Aku harus bagaimana?

"Kenapa harus aku, tidak mencari jalan keluar lain saja? Apa papa tidak menyayangiku?" ucap Viona pada dirinya sendiri. Dia terdiam kembali.

Setelah mendengar penjelasan dari Heru yang sangat mengejutkan beberapa jam lalu, dia mengurung diri di kamar. Tidak membiarkan siapa pun masuk bahkan Heru sekalipun tidak bisa bertatap muka lagi dengannya sehingga Heru merasa tidak enak hati dengan dalam. Dia tahu, anaknya pasti sangat kecewa pada keputusannya. Namun, tidak ada jalan lain yang bisa dia lakukan. Hanya itu cara satu-satunya yang masih bisa jadi harapan. Meskipun menyakitkan.

Viona menggeleng lagi. Dia bahkan sampai tidak mau makan hanya karena memikirkan perkataan Heru. Viona tidak sedikitpun bicara lagi pada Heru maupun Lina yang sedari tadi terus meminta maaf padanya.

Kenapa? Kenapa harus dia yang menjadi korbannya? Kenapa harus dengan cara menikah yang menjadi jalan keluarnya? Kenapa?

Hidup Viona bagaikan runtuh dalam sedetik. Tidak tahu harus marah pada siapa dan bagaimana cara mencurahkannya. Hanya diam yang bisa dia lakukan. Menangis pun tidak bisa karena dia masih belum sepenuhnya percaya akan kenyataan itu. Kenyataan yang mengharuskan dia menikah dengan Marshal demi menyelamatkan perusahaan. Tidak masuk akal.

**

"Papa menjualku?" tanya Viona dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dia tidak menyangka jika Heru akan setega itu memperlakukannya.

Heru segera menggeleng dan meraih kembali tangan Viona. "Bukan begitu maksud papa, Viona. Papa hanya tidak punya pilihan lain. Jangan anggap masalah ini tindak penjualan! Papa sakit mendengarnya. Anggap saja ini sebuah penyelamatan terhadap kelanjutan hidup keluarga kita. Dengan-"

"Tetap saja namanya penjualan, Pa!" potong Viona dengan nada tinggi. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran ayahnya ini. Kenapa harus mengorbankan anak hanya demi perusahaan? "Jika perusahaan lebih berharga, maka buang saja aku. Jika-"

"Bukan itu maksud papa, Viona!" bentak Heru membuat Viona langsung terdiam dengan raut yang jelas memancarkan keterkejutan. Heru tidak pernah membentaknya seperti itu.

Sadar dengan nadanya yang terlalu keras, Heru menghela napas kasar dan meminta maaf pada Viona yang mulai ketakutan. "Bisa tidak kamu mengerti keadaan? Papa sedang pusing dan tidak punya jalan keluar. Harapan papa cuma kamu. Hanya kamu, Viona. Jika perusahaan hancur, maka keluarga kita akan hidup sengsara. Kamu mau hidup luntang lantung, tidak tenang dililit utang?"

**

"Arghh! Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Viona mengacak rambutnya frustasi saat mengingat penjelasan Heru. Dia duduk bersimpuh di samping ranjang dengan kedua kaki yang ditekuk.

Keadaan yang sangat rumit ini membuatnya sampai hilang akal. Bagaimana ia bisa menikah dengan Marshal yang belum dia cintai bahkan tidak dia kenal sama sekali. Terlebih, pernikahannya harus dilakukan demi menyelamatkan perusahaan. Apa itu terdengar masuk akal? Tidak. Sama saja dengan penjualan anak, bukan?

Tapi, Viona sendiri juga tidak tahu harus bagaimana. Dia ingin membantu ayahnya untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara lain supaya dia tidak menikah dengan Marshal. Tapi dengan cara apa? Heru saja orang ahli di bidang perbisnisan sudah kelimpungan, apalagi dirinya yang bahkan tidak mengerti sama sekali tentang perusahaan.

"Dek?"

Viona mendongak melihat ke arah pintu. Vino masuk dan menutup pintunya kembali lalu menghampiri Viona. Dia ikut duduk bersimpuh di atas karpet dan menyandarkan punggung pada pinggiran ranjang.

