Penawaran kembali

Heru memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Bagaimana dia menjawabnya? Pikirannya kembali bimbang padahal dia sudah mengatakan penolakannya pada Marshal. Tapi kali ini keadaannya berbeda.

Setelah Marshal menjelaskan pertemuannya dengan Viona tidak sengaja, katanya. Marshal kembali mengajukan tawarannya pada Heru dan mengatakan jika dia benar-benar ingin membantu Heru untuk terbebas dari masalah perusahaan. Marshal bilang dia tidak tega melihat rekannya kesusahan dan berada dalam jurang kebangkrutan.

Tadinya Heru sudah bulat tidak akan menerima tawaran Marshal. Tapi Marshal bersikukuh mengajukan penawaran dan dia bilang jika dia juga benar-benar menginginkan Viona untuk dia nikahi.

Heru tidak tahu pasti alasan Marshal ingin menikahi Viona, tapi dia tidak peduli. Dia tidak bisa merelakan Viona begitu saja. Apalagi jika Viona menikah dengan orang yang tidak dia cintai. Heru tidak tega.

"Bagaimana, Tuan?" tanya Marshal. Dia sangat menantikan jawaban Heru setelah barusan Marshal mengatakan beberapa kalimat yang kembali menggoyahkan penolakan Heru.

Dan terlihat jika usahanya merayu Heru mulai berhasil karena Heru dari tadi hanya terdiam. Beberapa kali membuang dan menarik napasnya berat. Terlihat bimbang membuat Marshal tersenyum senang.

"O iya, Tuan," ucap Marshal, "apa Anda tidak pernah membahas tentang saya pada Viona? Kenapa dia tidak mengenali saya?"

Heru yang tadinya menunduk, mulai menengadah melihat pada Marshal yang sedang duduk bersebrangan dengannya. "Saya sudah mengatakannya pada Viona. Tapi, Viona memang tidak tahu Anda. Kalian belum pernah bertemu, kan?"

Marshal mengangguk-anggukan kepala. Pantas tadi Viona tidak mengenalinya. Untung saja tadi dia memperkenalkan nama tengahnya. Jadi, Viona tidak mengetahui dia adalah seorang Marshal. Laki-laki yang ingin menikahinya. Jika Viona mengetahuinya, sudah pasti tadi Viona akan menghindar.

"Apa Viona mengatakan sesuatu?" tanya Heru gusar. Dia pikir Marshal tadi sudah membahas masalah tawaran itu dengan Viona. Jadi,dia pikir mungkin Viona sudah menjawabnya.

Tapi, itu tidak mungkin. Jika Viona sudah menjawabnya, untuk apa Marshal kembali mengajukan penawarannya? Atau Viona sudah menolaknya, makanya Marshal kembali membujuk Heru?

"Tidak banyak yang kami katakan, Tuan. Kami tidak membahas masalah ini karena Viona tidak mengenali saya sama sekali. Jadi, saya kembali menemui Anda untuk membicarakan hal ini."

"Tapi, berarti Viona tahu nama Anda? Dia-"

"Tidak," potong Marshal. "Saya tidak menyebutkan nama depan saya. Dan kami tidak membahas apapun."

Heru menghela napas lega. Pantas saja Viona bersikap biasa saja saat pulang tadi. Ternyata Viona belum tahu siapa Marshal.

Hela napas panjang. Marshal berdiri dari duduknya diikuti Rio yang dari tadi terdiam di sampingnya. "Maaf, Tuan. Sepertinya saya harus pergi, ada rapat setelah ini. Saya sudah lumayan lama meninggalkan kantor," ucapnya disertai senyuman ramah.

Heru ikut berdiri dan mereka berjabatan tangan.

"Pikirkan kembali, Tuan! Tawaran saya sangat Anda butuhkan," ucap Marshal setelah mengucapkan salam dan meninggalkan kediaman keluarga Pratama.

Huhfthh...

Heru membung napasnya berat setelah mobil yang ditumpangi Marshal meninggalkan halaman rumahnya.

