Siapa laki-laki itu?

"Vi, pulang bareng, yuk!"

Viona baru saja keluar dari kelas. Melirik ke samping sejenak, dia berdecak. Sebenarnya tidak menengok ke samping pun, dia sudah tahu pemilik suara yang mengajaknya barusan itu siapa. "Gak, ah, Sen. Aku mau pulang sendiri aja." tolaknya ketus sembari terus berjalan menuju parkiran.

"Aku anterin aja, ya. Kamu 'kan gak bawa mobil," bujuk seorang laki-laki yang terus mengikuti langkahnya, kembali.

"Aku pulang bareng Frans."

   Sendi, laki-laki itu menghentikan langkahnya. Menarik tangan Viona supaya dia juga menghentikan kakinya untuk menghindar.

"Apaan sih, Sen?" Viona melepaskan tangannya dengan paksa. Perlakuan Sendi sungguh sangat tidak disukainya.

"Kenapa kamu malah pulang sama Frans. Kenapa gak mau pulang sama aku?"

"Emangnya kenapa kalo aku pulang sama Frans? Apa urusannya sama kamu? Bukannya kamu udah gak peduli lagi sama aku, ya." Viona tersenyum meremehkan. Memang tidak mudah untuk mengindari Sendi. Terpaksa sekarang dia menghindarinya karena sejak kemarin dan sampai saat ini, dia sedang kurang mood untuk berhadapan dengannya.

"Jadi, kamu masih marah sama aku, karena kejadian kemarin, iya?"

Viona hanya diam. Mendelik jengah. Tidak mau melihat wajah Sendi yang menurutnya sangat memuakkan. Kejadian beberapa hari lalu masih teringat dalam memori. Viona sangat kesal pada Sendi.

Dihelanya napas dengan dalam. Melihat Viona yang malah mendelik, dia tahu alasan dibalik sikapnya yang berubah. "Aku minta maaf untuk kejadian kemarin. Aku gak ada maksud buat ninggalin kamu gitu aja, Vi." Wajah Sendi terlihat sangat menyesal. Dan memang dia sangat menyesal. Tidak menyangka jika apa yang dilakukannya waktu itu yang menurutnya hanya hal sepele, tetapi malah berimbas pada hubungannya dengan Viona.

Viona tidak peduli dengan permintaan maafnya dan tetap membuang muka. Dengan tega hatinya Sendi pergi meninggalkan Viona di kantin kampus begitu saja hanya demi mengantarkan seorang mahasiswi yang Viona tidak tahu siapa namanya. Bukan Viona cemburu, tapi dia hanya tidak suka ditinggalkan begitu saja. Viona juga sadar diri, dia memang tidak punya ikatan khusus dengan Sendi. Namun, seharusnya Sendi menghargainya dengan cara meminta izin atau bilang dulu jika mau pergi, bukannya malah pergi tanpa pamit seperti waktu itu.

***

  "Rio, kita ke kampus putri Pratama! Rasa-rasanya aku ingin makan siang ditemani olehnya."

Asisten yang juga menjadi sekertaris itu mengangguk mendengar titahan dari majikannya. Mulai mengemudikan mobil setelah mereka sudah masuk di dalamnya.

-

Mobil berhenti di dekat parkiran kampus. Marshal tidak turun dari mobilnya. Dia hanya ingin menunggu Viona lewat dan langsung mengajaknya pulang. Karena diluar cuacanya sangat panas, jadi lebih baik dia menunggu di dalam mobil saja, pikirnya.

  Setelah lama menunggu, terlihat Viona berjalan menuju parkiran diikuti seorang pria. Langkah Viona terhenti saat pria itu menarik tangannya. Terlihat mereka berdebat satu sama lain. Marshal dan Rio hanya menyaksikan dari dalam mobil tanpa menghampirinya.

Pikiran Marshal mulai bertanya-tanya, siapa laki-laki yang bersama Viona tersebut? Mereka terlihat sedang beradu argumen.

