi. Aku mau ada ikatan yang lebih serius. Bukan hanya ucapan."

"Tapi, selama ini kita baik-baik saja, kan. Apa yang membuatmu tersiksa, Sen? Kita menjalani ini sudah lama."

" Viona, kamu tidak tahu, betapa tersiksanya aku di saat kamu dekat dengan pria lain. Aku sangat tidak suka dan marah melihatmu bersama laki-laki lain. Tapi, apa yang bisa kuperbuat? Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa marah, tidak bisa meluapkan rasa tidak suka itu. Aku menahannya karena aku tahu diri. Aku bukan siapa-siapa bagimu. Kita tidak punya ikatan pasti yang mengharuskan aku untuk marah padamu. Untuk cemburu padamu. Aku ingin memilikimu seutuhnya, Vi. Aku sangat mencintaimu. Jadi wajar saja 'kan, jika aku merasa cemburu akan hal itu?" Mata Sendi terlihat teramat sendu menatap Viona yang hanya diam saja menatapnya dengan bingung.

   Marshal terbelalak mendengar kata demi kata yang terlontar dari mulut Sendi. Entah mengapa dia merasa sangat tidak suka akan hal itu. Pikirannya mulai menerka, apa mereka saling mencintai? Kata Rio, mereka tidak punya hubungan khusus, tetapi kenapa Sendi malah berkata seperti itu seolah Viona adalah kekasihnya.

"Aku gak mau kehilangan kamu, Viona. Aku mau kita punya ikatan khusus, supaya aku punya hak atas dirimu. Supaya aku juga punya hak untuk mengikatmu hanya untukku dan tidak boleh dekat dengan laki-laki mana pun."

Viona tetap tidak bergeming. Dia bingung harus bagaimana saat ini. Dia juga kadang merasakan hal yang sama seperti yang Sendi rasakan. Namun, dia tetap tidak bisa menuruti keinginan Sendi. "Sen, kamu tahu 'kan aku gak mau pacaran dulu?"

  Sendi Memegang tangan Viona dengan lembutnya. Menatap Viona penuh harap. "Aku tahu, Viona. Aku tahu dari dulu kamu emang gak mau pacaran. Aku tahu kamu hanya akan pacaran setelah lulus nanti. Tapi ... kamu sebentar lagi akan lulus. Apa tidak sebaiknya kita memulai hubungan serius? Aku tidak mau kehilanganmu nanti, Viona. Aku ingin tetap memilikimu."

Dihelanya napas dalam-dalam. Sendi serius dengan keinginannya. "Hari ini, di sini, di tempat ini ... Aku ingin memperjelas hubungan kita. Memperjelas status penyatuan dari perasaan kita. Aku ingin memilikimu seutuhnya. Selama ini kita hanya berkomitmen tanpa kejelasan. Aku sangat mencintaimu, Viona. Aku ingin lebih serius padamu. Jika kamu tidak mau kita pacaran. Aku ingin kita Ta'arufan. Aku akan melamarmu!" ucapnya dengan benar-benar serius penuh keyakinan. Viona tetap diam, namun dia sangat terkejut dan tidak percaya jika Sendi tengah melamarnya.

Sudah habis kesabaran Marshal. Dengan tangan mengepal erat, dia beranjak dari duduknya untuk menghampiri Viona. Berdiri di samping calon istrinya dengan wajah penuh amarah. "Sedang apa kamu di sini?" ucapnya terdengar keras sampai beberapa pengunjung menoleh padanya. Tidak terkecuali Viona dan Sendi yang menoleh dengan berbarengan. Membelalak kaget melihat kehadiran Marshal yang tiba-tiba.

Viona segera menarik tangannya dari genggaman Sendi. Dia berdiri dengan cepat. Wajahnya terkejut bukan main. Kenapa Marshal ada di sana?

"Tuan? Kenapa Tuan ada di sini?" tanya Viona seramah mungkin, padahal debar jantungnya sudah mulai tidak karuan. Dia masih ingat dengan peringatan Marshal yang tidak membolehkannya dekat dengan laki-laki mana pun. Viona takut Marshal marah padanya saat ini.