Heru naik ke lantai atas menuju kamar Viona. Dia akan membicarakan hal ini dengan Viona. Tapi, dia masih ragu dan saharusnya dia tidak goyah dengan argumen-argumen yang Marshal lontarkan tadi. Tapi, entah kenapa perasaan bimbangnya kembali menghampiri, padahal dia sudah melupakan tawaran Marshal sepenuhnya.

Tadinya, Heru hanya akan fokus memperbaiki hubungannya dengan Viona yang jadi berbeda. Tapi, Marshal kembali datang dengan sejuta kalimat persuasifnya membuat Heru kesusahan berpikir kembali.

Baru tangannya akan memegang gagang pintu kamar Viona, dering ponsel mengurungkan niatnya karena nama sekretarisnya tertera di sana. Heru membelokan arah kakinya melangkah. Dia tidak jadi masuk ke dalam kamar Viona dan malah kembali turun ke lantai dasar menuju ruangan kerjanya dengan ponsel yang menempel di telinga.

Lunglai seketika. Heru duduk dengan lemah di kursi kebesarannya setelah menutup sambungan panggilan. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Perusahannya semakin krisis. Tinggal menunggu detik-detik tiba saatnya dia mengumumkan kebangkrutan perusahannya.

Heru tersenyum kecut. Melempar gelas yang ada di atas meja kerjanya ke dinding hingga pecah tidak menyisakan kepingan. Semuanya buyar seperti pasir sangking kerasnya benturan.

Sekarang hidupnya hancur karena dia tidak berguna menjadi pemimpin. Baik di keluarga maupun perusahaan. Dia tidak becus dalam mengurusnya sampai semua kehancuran ini tiba. Heru marah pada dirinya sendiri. Kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa kehancuran terasa menyakitkan padahal dia sudah menyiapkan hati untuk mengikhlaskan? Tidak seharusnya dia merasa sedih. Kehancuran ini sudah diprediksi jauh-jauh hari. Harusnya dia lapang dada menerimanya seperti yang pernah ia katakan saat menokak tawaran Marshal. Tapi, kenapa sekarang rasanya berbeda? Dia merasa sangat terpukul dan ikut hancur. Tidak rela jika harus kehilangan banyak perusahaannya yang dia rintis sedari muda dan kini hancur secara tiba-tiba.

Banyak peluh, banyak kenangan di perusahannya yang menjadi saksi bisu perjuangannya membangun usaha sendiri tanpa campur tangan orangtua.

Semua keluh, semua kesah kembali berputar dalam benaknya di saat dia rela begadang demi memajukan perusahaan. Dia rela tidak makan bahkan tidak jarang tidur di kantor hanya karena ingin menyelesaikan pekerjaan.

Sebentar lagi semuanya akan berakhir. Semuanya sirna dan dia akan hidup seperti orang yang tidak pernah berjuang. Luntang lantung tidak jelas menahan pahitnya dunia. Dia harus memboyong keluarganya dari kemewahan yang sudah lama menemani hari mereka. Dia harus rela melihat anak dan istrinya menderita. Rela melihat banyak keluarga menderita karena ulahnya yang tidak berguna menjadi pemimpin.

Tidak. Heru tidak akan kuat melihat semua karyawan dan keluarganya menderita. Dia tidak bisa melihat semua orang sengsara hanya karena ulahnya yang tidak berguna. Tidak. Heru tidak akan kuat.

"Argh!" Heru menjambak rambutnya dengan frustasi. Dia bisa gila jika dihadapkan dengan kondisi seperti ini terus setiap hari.

****

Pagi-pagi Viona keluar dari kamarnya saat mendengar kegaduhan di lantai dasar. Dia segera menuruni tangga. Ada banyak orang yang berlarian dengan panik. Para pekerja di rumah itu berjalan dengan tergesa lewat dari ruangan bagian belakang. Viona jadi bingung sendiri. Ada apa ini?

"Mama!" Dia menghampiri Lina yang juga terlihat panik. Wajahnya bahkan sudah berlinang air mata. Ada apa sebenarnya? Kenapa semua orang terlihat panik seperti ini?

"Viona!" Lina langsung memeluk Viona dengan erat saat Viona mendekat. Dia menangis semakin kencang. "Papa, Viona, Papa ...."

