*•••••••⊰❁❁🦋Kalam Hikmah 🦋❁❁⊱••••••••*
Malik bin Dinar رحمه الله berkata:
“Sesungguhnya apabila badan sakit, maka makan,minum, tidur dan istirahat tidak enak baginya. Begitu juga dengan HATI...apabila ia cenderung kepada DUNIA maka nasihat-nasihat tidak lagi berguna baginya.”
- (Shifatush Shafwah : 3/278).
Fisik yang sakit pasti memerlukan obat. Begitu juga ketika ruhani atau hati yang sakit, salah satu yang kita perlukan adalah nasihat. Maka tak heran jika terkadang nasihat itu terasa pahit laksana obat. Namun apabila kita mengambil hikmah dibalik nasehat itu. Maka kebahagiaan dunia akhirat, akan segera menghampiri kita.
__sᴛᴏʀɪᴇs ᴏғ ᴛʜᴇ ᴅᴀʏ__
•••••••••••••••••••••⊰❁❁🦋❁❁⊱••••••••••••••••••••
Hari-hari berlalu silih berganti, hingga tanpa terasa sudah dua Minggu, Hidayah berada di pondoknya Siddiq. Bahkan kakinya juga sudah kembali normal. Dan hal itu membuatnya begitu senang. Karena pada akhirnya, ia bisa ikut pelatihan pada suaminya sendiri, hingga membuat ia tampak bahagia. Apalagi semenjak orang tuanya Siddiq telah memberikan restunya untuk kepada mereka. Membuat sikap Siddiq pun langsungdan berubah, menjadi lebih lembut terhadapnya, dan juga penuh perhatian.
"Dik Nisah, untuk hari ini, sampai disini saja latihannya ya? Besok kita lanjutkan lagi, ya Dik?" ujar Siddiq, saat mereka berada di tempat pelatihan ilmu bela diri.
"Eh! Kok cepat banget sih Ustadz? Perasaan baru juga berlatih, masa sudah selesai aja sih?" protes Hidayah, tampak sekali ia belum merasa puas dalam pelatihannya.
"Dik, hari ini jadwal saya mengajar para santri, Dik. Sebentar lagi mereka pasti akan datang, loh," balas Siddiq, terdengar lembut.
"Oooh.. ya udah kalau gitu, Nisah ikut latihan sama mereka aja Ustadz! Nanti Nisah ngikutinnya dari belakang aja deh, dan ngga...." ujar Hidayah terlihat begitu semangat. Namun belum lagi ia menyelesaikan kata-katanya, Siddiq sudah langsung menyelanya.
"Tidak boleh!" katanya terdengar begitu tegas.
"Iiiis.. kenapa sih Ustadz? Nisahkan hanya berlatih, dan tidak akan berbuat yang macam-macam kok!" balas Hidayah, tampak ia masih berusaha, agar Siddiq mengizinkan dirinya ikut berlatih lagi.
"Tetap tidak boleh! Dik, yang mau saya latih itu semuanya laki-laki. Masa perempuan sendiri sih, apa kata mereka nantinya, hm?" jelas Siddiq. Membuat, mata Hidayah langsung berubah sendu yang artinya ia sedang kecewa. Karena memang, Siddiq hanya bisa melihat matanya saja. Sebab keseluruhan wajahnya sedang ditutupi oleh cadarnya.
Melihat itu Siddiq pun menghelakan nafasnya, "Huuft...! Sudahlah, begini saja, sekarang kamu kembalilah kepondok dan istirahatlah. Agar nanti malam kamu bisa berlatih lagi," katanya, dengan nada keterpaksaan.
Sedangkan Hidayah yang mendengar perkataan dari suaminya, seketika matanya langsung berbinar, "Benarkah Ustadz?" tanyanya untuk memastikannya lagi.
"He'um!" balas Siddiq, yang berheum saja, sambil menganggukan kepalanya sekali saja. Namun justru membuat Hidayah begitu senang. Sehingga dengan spontan ia menyisihkan cadarnya keatas kepalanya, hingga terlihatlah wajah cantiknya, lalu ia pun langsung memeluk tubuh suaminya sambil bersorak kegirangan.
"Yeee..! Terima kasih Ustadz.. Muach!" ucapnya begitu senangnya. Setelah itu menutupkan kembali cadarnya. Dan kemudian ia langsung berlari sambil meloncat-loncat bak anak kecil, yang sedang kegirangan karena telah mendapatkan hadiah.