"Kamu kenapa?" tanya Vino basa basi. Sebenarnya dia juga tahu jika Viona sedang dalam kondisi yang kurang baik karena Vino sudah tahu semuanya dari Heru.

Viona menggeleng dan menunduk. Dia hanya terdiam menahan rasa sakit itu sendirian. Padahal matanya sudah panas ingin menumpahkan bulirannya sekarang juga. Tapi, sebisa mungkin ia tahan. Viona tidak mau kakaknya jadi ikut khawatir.

"Hei, kamu kenapa?" Vino menunduk. Menarik dagu Viona hingga bisa menatapnya dengan lekat. "Mau nangis? Kenapa?" Vino tahu betul sifat adiknya. Dia juga tidak tega melihat Viona muram seperti ini. Yang Vino tahu, adiknya itu sangat periang dan tegar. Tidak pernah terlihat sekacau ini.

Tanpa berkata lagi, Viona memeluk Vino dengan erat. Tangisnya langsung tumpah di dalam dekapan Vino hingga membasahi baju bagian dada kakaknya.

Dengan perlahan, diusapnya punggung Viona yang terguncang. Vino teramat paham dengan perasaan Viona, bahkan jika dia yang berada di posisi Viona, mungkin tidak akan sanggup mendengar kenyataan ini. Mendengar Heru yang akan menikahkannya demi perusahaan, mungkin Vino dengan segera akan menentang. Tapi adiknya ini hanya terdiam menyimpan sakitnya sendiri. Setegar itukah Viona mengetahui hal yang mengejutkan ini?

"Sst, sudah-sudah!" Vino mengelus kepala Viona dengan sayang. Tidak tega melihat Viona yang tangguh ini menjadi rapuh hanya karena perkataan Heru.

"Kak, aku akan dinikahkan sama Tuan Marshal," ucap Viona dengan terisak. Masih menyembunyikan wajahnya di dada sang kakak. "Aku gak mau. Aku gak mau menikah dengannya. Aku gak kenal dia." Tangis Viona semakin pilu terasa membuat Vino semakin tidak tega.

Lama Viona menangis dalam dekapan Vino yang hanya terdiam memberikan waktu untuk adiknya mengeluarkan semua perasaannya. Rasa terkejut, kecewa, sedih, dan marah Viona luapkan dengan tangisan yang dia tumpah ruahkan di depan sang kakak. Hanya dengan Vino dia bisa berbagi segalanya. Mengatakan ketidaksediannya menuruti perintah Heru dengan gamblang. Hanya pada kakaknya dia bisa mencurahkan semuanya dan meminta bantuan, saat ini.

"Dek, sudah! Kakak gak mau liat kamu nangis terus kayak gini." Vino mengurai pelukannya membuat Viona harus sedikit menjauh dari dadanya dan perlahan mereka bertatapan. "Ululu, lihat! Wajah kamu ambyar gini," gurau Vino menguyel-uyel pipi sang adik dengan gemas.

Viona jadi tersipu mendengarnya. Tangisnya mulai mereda namun masih enggan untuk bicara.

"Katakan! Apa yang membuatmu sampai menangis sedahsyat ini?" ucap Vino dengan pelan. Tidak lupa dia juga tersenyum menggoda membuat Viona jadi salah tingkah. Dia tahu, Vino sedang mencoba menghiburnya supaya tidak merasa tegang dan sedih lagi. Namun, Viona masih bisa merasakan kesedihannya walau tidak sebesar tadi.

"Aku harus bagaimana? Papa akan menikahkan aku demi menyelamatkan perusahaan. Itu sama saja dengan menjualku 'kan, Kak? Apa aku harus menuruti keinginan papa?"

Vino terdiam memandangi wajah sang adik dengan lekat. Dia juga bingung dengan keadaan saat ini. Dia sudah mencoba memutar otak untuk membantu keluar dari masalah yang dihadapi Heru. Tapi, hanya jalan buntu yang dia dapatkan. Satu-satunya jalan keluar memang dengan menyetujui tawaran Marshal. Tapi itu sudah pasti sangat berat untuk dilakukan.

"Aku gak mau, Kak. Bahkan aku gak kenal dia. Tapi, papa ...." Tangis Viona kembali pecah. Menyurukan wajahnya pada sang Kakak, Viona tidak bisa menahan lagi rasa sedih dan marahnya.