Viona tertegun. Perasaannya jadi tidak enak. Ada apa dengan Heru? Kenapa semua jadi panik seperti ini? Baru Viona akan bertanya pada ibunya, dua orang pekerja di rumah itu terlihat melintas di depannya dengan mendorong brangkar. Viona langsung lemas seketika saat melihat orang yang terbaring di atas brangkar itu.

Heru?

"Papa kenapa, Ma?" tanya Viona dengan panik. Dia tidak bisa bergerak melihat ayahnya terbaring lemah melintas di depannya.

"Papa ditemukan tidak sadarkan diri di ruangan kerjanya," jelas Lina dengan terisak.

Viona tidak menghiraukan Lina. Dia segera berlari keluar dari rumah menyusul brangkar yang di bawa para pekerja tadi. Lina juga menyusulnya dengan kepanikan yang sama besarnya. Mereka berangkat ke rumah sakit terdekat untuk membawa Heru.

Sepanjang perjalanan mereka tidak bisa tenang hingga mereka sampai di rumah sakit pun, keduanya terus mengucapkan doa dalam hati. Heru sudah di tangani oleh dokter. Dengan tidak sabarnya mereka menunggu di luar sesuai intruksi suster  pendamping dokter yang memeriksa Heru.

Tangisan Lina sudah mulai mereda. Namun, dia masih khawatir dan tidak bisa berpikir dengan jernih, sedangkan Viona mondar mandir dengan gelisah di depan Lina yang sedang duduk dengan cemas.

Viona sangat ketakutan. Dia cemas dengan keadaan Heru. Dokter juga sangat lama memeriksa membuat Viona semakin khawatir. Ada apa dengan Heru? Kenapa sampai tidak sadarkan diri? Pertanyaan itu selalu singgah di benak Viona. Tidak henti-hentinya dia mengucapkan doa supaya Heru baik-baik saja dan segera sadarkan diri.

"Dokter, bagaimana keadaan Papa?" tanya Viona dengan tidak sabaran saat dokter laki-laki baru saja keluar dari ruangan tempat Heru diperiksa.

Lina ikut mendekat dengan panik. "Bagaimana keadaan suami saya, Dok?"

Dokter itu menghela napas terlebih dahulu. "Tuan Heru belum sadarkan diri. Kami akan tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik. Untuk sementara waktu, beliau belum bisa di jenguk sampai beliau sadar," tutur dokter tersebut dengan sedikit tenang.

"Tapi papa tidak apa-apa, kan? Papa baik-baik saja, kan?" tanya Viona dengan cemas.

Dokter itu menggeleng dan tersenyum. "Tuan Heru tidak apa-apa. Hanya sedikit ngedrop mungkin strees atau apa. Saya juga belum mengetahui sebab pastinya. Tapi sebentar lagi beliau akan segera sadar. Kami sudah menanganinya dengan baik. Kalian berdoa saja, semoga beliau memang baik-baik saja."

Viona mengangguk dengan pelan. "Terima kasih, Dok."

Dokter tersebut berlalu setelah mengucapkan, "Sama-sama."

Viona menuntun Lina untuk duduk kembali di kursi tunggu. Dia belum tenang jika kondisi Heru belum dikabarkan baik. Apalagi sekarang belum juga sadarkan diri. Mereka teramat sangat cemas. Ada apa dengan Heru? Kenapa dia sampai seperti ini?