"Vi, aku minta maaf. Aku gak maksud ninggalin kamu gitu aja. Kemarin aku cuman mau nemenin dia ke perpus doang, kok, beneran! Kamu jangan marah gitu sama aku!" jelas Sendi, masih membujuk Viona dengan penuh rasa bersalah.

"Udah, deh, Sen. Aku gak mau bahas itu sekarang. Aku mau pulang."

Sendi menghela napas dalam menghadapi kemarahan Viona. Jika sedang dalam keadaan emosi, Viona terlihat banyak diam dan acuh. Sendi tidak mau berlama-lama dalam keadaan itu bersama Viona. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa meluluhkan kembali sikap perempuan yang sangat dicintainya tersebut.

"Aku antarkan pulang, ya." Digenggamnya tangan Viona dengan erat supaya tidak berusaha menghindar. Namun, Viona tetap menghindar dan segera melepaskan tangannya dengan kasar.

"Apa, sih, Sendi? Mau apa lagi? Aku mau pulang bareng Frans."

"Ayolah, Vi ...! Jangan gini terus sama aku. Aku udah minta maaf sama kamu."

Viona tidak menghiraukannya dan kembali melangkah pergi. Sendi tidak berhenti sampai di situ. Dia segera mengikuti langkah Viona dan terus berusaha untuk membujuknya.

Mereka tidak menyadari jika gerak-geriknya tidak luput dari perhatian dua orang laki-laki yang masih berada di dalam mobil.

"Yo, pria itu siapa?" tanya Marshal pada asistennya. Dia semakin penasaran dan ingin mengetahui siapa sebenarnya laki-laki yang bersama Vioma tersebut.

Keberadaan Viona dan Sendi tidak jauh dari tempat mobil terparkir. Jadi, mereka bisa menyaksikan apa saja yang dua anak muda itu lakukan, meskipun tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi, Marshal bisa menerka jika hubungan keduanya sangat dekat dan saat ini sedang ada sedikit masalah. Ekspresi wajah mereka begitu kentara menampilkan hal tersebut.

"Dia putra bungsu dari tuan Mahendra," sahut Rio dari kursi depan.

Alisnya tertaut tajam. "Putra Mahendra? Pemilik perusahaan Purwaka Grup?" tanya Marshal memastikan yang dibalas anggukan oleh Rio. "Ada hubungan apa Viona dengannya?"

"Tidak ada hubungan apa-apa, Tuan. Yang saya tahu, Sendi sangat mencintai nona. Dia selalu dekat dengan nona."

Marshal termangu mendengar penjelasan Rio. Asistennya itu bahkan sudah tahu nama dari laki-laki tersebut. "Dari mana kamu tahu tentang dia? Dan apa Viona juga mencintainya?"

"Bukankah Tuan pernah meminta saya untuk mencari tahu lebih banyak tentang nona? Dan untuk masalah cinta nona, saya tidak tahu, Tuan. Hanya sekilas pengetahuan saya tentang nona dan Sendi," jelasnya membuat Marshal kecewa karena tidak mendapat jawaban yang dia inginkan.

Sendi kembali menarik tangan Viona dengan cepat sehingga Viona terhuyung hampir terjatuh. "Kamu ini kenapa sih, Vi? Aku 'kan sudah bilang, aku sama dia gak ada hubungan apapun. Kenapa kamu masih saja marah sama aku?"

"Masalah kamu ada hubungan sama dia atau enggak, itu bukan urusan aku. Kamu mau pacaran sama dia juga gak pa-pa. Aku gak akan marah. Bukan hak aku untuk melarang kamu pacaran sama siapapun." Viona melepaskan tangannya dengan kasar. Ingin rasanya dia berlari kencang sekarang juga untuk menghindari Sendi. Teman dekatnya itu sangatlah mengesalkan. Viona ingin segera menjauh darinya sekarang.

"Aku cuma gak suka, jamu ninggalin aku gitu aja kemarin. Kamu harusnya bilang dulu sama aku kalo mau pergi. Bukannya malah ninggalin aku gitu aja tanpa alasan."