"Sstt, sudah jangan nangis lagi!" Tak hentinya Vino mengusap punggung Viona hingga adiknya kembali tenang. "Papa melakukan semua ini juga ada alasannya. Kakak tahu, papa terpaksa melakukan ini. Jika ada cara lain, sudah tentu papa tidak akan melakukan hal ini ...."

"Tapi kenapa harus aku, Kak?"

Vino membuang napasnya gusar. Itulah yang menjadi titik terberatnya. Viona yang harus dikorbankan dan tidak ada pilihan lain lagi. Jika saja, posisinya berbeda dan Vino yang harus menggantikan adiknya. Dengan senang hati Vino akan melakukannya. Asalkan bukan Viona yang menanggung imbas dari semuanya.

Tapi, semua itu tidak mungkin bisa diubah dengan posisi. Yang Marshal inginkan hanya menikahi Viona. Heru dan Vino bisa apa, mereka hanya orang yang sedang kelaparan mencari bantuan. Dan, datang Marshal memberikan penawaran. Awalnya, mereka kira penawarannya akan mudah dihadapi untuk kemudian disetujui. Ternyata tidak.

Kenapa juga Marshal harus meminta menikahinya? Padahal jika Marshal meminta timbal balik jasa, Vino bisa mengabdikan sisa hidupnya untuk bekerja dengan Marshal sekalipun tidak digaji.

"Aku harus apa, Kak? Aku tidak mau menikah dengannya." Pelukan Viona semakin erat meskipun isak tangisnya sudah mereda. Tapi nada pilunya masih bisa terasa menyesakkan dada.

"Jika Kakak berada di posisi aku, apa yang akan kakak lakukan?" Viona melepaskan pekukannya. Menatap Vino dengan lekat. "Kakak pasti menolaknya juga, kan? Sama seperti aku. Tidak mungkin Kakak mau menikah dengan orang yang tidak Kakak cintai, bahkan hanya karena alasan perusahaan. Sudah pasti Kakak akan menolaknya, kan?"

"Tidak," jawab Vino dengan cepat.

Viona tertegun mendengar jawaban kakaknya. "Apa kakak gila? Tidak mungkin kakak mau melakukan itu?"

"Viona, dengarkan Kakak!" Vino mengusap pipi adiknya dengan lembut. Perlahan menjelaskan alasannya dengan tenang. "Jika kakak berada di posisimu, kakak pasti menyetujuinya-"

"Kenapa?" tanya Viona tidak terima. Dia tidak sepemikiran dengan Vino. Bagaimana mungkin penawaran seperti itu disetujui dengan mudah? Gampamg sekali Vino bicara seperti itu. Apa dia tidak melihat betapa tersiksanya Viona saat mengetahui hal itu?

"Dengar dulu!" ucap Vino masih tenang. Viona pun akhirnya terdiam walaupun batinnya tidak terima dan menolak pemikirian kakaknya yang tidak berperasaan itu. "Dampak dari kebangkrutan perusahaan papa bukan hanya berakibat pada kita, tapi juga pada orang lain."

"Maksud kakak?"

Vino tersenyum manis membawa aura menenangkan sebelum dia menjelaskan. Viona pun terdiam kembali. "Kita lupakan dulu dampaknya terhadap keluarga kita yang sudah jelas pasti akan menderita," ujar Viona dengan lembut.

"Kamu pasti tahu, karyawan di perusahaan papa itu puluhan ribu. Jika perusahaan bangkrut, apa yang akan terjadi pada mereka? Tidak jadi masalah besar jika hanya keluarga kita yang mendapat imbasnya. Paling-paling kita sengsara dan hidup luntang lantung. Tapi kita masih bisa berusaha untuk bangun di kemudian hari. Tapi, mereka? Bagaimana nasib puluhan ribu karyawan papa? Bagaimana mereka menjalani kehidupannya lagi setelah kebangkrutan itu tiba? Tidak mungkin ada perusahaan lain yang akan menerima mereka dengan cepat. Itu artinya dampak terbesar dari kebangkrutan ini bukan keluarga kita, tapi mereka."