Wajah Marshal semakin mengeram. Tatapan tajamnya membuat Viona jadi salah tingkah, semakin gelagapan. "Kenapa malah balik bertanya? Tadi aku bertanya padamu, Kenapa kamu ada disini? Bukannya menjawab malah nanya balik," ketusnya dengan nada tinggi. Menggundang para pengunjung lain untuk menoleh.

Viona menunduk. Begitu ragu untuk menjawabnya. "Saya ..." belum selesai Viona berucap, Marshal sudah menarik tangannya, sehingga Viona tersentak kaget dan mengikuti langkah Marshal dengan sedikit terseret.

Ditariknya tangan Viona keluar dari restoran. Calon istrinya itu hanya terdiam dengan pandangam segan. Antara masih terkejut dan takut bersamaan Viona rasakan.

"Ngapain kamu sama dia, huh?" Mereka berdiri di depan restoran. Viona hanya menunduk dengan takut. Aura kemarahan Marshal kian terasa menghantam tubuhnya. "Kenapa kamu berada di sini? Ngapain sama dia? Ada hubungan apa kamu dengannya?" Marshal kembali bertanya dengan nada tingginya menatap tajam Viona dengan tatapan penuh amarahnya.

Melihat Viona yang hanya terdiam dengan bingung harus menjelaskan apa pada Marshal, calon suaminya itu kian menggeram. Menguatkan cengkraman tangan di pergelangan Viona. Mendesaknya untuk buka suara dan menjelaskan semuanya. Marshal harap apa yang dia pikirkan tidak benar jadi kenyataannya.

  Sementara Sendi yang masih di dalam restoran, menatap Viona panik. Saat Marshal menarik Viona begitu saja. Dia ingin menyusul Viona. Namun, langkahnya terhenti saat Rio mencoba menahannya.

"Diamlah di sini dulu! Mereka ada urusan," ucap Rio menahan tangan Sendi supaya tidak melangkah keluar.

   Sendi terlihat begitu panik sekarang. Dia khawatir pada Viona. "Tapi aku harus menyusul Viona, Tuan." Berusaha mlepaskan tangannya dari Rio. Dia tetap melangkah menyusul Viona. Namun, langkahnya kembali terhenti saat Rio menarik tangannya lagi. Memberikan tatapan tajam seolah, jika Sendi berani melangkah lagi, maka tamatlah riwayatnya.

"Diamlah! Jangan menyusul nona Viona!"

Sendi pun menurut. Dia duduk kembali dengan pikiran yang tidak tenang. Perasaannya mulai tidak karuan. Kenapa Marshal membawa Viona pergi? Ada urusan apa di antara mereka? Sendi cemas. Terlebih ajakannya untuk berta'aruf belum disetuju oleh Viona. Susah payah Sendi mengatakan semuanya, namun saat sebentar lagi mendapat jawaban, Viona justru malah ditarik orang lain.

"Aku sudah bilang, jangan lagi dekat dengan pria mana pun! Kamu itu calon istriku. Apa kamu tidak mengerti juga ucapanku, huh?!" bentak Marshal geram melihat Viona memejamkan matanya. Emosi Marshal membuat nyalinya menciut seketika. Dia hanya bisa tertunduk tanpa bersuara.

"Ada hubungan apa kamu dengan pria tadi? Apa dia itu kekasihmu? Kenapa dia berkata seperti itu padamu?"

Viona tercengang melihat Marshal. Calon suaminya itu tidak mendengar ucapan Sendi dari awal, kan? Dia sudah harap-harap cemas. Jika Marshal mendengar semuanya, bisa jadi Viona akan menjadi bahan amukannya sekarang.

"Jawab aku!"

  Viona memberanikan diri untuk berucap. Meskipun itu sangat sulit dilakukannya. "Dia hanya teman saya, Tuan. Bukan kekasih saya," ucapnya lirih, kembali tertunduk kaku.

"Jika hanya teman, kenapa dia mengajakmu berta'aruf?!" bentak Marshal kembali sukses membuat Viona semakin takut akan suara tingginya. Dia terus saja tertunduk, tidak berani membuka suara sedikit pun. "Kenapa dia mengajakmu Ta'aruf?!" Viona masih diam. "Jawab aku!"