"Iya, aku tahu aku salah. Aku minta maaf! Aku cuma gak mau kamu kayak gini terus. Aku gak mau kamu diemin begini." Viona hanya mendengus kesal menatap wajah Sendi. "Aku anterin kamu pulang, Ya. Anggap aja nebus kesalahan aku sama kamu."

Viona berdecak kesal serta mee

mandangi Sendi dengan nanar. "Aku gak mau. Udah janji sama Frans mau pulang sama dia." Viona kembali melangkah untuk pergi. Muak rasanya jika terus berhadapan dengan Sendi. Tapi, langkahnya terhenti saat tubuhnya tiba-tiba berbalik karena seseorang menarik tangannya dari belakang.

  Tersentak kaget saat tiba-tiba tubuhnya dipeluk oleh Sendi dengan erat. Sekuat tenaga Viona berontak, tetapi Sendi tetap tidak mau melepaskannya.

"Lepasin aku, Sen!"

"Tidak. Aku tidak akan melepaskanmu. Aku gak mau kamu giniin. Aku gak suka kamu diemin. Hatiku sakit jika kamu kaya gini. Aku sayang sama kamu, Vi. Aku gak mau kamu ninggalin aku."

Mengerjapkan mata beberapa kali guna memastikan jika apa yang dilihatnya adalah kenyataan. Marshal sampai tertegun melihat kejadian tersebut. Kenapa Sendi memeluk Viona? Dan calon istri Marshal tersebut terlihat berontak. Marshal jadi tidak yakin, jika di antara mereka tidak ada hubungan apapun. Melihat interaksi keduanya, dia yakin, mereka pasti punya hubungan.

Sebenarnya dia panas melihat hal itu. Calon istrinya dipeluk oleh laki-laki lain, jelas dia tidak terima. Ingin rasanya dia melabrak mereka dan segera membawa Viona hanya untuknya. Tapi, niatnya dia urungkan karena ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.  

"Rio, apa benar mereka tidak memiliki hubungan? Kenapa pria itu berani memeluknya?"

"Tidak, Tuan. Setahu saya, mereka memang tidak memiliki hubungan khusus hanya sebatas teman saja."

  "Sendi, lepaskan aku!" Viona masih terus mencoba melepaskan pelukan Sendi yang semakin lama malah semakin erat. Tubuh Viona sampai terasa sesak dibuatnya.

"Aku tidak akan melepaskanmu. Aku sangat mencintaimu, Viona."

"Lepaskan atau aku akan sangat membencimu. Aku tidak akan pernah mau lagi bertemu denganmu!" ancam Viona keras. Sendi pun akhirnya menurut. Dia takut dengan ucapan Viona akan terjadi karena Viona bukan tipe orang yang suka bermain-main dengan ucapannya. Perlahan pelukannya dia lerai, namun tetap waspada karena takut Viona berlari jauh darinya.

Setelah pelukan terlepas Viona bernapas lega. Dia menatap Sendi dengan tajam serta melayangkan tangannya di udara.

PLAK!!

Sendi terbelalak mendapat tamparan manis dari Viona. Tidak percaya jika perempuan cantik tersebut berani menampar dirinya dengan begitu keras.

  "Kenapa kamu malah menamparku?" Sendi memegang pipinya. Masih tidak percaya dengan apa yang barusan Sendi lakukan.

Terpopuler

Comments

👑

👑

semangat

2020-12-16

1

OP_PRO

OP_PRO

Semangat kak , lanjut terus ceritanya aku udah nungguin...

buat temen-temen aku kasih saran cerita yang menarik nih judulnya Mencintai bayangan dan psikopat cantik..