Terpopuler

Comments

Michelle Avantica

Michelle Avantica

hmmm.. sepertinya gak ada pilihan lain buat Viona selain menyetujui ayahnya ya🤔

2021-02-07

1

Bibir Cantik

Bibir Cantik

4

2021-01-29

1

👑

👑

like again

2020-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 Tawaran
2 Aku harus bagaimana?
3 Apa aku harus menyetujuinya?
4 Penolakan
5 Menemui Putri Pratama
6 Mencurigakan
7 Makan siang
8 Penawaran kembali
9 Aku tidak bisa bersabar lagi.
10 Viona menyetujuinya?
11 Tidak mendapat jawaban
12 Menyampaikan keputusan
13 Menyetujui
14 Setelah Persetujuan
15 Mulai Tercekat
16 Siapa laki-laki itu?
17 Baru Calon Istri
18 Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19 Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20 Ta'aruf
21 Minggu depan?
22 Saya meminta keadilan, boleh?
23 Bertemu Calon Mertua
24 Nikah
25 Ritsleting
26 Dia punya kekasih
27 Pikiran Konyol Nona
28 Menapaki Rumah Marshal
29 Begadang
30 Tidak percaya
31 Hanya Pelayan
32 Terlambat bangun
33 Bulan Madu?
34 Amanda?
35 Tidak marah
36 Kuli Panggul Macho
37 Guling Bernyawa
38 Tugas baru
39 Kondisi Sendi
40 Berkunjung
41 Cucu
42 Masih ada harapan
43 Terjebak sandiwara
44 Rahasia
45 Bosan
46 Ceraikan Dia
47 Diantar Pulang
48 Alasan
49 Istriku, bukan pelayan
50 Kekasih suamiku
51 Bukan saya, sungguh!
52 Itu ... Sendi?
53 Bendera Perang
54 Akan Kutunggu Jandamu!
55 Saya mencintainya, Tuan.
56 Bukan balas dendam
57 Lunch Box
58 Senang diperhatikan
59 Kesal
60 Maaf
61 Info!
62 Izin
63 Membujuk
64 Miskin
65 Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66 Petuah
67 Hey, there! This your collections.
68 Status dan Cinta itu berbeda
69 Tidak mengerti
70 Tamparan
71 Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72 Negosiasi
73 Perdebatan
74 Akibat mata rabun
75 Kembali tunduk
76 Berkenalan dengan Zean
77 Terlalu Rumit
78 Jatuh Cinta
79 Kejadian Tidak Senonoh
80 Zahra
81 Ditinggal ke luar kota
82 Check in Hotel
83 Bertemu Sendi
84 Patah Hati
85 Memuakkan!
86 Ketahuan
87 Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88 Kacau
89 Kemarahan Kembali
90 Alasan Kebencian
91 Tanpa Sepengetahuan Marshal
92 Bersiap Mengakhiri Hubungan
93 Membujuk Michelle
94 Menginginkan perceraian?
95 Luapan Perasaan
96 Ke Persidangan?
97 Benar-benar pergi
98 Kenapa?
99 Mungkin kembali akan jadi solusi
100 Visual
101 Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102 Hanya satu bulan
103 Peluklah sesuka hati Tuan.
104 Kecelakaan
105 Kabar Mengejutkan
106 Tidak Berarti Apapun
107 Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108 Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109 Cinta atau Obsesi?
110 Mengalah
111 Istri Keras Kepala
112 Menjenguk Sendi
113 Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114 Ruyam
115 Uji Coba?
116 Ternyata Hanya Obsesi
117 Menghindari untuk Memulai kembali
118 Awal Baru
119 Ratu dan Lebah Jantan
120 Takdir
121 Bertemu Lagi Dengannya
122 Harus Melupakan!
123 Khawatir
124 Aku Mencintaimu, Zahra.
125 Isi Dompet
126 Koleksi?
127 Cinta Pertama
128 Kamu Cinta Terakhirku
129 Selir?
130 Berapa istrimu sebenarnya?
131 Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132 Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133 Pacaran Setelah Menikah