Viona meringis saat cengkraman tangan Marshal dipergelangannya terasa semakin kuat. Digigitnya bibir bawah untuk menahan ringisan. Viona menengadah melihat mata Marshal yang masih menyimpan amarah. Viona hanya diam. Tidak berani bicara karena dia bingung harus menjelaskannya seperti apa.

"Jawab aku! Atau aku akan me-"

"Halo, Tuan. Maaf, saya terlambat."

Terpopuler

Comments

Nur Hayati

Nur Hayati

viona...apa salahnya kl kamu nurut sm calon suami.kamu sendiri yg menyetujui untuk menikah sm marshal...hadehhhh🤦🤦

2021-02-24

1

Michelle Avantica

Michelle Avantica

Itu Marshal sumpah ngeselin banget jadi cowok ya, gak ada kerjaan lainnya kah selalu ngurusin masalah Viona, mana blm apa2 dah jadi tukang ngekang lagi..🤦😌

2021-02-07

1

👑

👑

💖💖💖💖

2020-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 Tawaran
2 Aku harus bagaimana?
3 Apa aku harus menyetujuinya?
4 Penolakan
5 Menemui Putri Pratama
6 Mencurigakan
7 Makan siang
8 Penawaran kembali
9 Aku tidak bisa bersabar lagi.
10 Viona menyetujuinya?
11 Tidak mendapat jawaban
12 Menyampaikan keputusan
13 Menyetujui
14 Setelah Persetujuan
15 Mulai Tercekat
16 Siapa laki-laki itu?
17 Baru Calon Istri
18 Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19 Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20 Ta'aruf
21 Minggu depan?
22 Saya meminta keadilan, boleh?
23 Bertemu Calon Mertua
24 Nikah
25 Ritsleting
26 Dia punya kekasih
27 Pikiran Konyol Nona
28 Menapaki Rumah Marshal
29 Begadang
30 Tidak percaya
31 Hanya Pelayan
32 Terlambat bangun
33 Bulan Madu?
34 Amanda?
35 Tidak marah
36 Kuli Panggul Macho
37 Guling Bernyawa
38 Tugas baru
39 Kondisi Sendi
40 Berkunjung
41 Cucu
42 Masih ada harapan
43 Terjebak sandiwara
44 Rahasia
45 Bosan
46 Ceraikan Dia
47 Diantar Pulang
48 Alasan
49 Istriku, bukan pelayan
50 Kekasih suamiku
51 Bukan saya, sungguh!
52 Itu ... Sendi?
53 Bendera Perang
54 Akan Kutunggu Jandamu!
55 Saya mencintainya, Tuan.
56 Bukan balas dendam
57 Lunch Box
58 Senang diperhatikan
59 Kesal
60 Maaf
61 Info!
62 Izin
63 Membujuk
64 Miskin
65 Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66 Petuah
67 Hey, there! This your collections.
68 Status dan Cinta itu berbeda
69 Tidak mengerti
70 Tamparan
71 Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72 Negosiasi
73 Perdebatan
74 Akibat mata rabun
75 Kembali tunduk
76 Berkenalan dengan Zean
77 Terlalu Rumit
78 Jatuh Cinta
79 Kejadian Tidak Senonoh
80 Zahra
81 Ditinggal ke luar kota
82 Check in Hotel
83 Bertemu Sendi
84 Patah Hati
85 Memuakkan!
86 Ketahuan
87 Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88 Kacau
89 Kemarahan Kembali
90 Alasan Kebencian
91 Tanpa Sepengetahuan Marshal
92 Bersiap Mengakhiri Hubungan
93 Membujuk Michelle
94 Menginginkan perceraian?
95 Luapan Perasaan
96 Ke Persidangan?
97 Benar-benar pergi
98 Kenapa?
99 Mungkin kembali akan jadi solusi
100 Visual
101 Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102 Hanya satu bulan
103 Peluklah sesuka hati Tuan.
104 Kecelakaan
105 Kabar Mengejutkan
106 Tidak Berarti Apapun
107 Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108 Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109 Cinta atau Obsesi?
110 Mengalah
111 Istri Keras Kepala
112 Menjenguk Sendi
113 Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114 Ruyam
115 Uji Coba?
116 Ternyata Hanya Obsesi
117 Menghindari untuk Memulai kembali
118 Awal Baru
119 Ratu dan Lebah Jantan
120 Takdir
121 Bertemu Lagi Dengannya
122 Harus Melupakan!
123 Khawatir