2020-10-10

1

lihat semua
Episodes
1 Tawaran
2 Aku harus bagaimana?
3 Apa aku harus menyetujuinya?
4 Penolakan
5 Menemui Putri Pratama
6 Mencurigakan
7 Makan siang
8 Penawaran kembali
9 Aku tidak bisa bersabar lagi.
10 Viona menyetujuinya?
11 Tidak mendapat jawaban
12 Menyampaikan keputusan
13 Menyetujui
14 Setelah Persetujuan
15 Mulai Tercekat
16 Siapa laki-laki itu?
17 Baru Calon Istri
18 Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19 Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20 Ta'aruf
21 Minggu depan?
22 Saya meminta keadilan, boleh?
23 Bertemu Calon Mertua
24 Nikah
25 Ritsleting
26 Dia punya kekasih
27 Pikiran Konyol Nona
28 Menapaki Rumah Marshal
29 Begadang
30 Tidak percaya
31 Hanya Pelayan
32 Terlambat bangun
33 Bulan Madu?
34 Amanda?
35 Tidak marah
36 Kuli Panggul Macho
37 Guling Bernyawa
38 Tugas baru
39 Kondisi Sendi
40 Berkunjung
41 Cucu
42 Masih ada harapan
43 Terjebak sandiwara
44 Rahasia
45 Bosan
46 Ceraikan Dia
47 Diantar Pulang
48 Alasan
49 Istriku, bukan pelayan
50 Kekasih suamiku
51 Bukan saya, sungguh!
52 Itu ... Sendi?
53 Bendera Perang
54 Akan Kutunggu Jandamu!
55 Saya mencintainya, Tuan.
56 Bukan balas dendam
57 Lunch Box
58 Senang diperhatikan
59 Kesal
60 Maaf
61 Info!
62 Izin
63 Membujuk
64 Miskin
65 Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66 Petuah
67 Hey, there! This your collections.
68 Status dan Cinta itu berbeda
69 Tidak mengerti
70 Tamparan
71 Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72 Negosiasi
73 Perdebatan
74 Akibat mata rabun
75 Kembali tunduk
76 Berkenalan dengan Zean
77 Terlalu Rumit
78 Jatuh Cinta
79 Kejadian Tidak Senonoh
80 Zahra
81 Ditinggal ke luar kota
82 Check in Hotel
83 Bertemu Sendi
84 Patah Hati
85 Memuakkan!
86 Ketahuan
87 Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88 Kacau
89 Kemarahan Kembali
90 Alasan Kebencian
91 Tanpa Sepengetahuan Marshal
92 Bersiap Mengakhiri Hubungan
93 Membujuk Michelle
94 Menginginkan perceraian?
95 Luapan Perasaan
96 Ke Persidangan?
97 Benar-benar pergi
98 Kenapa?
99 Mungkin kembali akan jadi solusi
100 Visual
101 Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102 Hanya satu bulan
103 Peluklah sesuka hati Tuan.
104 Kecelakaan
105 Kabar Mengejutkan
106 Tidak Berarti Apapun
107 Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108 Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109 Cinta atau Obsesi?
110 Mengalah
111 Istri Keras Kepala
112 Menjenguk Sendi
113 Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114 Ruyam
115 Uji Coba?
116 Ternyata Hanya Obsesi
117 Menghindari untuk Memulai kembali
118 Awal Baru
119 Ratu dan Lebah Jantan
120 Takdir
121 Bertemu Lagi Dengannya
122 Harus Melupakan!
123 Khawatir
124 Aku Mencintaimu, Zahra.
125 Isi Dompet
126 Koleksi?
127 Cinta Pertama
128 Kamu Cinta Terakhirku
129 Selir?
130 Berapa istrimu sebenarnya?
131 Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132 Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133 Pacaran Setelah Menikah
134 Keuntungan Berinvestasi
135 Suamiku Tampan
136 Undangan
137 Tidak Akan Memaksa
138 Dilabrak