134 Keuntungan Berinvestasi
135 Suamiku Tampan
136 Undangan
137 Tidak Akan Memaksa
138 Dilabrak
139 Tidak Menyangka
140 Yang Sebenarnya ...
141 Berusaha Tegas Menghadapi
142 Manda, berhenti mengatainya!
143 Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144 Aku Mau Kamu
145 Minta dihamili?
146 Apa yang terjadi?
147 Amanda Bunuh Diri
148 Manda, Bertahanlah!
149 Menyinggung
150 Masalah Kesiapan
151 Ditinggal Lagi
152 Rahma Menangis
153 Melepaskan
154 Konsultasi
155 Manja
156 Hadiah
157 Honeymoon?
158 Viona Cemburu?
159 di Belakang Marshal
160 Membujuk Marshal Yang Sakit
161 Mau Makan Karena Ciuman
162 Bisikkan Michelle
163 Dia Tersinggung
164 Ingin Pulang
165 Sebuah Pengkhianatan
166 Membunuh Rio
167 Ada Apa Ini?
168 Rencana Berhasil
169 Dipermainkan
170 Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171 Tibalah Saatnya
172 Keberhasilan
173 Kekesalan Viona
174 Kesal Berlanjut
175 Bukan begitu, Sayang.
176 Aku Makin Sayang Sama Kamu
177 Bersyukur Jadi Istri Marshal
178 Cukup Marshal Saja!
179 LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180 Kepanikan
181 Kecemasan
182 Ukiran Nama di Cincin Nikah
183 Penyebab Kebakaran
184 Gelisah
185 Pulang
186 Nyonya Pejabat
187 Malu
188 Orang suruhan nona Amanda
189 Viona Cemburu
190 Marshal Kecelakaan
191 Kekejaman Marshal
192 Penangkapan Amanda
193 Demi Kamu
194 Buronan
195 Dilema Lagi
196 Balik Lagi
197 Amanda Telah Dipenjara
198 Marshal Berbeda
199 Masalah Kecebong
200 Marshal Ingin Punya Anak
201 Membujuk Viona
202 Predator
203 Aquarium Buat Nyonya
204 Kapan Akan dipanggil Papa?
205 Membujuk Lewat Lina
206 Viona Menyosor Marshal
207 Lebih Baik
208 Semakin Manis?
209 Belanja Bareng Mertua
210 Membeli Pakaian Seksi?
211 Mau Punya Anak Seperti Zean?
212 Viona Ingin Berkencan
213 Berkencan
214 Ya ... nanti.
215 Akan Berangkat Bulan Madu
216 Melakukannya di Kamar Mandi?
217 Grand Opening
218 Nyonya Marshal Cemburu
219 Terakhir
220 Kantor Marshal
221 Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222 Cemburu Viona Menyeramkan
223 Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224 I-iya
225 Viona yang Agresif
226 Kenapa harus dengan wanita itu?
227 Chal, aku rindu.
228 Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229 Apakah Marshal masih mencintainya?
230 Viona Diculik
231 Siapa Laki-Laki Itu?
232 Semua Ide Rio
233 Kejutan yang tidak Mengejutkan
234 Negeri Sakura
235 Honeymoon Macam Apa Ini?
236 Pagi Cerah!
237 Nyonya Senang, Marshal Menang.
238 Chidorigafuchi
239 Tokyo Tower
240 Belanja Oleh-Oleh
241 Kabar Buruk
242 Berat Hati
243 Perhatian Viona
244 Viona Hilang
245 Kembali Meminta Untuk Bercerai
246 Mereka Sama-Sama Tersiksa
247 Viona Hamil?
248 Embrio
249 Rahma Siuman
250 Rujuk Uhuy!
251 Marshal Diusir
252 Sabar, Chal ...
253 di Bawah Kolong Meja
254 Bangun
255 Sabar
256 Nyonya dan Tuan
257 Si Dedek
258 Mirip Mama atau Papa?
259 Latihan Melahirkan
260 Viona Harus Ngidam
261 Rrrr ... hentikan!
262 Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263 Si Jagoan
264 Dasar gak peka!
265 Nama untuk Tuan Kecil
266 Viona Terjatuh
267 Mari Bersiap Bersama!
268 Memenangkan Perang
269 Akhir dari Sebuah Perjalanan
270 Huh, Extra Part!
271 Holaaaaaa ....
Episodes