124 Aku Mencintaimu, Zahra.
125 Isi Dompet
126 Koleksi?
127 Cinta Pertama
128 Kamu Cinta Terakhirku
129 Selir?
130 Berapa istrimu sebenarnya?
131 Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132 Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133 Pacaran Setelah Menikah
134 Keuntungan Berinvestasi
135 Suamiku Tampan
136 Undangan
137 Tidak Akan Memaksa
138 Dilabrak
139 Tidak Menyangka
140 Yang Sebenarnya ...
141 Berusaha Tegas Menghadapi
142 Manda, berhenti mengatainya!
143 Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144 Aku Mau Kamu
145 Minta dihamili?
146 Apa yang terjadi?
147 Amanda Bunuh Diri
148 Manda, Bertahanlah!
149 Menyinggung
150 Masalah Kesiapan
151 Ditinggal Lagi
152 Rahma Menangis
153 Melepaskan
154 Konsultasi
155 Manja
156 Hadiah
157 Honeymoon?
158 Viona Cemburu?
159 di Belakang Marshal
160 Membujuk Marshal Yang Sakit
161 Mau Makan Karena Ciuman
162 Bisikkan Michelle
163 Dia Tersinggung
164 Ingin Pulang
165 Sebuah Pengkhianatan
166 Membunuh Rio
167 Ada Apa Ini?
168 Rencana Berhasil
169 Dipermainkan
170 Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171 Tibalah Saatnya
172 Keberhasilan
173 Kekesalan Viona
174 Kesal Berlanjut
175 Bukan begitu, Sayang.
176 Aku Makin Sayang Sama Kamu
177 Bersyukur Jadi Istri Marshal
178 Cukup Marshal Saja!
179 LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180 Kepanikan
181 Kecemasan
182 Ukiran Nama di Cincin Nikah
183 Penyebab Kebakaran
184 Gelisah
185 Pulang
186 Nyonya Pejabat
187 Malu
188 Orang suruhan nona Amanda
189 Viona Cemburu
190 Marshal Kecelakaan
191 Kekejaman Marshal
192 Penangkapan Amanda
193 Demi Kamu
194 Buronan
195 Dilema Lagi
196 Balik Lagi
197 Amanda Telah Dipenjara
198 Marshal Berbeda
199 Masalah Kecebong
200 Marshal Ingin Punya Anak
201 Membujuk Viona
202 Predator
203 Aquarium Buat Nyonya
204 Kapan Akan dipanggil Papa?
205 Membujuk Lewat Lina
206 Viona Menyosor Marshal
207 Lebih Baik
208 Semakin Manis?
209 Belanja Bareng Mertua
210 Membeli Pakaian Seksi?
211 Mau Punya Anak Seperti Zean?
212 Viona Ingin Berkencan
213 Berkencan
214 Ya ... nanti.
215 Akan Berangkat Bulan Madu
216 Melakukannya di Kamar Mandi?
217 Grand Opening
218 Nyonya Marshal Cemburu
219 Terakhir
220 Kantor Marshal
221 Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222 Cemburu Viona Menyeramkan
223 Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224 I-iya
225 Viona yang Agresif
226 Kenapa harus dengan wanita itu?
227 Chal, aku rindu.
228 Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229 Apakah Marshal masih mencintainya?
230 Viona Diculik
231 Siapa Laki-Laki Itu?
232 Semua Ide Rio
233 Kejutan yang tidak Mengejutkan
234 Negeri Sakura
235 Honeymoon Macam Apa Ini?
236 Pagi Cerah!
237 Nyonya Senang, Marshal Menang.
238 Chidorigafuchi
239 Tokyo Tower
240 Belanja Oleh-Oleh
241 Kabar Buruk
242 Berat Hati
243 Perhatian Viona
244 Viona Hilang
245 Kembali Meminta Untuk Bercerai
246 Mereka Sama-Sama Tersiksa
247 Viona Hamil?
248 Embrio
249 Rahma Siuman
250 Rujuk Uhuy!
251 Marshal Diusir
252 Sabar, Chal ...
253 di Bawah Kolong Meja
254 Bangun
255 Sabar
256 Nyonya dan Tuan
257 Si Dedek
258 Mirip Mama atau Papa?
259 Latihan Melahirkan
260 Viona Harus Ngidam
261 Rrrr ... hentikan!
262 Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263 Si Jagoan
264 Dasar gak peka!
265 Nama untuk Tuan Kecil
266 Viona Terjatuh
267 Mari Bersiap Bersama!
268 Memenangkan Perang
269 Akhir dari Sebuah Perjalanan
270 Huh, Extra Part!
271 Holaaaaaa ....
Episodes