Viona hanya diam. Merenungkan ucapan Vino yang memang benar masuk akal. Tetapi, apa harus Viona yang berkorban?

"Percayalah! Papa melakukan semua ini dengan alasan yang jelas. Bukan hanya karena tidak mau melihat keluarganya menderita, tapi juga tidak mau menghancurkan taraf hidup banyak keluarga."

Terpopuler

Comments

KalinggaAnom

KalinggaAnom

paling sebel ya mengatasnamakan orang lain biar kita berkorban. Duh, badmood baca part ini...

2021-02-13

2

Michelle Avantica

Michelle Avantica

mulai baca dan moga beda dgn yg lainnya ya..

2021-02-06

1

Shaila

Shaila

Mantap Thor👍

2021-01-14

1

lihat semua
Episodes
1 Tawaran
2 Aku harus bagaimana?
3 Apa aku harus menyetujuinya?
4 Penolakan
5 Menemui Putri Pratama
6 Mencurigakan
7 Makan siang
8 Penawaran kembali
9 Aku tidak bisa bersabar lagi.
10 Viona menyetujuinya?
11 Tidak mendapat jawaban
12 Menyampaikan keputusan
13 Menyetujui
14 Setelah Persetujuan
15 Mulai Tercekat
16 Siapa laki-laki itu?
17 Baru Calon Istri
18 Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19 Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20 Ta'aruf
21 Minggu depan?
22 Saya meminta keadilan, boleh?
23 Bertemu Calon Mertua
24 Nikah
25 Ritsleting
26 Dia punya kekasih
27 Pikiran Konyol Nona
28 Menapaki Rumah Marshal
29 Begadang
30 Tidak percaya
31 Hanya Pelayan
32 Terlambat bangun
33 Bulan Madu?
34 Amanda?
35 Tidak marah
36 Kuli Panggul Macho
37 Guling Bernyawa
38 Tugas baru
39 Kondisi Sendi
40 Berkunjung
41 Cucu
42 Masih ada harapan
43 Terjebak sandiwara
44 Rahasia
45 Bosan
46 Ceraikan Dia
47 Diantar Pulang
48 Alasan
49 Istriku, bukan pelayan
50 Kekasih suamiku
51 Bukan saya, sungguh!
52 Itu ... Sendi?
53 Bendera Perang
54 Akan Kutunggu Jandamu!
55 Saya mencintainya, Tuan.
56 Bukan balas dendam
57 Lunch Box
58 Senang diperhatikan
59 Kesal
60 Maaf
61 Info!
62 Izin
63 Membujuk
64 Miskin
65 Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66 Petuah
67 Hey, there! This your collections.
68 Status dan Cinta itu berbeda
69 Tidak mengerti
70 Tamparan
71 Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72 Negosiasi
73 Perdebatan
74 Akibat mata rabun
75 Kembali tunduk
76 Berkenalan dengan Zean
77 Terlalu Rumit
78 Jatuh Cinta
79 Kejadian Tidak Senonoh
80 Zahra
81 Ditinggal ke luar kota
82 Check in Hotel
83 Bertemu Sendi
84 Patah Hati
85 Memuakkan!
86 Ketahuan
87 Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88 Kacau
89 Kemarahan Kembali
90 Alasan Kebencian
91 Tanpa Sepengetahuan Marshal
92 Bersiap Mengakhiri Hubungan
93 Membujuk Michelle
94 Menginginkan perceraian?
95 Luapan Perasaan
96 Ke Persidangan?
97 Benar-benar pergi
98 Kenapa?
99 Mungkin kembali akan jadi solusi
100 Visual
101 Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102 Hanya satu bulan
103 Peluklah sesuka hati Tuan.
104 Kecelakaan
105 Kabar Mengejutkan
106 Tidak Berarti Apapun
107 Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108 Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109 Cinta atau Obsesi?
110 Mengalah
111 Istri Keras Kepala
112 Menjenguk Sendi
113 Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114 Ruyam
115 Uji Coba?
116 Ternyata Hanya Obsesi
117 Menghindari untuk Memulai kembali
118 Awal Baru
119 Ratu dan Lebah Jantan
120 Takdir
121 Bertemu Lagi Dengannya
122 Harus Melupakan!
123 Khawatir
124 Aku Mencintaimu, Zahra.
125 Isi Dompet
126 Koleksi?
127 Cinta Pertama
128 Kamu Cinta Terakhirku