139 Tidak Menyangka
140 Yang Sebenarnya ...
141 Berusaha Tegas Menghadapi
142 Manda, berhenti mengatainya!
143 Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144 Aku Mau Kamu
145 Minta dihamili?
146 Apa yang terjadi?
147 Amanda Bunuh Diri
148 Manda, Bertahanlah!
149 Menyinggung
150 Masalah Kesiapan
151 Ditinggal Lagi
152 Rahma Menangis
153 Melepaskan
154 Konsultasi
155 Manja
156 Hadiah
157 Honeymoon?
158 Viona Cemburu?
159 di Belakang Marshal
160 Membujuk Marshal Yang Sakit
161 Mau Makan Karena Ciuman
162 Bisikkan Michelle
163 Dia Tersinggung
164 Ingin Pulang
165 Sebuah Pengkhianatan
166 Membunuh Rio
167 Ada Apa Ini?
168 Rencana Berhasil
169 Dipermainkan
170 Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171 Tibalah Saatnya
172 Keberhasilan
173 Kekesalan Viona
174 Kesal Berlanjut
175 Bukan begitu, Sayang.
176 Aku Makin Sayang Sama Kamu
177 Bersyukur Jadi Istri Marshal
178 Cukup Marshal Saja!
179 LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180 Kepanikan
181 Kecemasan
182 Ukiran Nama di Cincin Nikah
183 Penyebab Kebakaran
184 Gelisah
185 Pulang
186 Nyonya Pejabat
187 Malu
188 Orang suruhan nona Amanda
189 Viona Cemburu
190 Marshal Kecelakaan
191 Kekejaman Marshal
192 Penangkapan Amanda
193 Demi Kamu
194 Buronan
195 Dilema Lagi
196 Balik Lagi
197 Amanda Telah Dipenjara
198 Marshal Berbeda
199 Masalah Kecebong
200 Marshal Ingin Punya Anak
201 Membujuk Viona
202 Predator
203 Aquarium Buat Nyonya
204 Kapan Akan dipanggil Papa?
205 Membujuk Lewat Lina
206 Viona Menyosor Marshal
207 Lebih Baik
208 Semakin Manis?
209 Belanja Bareng Mertua
210 Membeli Pakaian Seksi?
211 Mau Punya Anak Seperti Zean?
212 Viona Ingin Berkencan
213 Berkencan
214 Ya ... nanti.
215 Akan Berangkat Bulan Madu
216 Melakukannya di Kamar Mandi?
217 Grand Opening
218 Nyonya Marshal Cemburu
219 Terakhir
220 Kantor Marshal
221 Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222 Cemburu Viona Menyeramkan
223 Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224 I-iya
225 Viona yang Agresif
226 Kenapa harus dengan wanita itu?
227 Chal, aku rindu.
228 Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229 Apakah Marshal masih mencintainya?
230 Viona Diculik
231 Siapa Laki-Laki Itu?
232 Semua Ide Rio
233 Kejutan yang tidak Mengejutkan
234 Negeri Sakura
235 Honeymoon Macam Apa Ini?
236 Pagi Cerah!
237 Nyonya Senang, Marshal Menang.
238 Chidorigafuchi
239 Tokyo Tower
240 Belanja Oleh-Oleh
241 Kabar Buruk
242 Berat Hati
243 Perhatian Viona
244 Viona Hilang
245 Kembali Meminta Untuk Bercerai
246 Mereka Sama-Sama Tersiksa
247 Viona Hamil?
248 Embrio
249 Rahma Siuman
250 Rujuk Uhuy!
251 Marshal Diusir
252 Sabar, Chal ...
253 di Bawah Kolong Meja
254 Bangun
255 Sabar
256 Nyonya dan Tuan
257 Si Dedek
258 Mirip Mama atau Papa?
259 Latihan Melahirkan
260 Viona Harus Ngidam
261 Rrrr ... hentikan!
262 Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263 Si Jagoan
264 Dasar gak peka!
265 Nama untuk Tuan Kecil
266 Viona Terjatuh
267 Mari Bersiap Bersama!
268 Memenangkan Perang
269 Akhir dari Sebuah Perjalanan
270 Huh, Extra Part!
271 Holaaaaaa ....
Episodes