Updated 271 Episodes

1
Tawaran
2
Aku harus bagaimana?
3
Apa aku harus menyetujuinya?
4
Penolakan
5
Menemui Putri Pratama
6
Mencurigakan
7
Makan siang
8
Penawaran kembali
9
Aku tidak bisa bersabar lagi.
10
Viona menyetujuinya?
11
Tidak mendapat jawaban
12
Menyampaikan keputusan
13
Menyetujui
14
Setelah Persetujuan
15
Mulai Tercekat
16
Siapa laki-laki itu?
17
Baru Calon Istri
18
Kenapa Kamu Membuatku Patah Hati?
19
Menikahlah dengannya, aku sudah ikhlas.
20
Ta'aruf
21
Minggu depan?
22
Saya meminta keadilan, boleh?
23
Bertemu Calon Mertua
24
Nikah
25
Ritsleting
26
Dia punya kekasih
27
Pikiran Konyol Nona
28
Menapaki Rumah Marshal
29
Begadang
30
Tidak percaya
31
Hanya Pelayan
32
Terlambat bangun
33
Bulan Madu?
34
Amanda?
35
Tidak marah
36
Kuli Panggul Macho
37
Guling Bernyawa
38
Tugas baru
39
Kondisi Sendi
40
Berkunjung
41
Cucu
42
Masih ada harapan
43
Terjebak sandiwara
44
Rahasia
45
Bosan
46
Ceraikan Dia
47
Diantar Pulang
48
Alasan
49
Istriku, bukan pelayan
50
Kekasih suamiku
51
Bukan saya, sungguh!
52
Itu ... Sendi?
53
Bendera Perang
54
Akan Kutunggu Jandamu!
55
Saya mencintainya, Tuan.
56
Bukan balas dendam
57
Lunch Box
58
Senang diperhatikan
59
Kesal
60
Maaf
61
Info!
62
Izin
63
Membujuk
64
Miskin
65
Apa kamu sudah mencintai Marshal?
66
Petuah
67
Hey, there! This your collections.
68
Status dan Cinta itu berbeda
69
Tidak mengerti
70
Tamparan
71
Bagaimana mau bahagia, jika cinta saja tidak ada?
72
Negosiasi
73
Perdebatan
74
Akibat mata rabun
75
Kembali tunduk
76
Berkenalan dengan Zean
77
Terlalu Rumit
78
Jatuh Cinta
79
Kejadian Tidak Senonoh
80
Zahra
81
Ditinggal ke luar kota
82
Check in Hotel
83
Bertemu Sendi
84
Patah Hati
85
Memuakkan!
86
Ketahuan
87
Pilih salah satu atau tidak dua-duanya?
88
Kacau
89
Kemarahan Kembali
90
Alasan Kebencian
91
Tanpa Sepengetahuan Marshal
92
Bersiap Mengakhiri Hubungan
93
Membujuk Michelle
94
Menginginkan perceraian?
95
Luapan Perasaan
96
Ke Persidangan?
97
Benar-benar pergi
98
Kenapa?
99
Mungkin kembali akan jadi solusi
100
Visual
101
Mulai sekarang, saya yang berkuasa.
102
Hanya satu bulan
103
Peluklah sesuka hati Tuan.
104
Kecelakaan
105
Kabar Mengejutkan
106
Tidak Berarti Apapun
107
Malah Semakin Memperburuk Hubungan
108
Seorang Marshal Mencintai Istrinya?
109
Cinta atau Obsesi?
110
Mengalah
111
Istri Keras Kepala
112
Menjenguk Sendi
113
Kamu mau nikahin seorang janda, kan?
114
Ruyam
115
Uji Coba?
116
Ternyata Hanya Obsesi
117
Menghindari untuk Memulai kembali
118
Awal Baru
119
Ratu dan Lebah Jantan
120
Takdir
121
Bertemu Lagi Dengannya
122
Harus Melupakan!
123
Khawatir
124
Aku Mencintaimu, Zahra.
125
Isi Dompet
126
Koleksi?
127
Cinta Pertama
128
Kamu Cinta Terakhirku
129
Selir?
130
Berapa istrimu sebenarnya?
131
Sikap Istri Tergantung Sikap Suami
132
Kalo Kamu Seperti Ini, Aku Pasti Gak Nyaman.
133
Pacaran Setelah Menikah
134
Keuntungan Berinvestasi
135
Suamiku Tampan
136
Undangan
137
Tidak Akan Memaksa
138
Dilabrak
139
Tidak Menyangka
140
Yang Sebenarnya ...
141