129 Selir?
130 Berapa istrimu sebenarnya?
131 Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132 Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133 Pacaran Setelah Menikah
134 Keuntungan Berinvestasi
135 Suamiku Tampan
136 Undangan
137 Tidak Akan Memaksa
138 Dilabrak
139 Tidak Menyangka
140 Yang Sebenarnya ...
141 Berusaha Tegas Menghadapi
142 Manda, berhenti mengatainya!
143 Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144 Aku Mau Kamu
145 Minta dihamili?
146 Apa yang terjadi?
147 Amanda Bunuh Diri
148 Manda, Bertahanlah!
149 Menyinggung
150 Masalah Kesiapan
151 Ditinggal Lagi
152 Rahma Menangis
153 Melepaskan
154 Konsultasi
155 Manja
156 Hadiah
157 Honeymoon?
158 Viona Cemburu?
159 di Belakang Marshal
160 Membujuk Marshal Yang Sakit
161 Mau Makan Karena Ciuman
162 Bisikkan Michelle
163 Dia Tersinggung
164 Ingin Pulang
165 Sebuah Pengkhianatan
166 Membunuh Rio
167 Ada Apa Ini?
168 Rencana Berhasil
169 Dipermainkan
170 Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171 Tibalah Saatnya
172 Keberhasilan
173 Kekesalan Viona
174 Kesal Berlanjut
175 Bukan begitu, Sayang.
176 Aku Makin Sayang Sama Kamu
177 Bersyukur Jadi Istri Marshal
178 Cukup Marshal Saja!
179 LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180 Kepanikan
181 Kecemasan
182 Ukiran Nama di Cincin Nikah
183 Penyebab Kebakaran
184 Gelisah
185 Pulang
186 Nyonya Pejabat
187 Malu
188 Orang suruhan nona Amanda
189 Viona Cemburu
190 Marshal Kecelakaan
191 Kekejaman Marshal
192 Penangkapan Amanda
193 Demi Kamu
194 Buronan
195 Dilema Lagi
196 Balik Lagi
197 Amanda Telah Dipenjara
198 Marshal Berbeda
199 Masalah Kecebong
200 Marshal Ingin Punya Anak
201 Membujuk Viona
202 Predator
203 Aquarium Buat Nyonya
204 Kapan Akan dipanggil Papa?
205 Membujuk Lewat Lina
206 Viona Menyosor Marshal
207 Lebih Baik
208 Semakin Manis?
209 Belanja Bareng Mertua
210 Membeli Pakaian Seksi?
211 Mau Punya Anak Seperti Zean?
212 Viona Ingin Berkencan
213 Berkencan
214 Ya ... nanti.
215 Akan Berangkat Bulan Madu
216 Melakukannya di Kamar Mandi?
217 Grand Opening
218 Nyonya Marshal Cemburu
219 Terakhir
220 Kantor Marshal
221 Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222 Cemburu Viona Menyeramkan
223 Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224 I-iya
225 Viona yang Agresif
226 Kenapa harus dengan wanita itu?
227 Chal, aku rindu.
228 Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229 Apakah Marshal masih mencintainya?
230 Viona Diculik
231 Siapa Laki-Laki Itu?
232 Semua Ide Rio
233 Kejutan yang tidak Mengejutkan
234 Negeri Sakura
235 Honeymoon Macam Apa Ini?
236 Pagi Cerah!
237 Nyonya Senang, Marshal Menang.
238 Chidorigafuchi
239 Tokyo Tower
240 Belanja Oleh-Oleh
241 Kabar Buruk
242 Berat Hati
243 Perhatian Viona
244 Viona Hilang
245 Kembali Meminta Untuk Bercerai
246 Mereka Sama-Sama Tersiksa
247 Viona Hamil?
248 Embrio
249 Rahma Siuman
250 Rujuk Uhuy!
251 Marshal Diusir
252 Sabar, Chal ...
253 di Bawah Kolong Meja
254 Bangun
255 Sabar
256 Nyonya dan Tuan
257 Si Dedek
258 Mirip Mama atau Papa?
259 Latihan Melahirkan
260 Viona Harus Ngidam
261 Rrrr ... hentikan!
262 Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263 Si Jagoan
264 Dasar gak peka!
265 Nama untuk Tuan Kecil
266 Viona Terjatuh
267 Mari Bersiap Bersama!
268 Memenangkan Perang
269 Akhir dari Sebuah Perjalanan
270 Huh, Extra Part!
271 Holaaaaaa ....
Episodes