Updated 271 Episodes

1
Tawaran
2
Aku harus bagaimana?
3
Apa aku harus menyetujuinya?
4
Penolakan
5
Menemui Putri Pratama
6
Mencurigakan
7
Makan siang
8
Penawaran kembali
9
Aku tidak bisa bersabar lagi.
10
Viona menyetujuinya?
11
Tidak mendapat jawaban
12
Menyampaikan keputusan
13
Menyetujui
14
Setelah Persetujuan
15
Mulai Tercekat
16
Siapa laki-laki itu?
17
Baru Calon Istri
18
Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19
Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20
Ta'aruf
21
Minggu depan?
22
Saya meminta keadilan, boleh?
23
Bertemu Calon Mertua
24
Nikah
25
Ritsleting
26
Dia punya kekasih
27
Pikiran Konyol Nona
28
Menapaki Rumah Marshal
29
Begadang
30
Tidak percaya
31
Hanya Pelayan
32
Terlambat bangun
33
Bulan Madu?
34
Amanda?
35
Tidak marah
36
Kuli Panggul Macho
37
Guling Bernyawa
38
Tugas baru
39
Kondisi Sendi
40
Berkunjung
41
Cucu
42
Masih ada harapan
43
Terjebak sandiwara
44
Rahasia
45
Bosan
46
Ceraikan Dia
47
Diantar Pulang
48
Alasan
49
Istriku, bukan pelayan
50
Kekasih suamiku
51
Bukan saya, sungguh!
52
Itu ... Sendi?
53
Bendera Perang
54
Akan Kutunggu Jandamu!
55
Saya mencintainya, Tuan.
56
Bukan balas dendam
57
Lunch Box
58
Senang diperhatikan
59
Kesal
60
Maaf
61
Info!
62
Izin
63
Membujuk
64
Miskin
65
Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66
Petuah
67
Hey, there! This your collections.
68
Status dan Cinta itu berbeda
69
Tidak mengerti
70
Tamparan
71
Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72
Negosiasi
73
Perdebatan
74
Akibat mata rabun
75
Kembali tunduk
76
Berkenalan dengan Zean
77
Terlalu Rumit
78
Jatuh Cinta
79
Kejadian Tidak Senonoh
80
Zahra
81
Ditinggal ke luar kota
82
Check in Hotel
83
Bertemu Sendi
84
Patah Hati
85
Memuakkan!
86
Ketahuan
87
Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88
Kacau
89
Kemarahan Kembali
90
Alasan Kebencian
91
Tanpa Sepengetahuan Marshal
92
Bersiap Mengakhiri Hubungan
93
Membujuk Michelle
94
Menginginkan perceraian?
95
Luapan Perasaan
96
Ke Persidangan?
97
Benar-benar pergi
98
Kenapa?
99
Mungkin kembali akan jadi solusi
100
Visual
101
Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102
Hanya satu bulan
103
Peluklah sesuka hati Tuan.
104
Kecelakaan
105
Kabar Mengejutkan
106
Tidak Berarti Apapun
107
Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108
Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109
Cinta atau Obsesi?
110
Mengalah
111
Istri Keras Kepala
112
Menjenguk Sendi
113
Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114
Ruyam
115
Uji Coba?
116
Ternyata Hanya Obsesi
117
Menghindari untuk Memulai kembali
118
Awal Baru
119
Ratu dan Lebah Jantan
120
Takdir
121
Bertemu Lagi Dengannya
122
Harus Melupakan!
123
Khawatir
124
Aku Mencintaimu, Zahra.
125
Isi Dompet
126
Koleksi?
127
Cinta Pertama
128
Kamu Cinta Terakhirku
129
Selir?
130
Berapa istrimu sebenarnya?
131
Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132
Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133
Pacaran Setelah Menikah
134
Keuntungan Berinvestasi
135
Suamiku Tampan
136
Undangan
137
Tidak Akan Memaksa
138
Dilabrak
139
Tidak Menyangka
140