Updated 271 Episodes

1
Tawaran
2
Aku harus bagaimana?
3
Apa aku harus menyetujuinya?
4
Penolakan
5
Menemui Putri Pratama
6
Mencurigakan
7
Makan siang
8
Penawaran kembali
9
Aku tidak bisa bersabar lagi.
10
Viona menyetujuinya?
11
Tidak mendapat jawaban
12
Menyampaikan keputusan
13
Menyetujui
14
Setelah Persetujuan
15
Mulai Tercekat
16
Siapa laki-laki itu?
17
Baru Calon Istri
18
Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19
Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20
Ta'aruf
21
Minggu depan?
22
Saya meminta keadilan, boleh?
23
Bertemu Calon Mertua
24
Nikah
25
Ritsleting
26
Dia punya kekasih
27
Pikiran Konyol Nona
28
Menapaki Rumah Marshal
29
Begadang
30
Tidak percaya
31
Hanya Pelayan
32
Terlambat bangun
33
Bulan Madu?
34
Amanda?
35
Tidak marah
36
Kuli Panggul Macho
37
Guling Bernyawa
38
Tugas baru
39
Kondisi Sendi
40
Berkunjung
41
Cucu
42
Masih ada harapan
43
Terjebak sandiwara
44
Rahasia
45
Bosan
46
Ceraikan Dia
47
Diantar Pulang
48
Alasan
49
Istriku, bukan pelayan
50
Kekasih suamiku
51
Bukan saya, sungguh!
52
Itu ... Sendi?
53
Bendera Perang
54
Akan Kutunggu Jandamu!
55
Saya mencintainya, Tuan.
56
Bukan balas dendam
57
Lunch Box
58
Senang diperhatikan
59
Kesal
60
Maaf
61
Info!
62
Izin
63
Membujuk
64
Miskin
65
Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66
Petuah
67
Hey, there! This your collections.
68
Status dan Cinta itu berbeda
69
Tidak mengerti
70
Tamparan
71
Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72
Negosiasi
73
Perdebatan
74
Akibat mata rabun
75
Kembali tunduk
76
Berkenalan dengan Zean
77
Terlalu Rumit
78
Jatuh Cinta
79
Kejadian Tidak Senonoh
80
Zahra
81
Ditinggal ke luar kota
82
Check in Hotel
83
Bertemu Sendi
84
Patah Hati
85
Memuakkan!
86
Ketahuan
87
Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88
Kacau
89
Kemarahan Kembali
90
Alasan Kebencian
91
Tanpa Sepengetahuan Marshal
92
Bersiap Mengakhiri Hubungan
93
Membujuk Michelle
94
Menginginkan perceraian?
95
Luapan Perasaan
96
Ke Persidangan?
97
Benar-benar pergi
98
Kenapa?
99
Mungkin kembali akan jadi solusi
100
Visual
101
Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102
Hanya satu bulan
103
Peluklah sesuka hati Tuan.
104
Kecelakaan
105
Kabar Mengejutkan
106
Tidak Berarti Apapun
107
Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108
Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109
Cinta atau Obsesi?
110
Mengalah
111
Istri Keras Kepala
112
Menjenguk Sendi
113
Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114
Ruyam
115
Uji Coba?
116
Ternyata Hanya Obsesi
117
Menghindari untuk Memulai kembali
118
Awal Baru
119
Ratu dan Lebah Jantan
120
Takdir
121
Bertemu Lagi Dengannya
122
Harus Melupakan!
123
Khawatir
124
Aku Mencintaimu, Zahra.
125
Isi Dompet
126
Koleksi?
127
Cinta Pertama
128
Kamu Cinta Terakhirku
129
Selir?
130
Berapa istrimu sebenarnya?
131
Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132
Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133
Pacaran Setelah Menikah
134
Keuntungan Berinvestasi
135
Suamiku Tampan
136
Undangan
137
Tidak Akan Memaksa
138
Dilabrak
139
Tidak Menyangka
140