Updated 271 Episodes

1
Tawaran
2
Aku harus bagaimana?
3
Apa aku harus menyetujuinya?
4
Penolakan
5
Menemui Putri Pratama
6
Mencurigakan
7
Makan siang
8
Penawaran kembali
9
Aku tidak bisa bersabar lagi.
10
Viona menyetujuinya?
11
Tidak mendapat jawaban
12
Menyampaikan keputusan
13
Menyetujui
14
Setelah Persetujuan
15
Mulai Tercekat
16
Siapa laki-laki itu?
17
Baru Calon Istri
18
Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19
Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20
Ta'aruf
21
Minggu depan?
22
Saya meminta keadilan, boleh?
23
Bertemu Calon Mertua
24
Nikah
25
Ritsleting
26
Dia punya kekasih
27
Pikiran Konyol Nona
28
Menapaki Rumah Marshal
29
Begadang
30
Tidak percaya
31
Hanya Pelayan
32
Terlambat bangun
33
Bulan Madu?
34
Amanda?
35
Tidak marah
36
Kuli Panggul Macho
37
Guling Bernyawa
38
Tugas baru
39
Kondisi Sendi
40
Berkunjung
41
Cucu
42
Masih ada harapan
43
Terjebak sandiwara
44
Rahasia
45
Bosan
46
Ceraikan Dia
47
Diantar Pulang
48
Alasan
49
Istriku, bukan pelayan
50
Kekasih suamiku
51
Bukan saya, sungguh!
52
Itu ... Sendi?
53
Bendera Perang
54
Akan Kutunggu Jandamu!
55
Saya mencintainya, Tuan.
56
Bukan balas dendam
57
Lunch Box
58
Senang diperhatikan
59
Kesal
60
Maaf
61
Info!
62
Izin
63
Membujuk
64
Miskin
65
Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66
Petuah
67
Hey, there! This your collections.
68
Status dan Cinta itu berbeda
69
Tidak mengerti
70
Tamparan
71
Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72
Negosiasi
73
Perdebatan
74
Akibat mata rabun
75
Kembali tunduk
76
Berkenalan dengan Zean
77
Terlalu Rumit
78
Jatuh Cinta
79
Kejadian Tidak Senonoh
80
Zahra
81
Ditinggal ke luar kota
82
Check in Hotel
83
Bertemu Sendi
84
Patah Hati
85
Memuakkan!
86
Ketahuan
87
Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88
Kacau
89
Kemarahan Kembali
90
Alasan Kebencian
91
Tanpa Sepengetahuan Marshal
92
Bersiap Mengakhiri Hubungan
93
Membujuk Michelle
94
Menginginkan perceraian?
95
Luapan Perasaan
96
Ke Persidangan?
97
Benar-benar pergi
98
Kenapa?
99
Mungkin kembali akan jadi solusi
100
Visual
101
Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102
Hanya satu bulan
103
Peluklah sesuka hati Tuan.
104
Kecelakaan
105
Kabar Mengejutkan
106
Tidak Berarti Apapun
107
Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108
Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109
Cinta atau Obsesi?
110
Mengalah
111
Istri Keras Kepala
112
Menjenguk Sendi
113
Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114
Ruyam
115
Uji Coba?
116
Ternyata Hanya Obsesi
117
Menghindari untuk Memulai kembali
118
Awal Baru
119
Ratu dan Lebah Jantan
120
Takdir
121
Bertemu Lagi Dengannya
122
Harus Melupakan!
123
Khawatir
124
Aku Mencintaimu, Zahra.
125
Isi Dompet
126
Koleksi?
127
Cinta Pertama
128
Kamu Cinta Terakhirku
129
Selir?
130
Berapa istrimu sebenarnya?
131
Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132
Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133
Pacaran Setelah Menikah
134
Keuntungan Berinvestasi
135
Suamiku Tampan
136
Undangan
137
Tidak Akan Memaksa
138
Dilabrak
139
Tidak Menyangka
140