Berusaha Tegas Menghadapi
142
Manda, berhenti mengatainya!
143
Suami Berkencan, Istri Asyik Main Game.
144
Aku Mau Kamu
145
Minta dihamili?
146
Apa yang terjadi?
147
Amanda Bunuh Diri
148
Manda, Bertahanlah!
149
Menyinggung
150
Masalah Kesiapan
151
Ditinggal Lagi
152
Rahma Menangis
153
Melepaskan
154
Konsultasi
155
Manja
156
Hadiah
157
Honeymoon?
158
Viona Cemburu?
159
di Belakang Marshal
160
Membujuk Marshal Yang Sakit
161
Mau Makan Karena Ciuman
162
Bisikkan Michelle
163
Dia Tersinggung
164
Ingin Pulang
165
Sebuah Pengkhianatan
166
Membunuh Rio
167
Ada Apa Ini?
168
Rencana Berhasil
169
Dipermainkan
170
Ingin Jadi Istri Kamu Seutuhnya
171
Tibalah Saatnya
172
Keberhasilan
173
Kekesalan Viona
174
Kesal Berlanjut
175
Bukan begitu, Sayang.
176
Aku Makin Sayang Sama Kamu
177
Bersyukur Jadi Istri Marshal
178
Cukup Marshal Saja!
179
LDR-an. Melepas Rindu Lewat Sambungan
180
Kepanikan
181
Kecemasan
182
Ukiran Nama di Cincin Nikah
183
Penyebab Kebakaran
184
Gelisah
185
Pulang
186
Nyonya Pejabat
187
Malu
188
Orang suruhan nona Amanda
189
Viona Cemburu
190
Marshal Kecelakaan
191
Kekejaman Marshal
192
Penangkapan Amanda
193
Demi Kamu
194
Buronan
195
Dilema Lagi
196
Balik Lagi
197
Amanda Telah Dipenjara
198
Marshal Berbeda
199
Masalah Kecebong
200
Marshal Ingin Punya Anak
201
Membujuk Viona
202
Predator
203
Aquarium Buat Nyonya
204
Kapan Akan dipanggil Papa?
205
Membujuk Lewat Lina
206
Viona Menyosor Marshal
207
Lebih Baik
208
Semakin Manis?
209
Belanja Bareng Mertua
210
Membeli Pakaian Seksi?
211
Mau Punya Anak Seperti Zean?
212
Viona Ingin Berkencan
213
Berkencan
214
Ya ... nanti.
215
Akan Berangkat Bulan Madu
216
Melakukannya di Kamar Mandi?
217
Grand Opening
218
Nyonya Marshal Cemburu
219
Terakhir
220
Kantor Marshal
221
Nyonya Kesal, Kesal, KESAL!
222
Cemburu Viona Menyeramkan
223
Apa aku bisa menjadi seorang ibu, Chal?
224
I-iya
225
Viona yang Agresif
226
Kenapa harus dengan wanita itu?
227
Chal, aku rindu.
228
Kenapa Garmita yang menerima teleponnya?
229
Apakah Marshal masih mencintainya?
230
Viona Diculik
231
Siapa Laki-Laki Itu?
232
Semua Ide Rio
233
Kejutan yang tidak Mengejutkan
234
Negeri Sakura
235
Honeymoon Macam Apa Ini?
236
Pagi Cerah!
237
Nyonya Senang, Marshal Menang.
238
Chidorigafuchi
239
Tokyo Tower
240
Belanja Oleh-Oleh
241
Kabar Buruk
242
Berat Hati
243
Perhatian Viona
244
Viona Hilang
245
Kembali Meminta Untuk Bercerai
246
Mereka Sama-Sama Tersiksa
247
Viona Hamil?
248
Embrio
249
Rahma Siuman
250
Rujuk Uhuy!
251
Marshal Diusir
252
Sabar, Chal ...
253
di Bawah Kolong Meja
254
Bangun
255
Sabar
256
Nyonya dan Tuan
257
Si Dedek
258
Mirip Mama atau Papa?
259
Latihan Melahirkan
260
Viona Harus Ngidam
261
Rrrr ... hentikan!
262
Tidak Ingin Anaknya Mirip Marshal
263
Si Jagoan
264
Dasar gak peka!
265
Nama untuk Tuan Kecil
266
Viona Terjatuh
267
Mari Bersiap Bersama!
268
Memenangkan Perang
269
Akhir dari Sebuah Perjalanan
270
Huh, Extra Part!
271
Holaaaaaa ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!