Yang Sebenarnya ...
141
Berusaha Tegas Menghadapi
142
Manda, berhenti mengatainya!
143
Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144
Aku Mau Kamu
145
Minta dihamili?
146
Apa yang terjadi?
147
Amanda Bunuh Diri
148
Manda, Bertahanlah!
149
Menyinggung
150
Masalah Kesiapan
151
Ditinggal Lagi
152
Rahma Menangis
153
Melepaskan
154
Konsultasi
155
Manja
156
Hadiah
157
Honeymoon?
158
Viona Cemburu?
159
di Belakang Marshal
160
Membujuk Marshal Yang Sakit
161
Mau Makan Karena Ciuman
162
Bisikkan Michelle
163
Dia Tersinggung
164
Ingin Pulang
165
Sebuah Pengkhianatan
166
Membunuh Rio
167
Ada Apa Ini?
168
Rencana Berhasil
169
Dipermainkan
170
Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171
Tibalah Saatnya
172
Keberhasilan
173
Kekesalan Viona
174
Kesal Berlanjut
175
Bukan begitu, Sayang.
176
Aku Makin Sayang Sama Kamu
177
Bersyukur Jadi Istri Marshal
178
Cukup Marshal Saja!
179
LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180
Kepanikan
181
Kecemasan
182
Ukiran Nama di Cincin Nikah
183
Penyebab Kebakaran
184
Gelisah
185
Pulang
186
Nyonya Pejabat
187
Malu
188
Orang suruhan nona Amanda
189
Viona Cemburu
190
Marshal Kecelakaan
191
Kekejaman Marshal
192
Penangkapan Amanda
193
Demi Kamu
194
Buronan
195
Dilema Lagi
196
Balik Lagi
197
Amanda Telah Dipenjara
198
Marshal Berbeda
199
Masalah Kecebong
200
Marshal Ingin Punya Anak
201
Membujuk Viona
202
Predator
203
Aquarium Buat Nyonya
204
Kapan Akan dipanggil Papa?
205
Membujuk Lewat Lina
206
Viona Menyosor Marshal
207
Lebih Baik
208
Semakin Manis?
209
Belanja Bareng Mertua
210
Membeli Pakaian Seksi?
211
Mau Punya Anak Seperti Zean?
212
Viona Ingin Berkencan
213
Berkencan
214
Ya ... nanti.
215
Akan Berangkat Bulan Madu
216
Melakukannya di Kamar Mandi?
217
Grand Opening
218
Nyonya Marshal Cemburu
219
Terakhir
220
Kantor Marshal
221
Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222
Cemburu Viona Menyeramkan
223
Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224
I-iya
225
Viona yang Agresif
226
Kenapa harus dengan wanita itu?
227
Chal, aku rindu.
228
Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229
Apakah Marshal masih mencintainya?
230
Viona Diculik
231
Siapa Laki-Laki Itu?
232
Semua Ide Rio
233
Kejutan yang tidak Mengejutkan
234
Negeri Sakura
235
Honeymoon Macam Apa Ini?
236
Pagi Cerah!
237
Nyonya Senang, Marshal Menang.
238
Chidorigafuchi
239
Tokyo Tower
240
Belanja Oleh-Oleh
241
Kabar Buruk
242
Berat Hati
243
Perhatian Viona
244
Viona Hilang
245
Kembali Meminta Untuk Bercerai
246
Mereka Sama-Sama Tersiksa
247
Viona Hamil?
248
Embrio
249
Rahma Siuman
250
Rujuk Uhuy!
251
Marshal Diusir
252
Sabar, Chal ...
253
di Bawah Kolong Meja
254
Bangun
255
Sabar
256
Nyonya dan Tuan
257
Si Dedek
258
Mirip Mama atau Papa?
259
Latihan Melahirkan
260
Viona Harus Ngidam
261
Rrrr ... hentikan!
262
Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263
Si Jagoan
264
Dasar gak peka!
265
Nama untuk Tuan Kecil
266
Viona Terjatuh
267
Mari Bersiap Bersama!
268
Memenangkan Perang
269
Akhir dari Sebuah Perjalanan
270
Huh, Extra Part!
271
Holaaaaaa ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!