Yang Sebenarnya ...
141
Berusaha Tegas Menghadapi
142
Manda, berhenti mengatainya!
143
Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144
Aku Mau Kamu
145
Minta dihamili?
146
Apa yang terjadi?
147
Amanda Bunuh Diri
148
Manda, Bertahanlah!
149
Menyinggung
150
Masalah Kesiapan
151
Ditinggal Lagi
152
Rahma Menangis
153
Melepaskan
154
Konsultasi
155
Manja
156
Hadiah
157
Honeymoon?
158
Viona Cemburu?
159
di Belakang Marshal
160
Membujuk Marshal Yang Sakit
161
Mau Makan Karena Ciuman
162
Bisikkan Michelle
163
Dia Tersinggung
164
Ingin Pulang
165
Sebuah Pengkhianatan
166
Membunuh Rio
167
Ada Apa Ini?
168
Rencana Berhasil
169
Dipermainkan
170
Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171
Tibalah Saatnya
172
Keberhasilan
173
Kekesalan Viona
174
Kesal Berlanjut
175
Bukan begitu, Sayang.
176
Aku Makin Sayang Sama Kamu
177
Bersyukur Jadi Istri Marshal
178
Cukup Marshal Saja!
179
LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180
Kepanikan
181
Kecemasan
182
Ukiran Nama di Cincin Nikah
183
Penyebab Kebakaran
184
Gelisah
185
Pulang
186
Nyonya Pejabat
187
Malu
188
Orang suruhan nona Amanda
189
Viona Cemburu
190
Marshal Kecelakaan
191
Kekejaman Marshal
192
Penangkapan Amanda
193
Demi Kamu
194
Buronan
195
Dilema Lagi
196
Balik Lagi
197
Amanda Telah Dipenjara
198
Marshal Berbeda
199
Masalah Kecebong
200
Marshal Ingin Punya Anak
201
Membujuk Viona
202
Predator
203
Aquarium Buat Nyonya
204
Kapan Akan dipanggil Papa?
205
Membujuk Lewat Lina
206
Viona Menyosor Marshal
207
Lebih Baik
208
Semakin Manis?
209
Belanja Bareng Mertua
210
Membeli Pakaian Seksi?
211
Mau Punya Anak Seperti Zean?
212
Viona Ingin Berkencan
213
Berkencan
214
Ya ... nanti.
215
Akan Berangkat Bulan Madu
216
Melakukannya di Kamar Mandi?
217
Grand Opening
218
Nyonya Marshal Cemburu
219
Terakhir
220
Kantor Marshal
221
Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222
Cemburu Viona Menyeramkan
223
Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224
I-iya
225
Viona yang Agresif
226
Kenapa harus dengan wanita itu?
227
Chal, aku rindu.
228
Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229
Apakah Marshal masih mencintainya?
230
Viona Diculik
231
Siapa Laki-Laki Itu?
232
Semua Ide Rio
233
Kejutan yang tidak Mengejutkan
234
Negeri Sakura
235
Honeymoon Macam Apa Ini?
236
Pagi Cerah!
237
Nyonya Senang, Marshal Menang.
238
Chidorigafuchi
239
Tokyo Tower
240
Belanja Oleh-Oleh
241
Kabar Buruk
242
Berat Hati
243
Perhatian Viona
244
Viona Hilang
245
Kembali Meminta Untuk Bercerai
246
Mereka Sama-Sama Tersiksa
247
Viona Hamil?
248
Embrio
249
Rahma Siuman
250
Rujuk Uhuy!
251
Marshal Diusir
252
Sabar, Chal ...
253
di Bawah Kolong Meja
254
Bangun
255
Sabar
256
Nyonya dan Tuan
257
Si Dedek
258
Mirip Mama atau Papa?
259
Latihan Melahirkan
260
Viona Harus Ngidam
261
Rrrr ... hentikan!
262
Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263
Si Jagoan
264
Dasar gak peka!
265
Nama untuk Tuan Kecil
266
Viona Terjatuh
267
Mari Bersiap Bersama!
268
Memenangkan Perang
269
Akhir dari Sebuah Perjalanan
270
Huh, Extra Part!
271
Holaaaaaa ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!