Yang Sebenarnya ...
141
Berusaha Tegas Menghadapi
142
Manda, berhenti mengatainya!
143
Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144
Aku Mau Kamu
145
Minta dihamili?
146
Apa yang terjadi?
147
Amanda Bunuh Diri
148
Manda, Bertahanlah!
149
Menyinggung
150
Masalah Kesiapan
151
Ditinggal Lagi
152
Rahma Menangis
153
Melepaskan
154
Konsultasi
155
Manja
156
Hadiah
157
Honeymoon?
158
Viona Cemburu?
159
di Belakang Marshal
160
Membujuk Marshal Yang Sakit
161
Mau Makan Karena Ciuman
162
Bisikkan Michelle
163
Dia Tersinggung
164
Ingin Pulang
165
Sebuah Pengkhianatan
166
Membunuh Rio
167
Ada Apa Ini?
168
Rencana Berhasil
169
Dipermainkan
170
Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171
Tibalah Saatnya
172
Keberhasilan
173
Kekesalan Viona
174
Kesal Berlanjut
175
Bukan begitu, Sayang.
176
Aku Makin Sayang Sama Kamu
177
Bersyukur Jadi Istri Marshal
178
Cukup Marshal Saja!
179
LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180
Kepanikan
181
Kecemasan
182
Ukiran Nama di Cincin Nikah
183
Penyebab Kebakaran
184
Gelisah
185
Pulang
186
Nyonya Pejabat
187
Malu
188
Orang suruhan nona Amanda
189
Viona Cemburu
190
Marshal Kecelakaan
191
Kekejaman Marshal
192
Penangkapan Amanda
193
Demi Kamu
194
Buronan
195
Dilema Lagi
196
Balik Lagi
197
Amanda Telah Dipenjara
198
Marshal Berbeda
199
Masalah Kecebong
200
Marshal Ingin Punya Anak
201
Membujuk Viona
202
Predator
203
Aquarium Buat Nyonya
204
Kapan Akan dipanggil Papa?
205
Membujuk Lewat Lina
206
Viona Menyosor Marshal
207
Lebih Baik
208
Semakin Manis?
209
Belanja Bareng Mertua
210
Membeli Pakaian Seksi?
211
Mau Punya Anak Seperti Zean?
212
Viona Ingin Berkencan
213
Berkencan
214
Ya ... nanti.
215
Akan Berangkat Bulan Madu
216
Melakukannya di Kamar Mandi?
217
Grand Opening
218
Nyonya Marshal Cemburu
219
Terakhir
220
Kantor Marshal
221
Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222
Cemburu Viona Menyeramkan
223
Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224
I-iya
225
Viona yang Agresif
226
Kenapa harus dengan wanita itu?
227
Chal, aku rindu.
228
Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229
Apakah Marshal masih mencintainya?
230
Viona Diculik
231
Siapa Laki-Laki Itu?
232
Semua Ide Rio
233
Kejutan yang tidak Mengejutkan
234
Negeri Sakura
235
Honeymoon Macam Apa Ini?
236
Pagi Cerah!
237
Nyonya Senang, Marshal Menang.
238
Chidorigafuchi
239
Tokyo Tower
240
Belanja Oleh-Oleh
241
Kabar Buruk
242
Berat Hati
243
Perhatian Viona
244
Viona Hilang
245
Kembali Meminta Untuk Bercerai
246
Mereka Sama-Sama Tersiksa
247
Viona Hamil?
248
Embrio
249
Rahma Siuman
250
Rujuk Uhuy!
251
Marshal Diusir
252
Sabar, Chal ...
253
di Bawah Kolong Meja
254
Bangun
255
Sabar
256
Nyonya dan Tuan
257
Si Dedek
258
Mirip Mama atau Papa?
259
Latihan Melahirkan
260
Viona Harus Ngidam
261
Rrrr ... hentikan!
262
Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263
Si Jagoan
264
Dasar gak peka!
265
Nama untuk Tuan Kecil
266
Viona Terjatuh
267
Mari Bersiap Bersama!
268
Memenangkan Perang
269
Akhir dari Sebuah Perjalanan
270
Huh, Extra Part!
271
Holaaaaaa ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!