Sementara itu Siddiq yang mendapatkan ciuman dari istrinya. Tampak langsung tertegun sambil memegang pipinya, yang tadi dicium oleh Hidayah. Matanya juga belum bisa lepas dari punggung Hidayah, yang terlihat masih berloncatan-loncatan menuju ke pondoknya. Setelah tubuh istrinya menghilang di balik bangunan pendopo, ia pun langsung tersenyum tipis.
"Heh.. dasar anak kecil! Segitu senangnya sih, yang mau latihan nanti malam. Sampai-sampai, dia berani mencium pipiku!" gumam Siddiq, yang terlihat masih memegang pipinya. Disaat bersamaan, pundak Siddiq tiba-tiba ditepuk oleh seseorang dari belakang.
"Assalamu'alaikum!" ucap Seorang pria, membuat tubuh Siddiq langsung tersentak kaget.
"Wa'alaikumus salam!" jawabnya dengan spontan. Lalu ia pun langsung menoleh, "Ustadz Ilham!" sentaknya lagi, setelah ia melihat wajah pria tersebut.
"Apa yang Antum lihat sih? Sampai senyum-senyum sendiri begitu?" tanya Ilham, seraya Ia mengarahkan pandangannya ke tempat Siddiq memandang kepergian istrinya tadi.
"Eh! Sa-saya tidak lihat, apa-apa kok Ustadz! Hanya melihat pohon itu saja," jawab Siddiq terlihat gugup. Sambil menunjuk sebuah pohon yang berada di belakang bangunan pendopo tersebut.
"Lihat pohon? Emangnya ada apa dengan pohon itu, Ustadz?" tanya Ilham lagi, yang ia masih memandang pohon yang ditunjukkan oleh Siddiq tadi.
"Itu Ustadz, pohon itukan sudah besar, jadi sekarang terlihat sangat cantikkan?" jawab Siddiq ngasal.
"Hah..cantik? Pohon kok cantik? Ana kok baru tahu ya, pohon bisa dikatakan cantik? Tapi dimana cantiknya ya? Perasaan pohon itu udah mau mati deh?" tanya Ilham, dengan tampang polosnya. Tampak sekali ia terlihat begitu bingung dengan apa yang dikatakan oleh Siddiq. Dan disaat bersamaan..
"Assalamu'alaikum Ustadz?" ucap beberapa orang santri, membuat Siddiq yang mendengar ucapan salamnya mereka, langsung bernafas lega. Karena kedatangan mereka, menjadi penyelamat untuknya. Sebab pada akhirnya ia dapat menghindari dari pertanyaan-pertanyaannya Ilham.
"Huuft.. Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu!" ucap Siddiq tampak senang melihat kedatangan mereka.
"Maaf Ustadz! Sepertinya sudah waktunya Ana mengisi program, pada mereka. Kalau begitu Ana pamit dulu ya Ustadz, Assalamualaikum," sambung Siddiq. Dan setelah mengucapkan salamnya, ia pun langsung bergegas pergi, tanpa menunggu balasan dari Ilham, yang terlihat ia masih tertegun pada pohon, yang dikatakan cantik oleh Siddiq.
"Wa'alaikumus salam. Eh! Kok main pergi aja sih? Padahal, Beliaukan belum menjawab pertanyaan Ana," gumam Ilham, sambil menggaruk kepala bagian belakangnya. Tampak sekali ia sedikit kecewa, karena pertanyaannya belum dijawab oleh Siddiq.
"Aah.. Sudahlah! Anakan juga mau mengisi program! Sebaiknya Ana ke pondok santri saja lah!" gumamnya lagi, lalu ia pun langsung bergegas pergi menuju ke sebuah bangunan pondok yang dikhususkan untuk para santri penghafal Alquran.
...❁❁❁...
Waktu berjalan begitu cepat, hingga tanpa terasa hari pun mulai gelap. Dan seperti malam-malam sebelumnya, Hidayah selalu menyiapkan makan malam itu mereka, di selepas sholat isya'nya. Setelah semua makanan yang ia masak telah tersaji di meja kecil yang berada di ruang tamunya. Hidayah pun langsung keluar dari pondoknya, untuk menunggu Siddiq, yang ternyata Suaminya itu belum pulang, dari mesjid.
"Ustadz kok lama banget sih? Padahal beliaukan sudah janji, mau melatih Ana lagi. Apa jangan-jangan Beliau lupa ya?" gumam Hidayah, sambil celingak-celinguk, ke jalanan yang biasa dilewati oleh Siddiq.
"Hmm.. kalau lupa ya sudahlah! Sekarang baiknya Ana berlatih sendiri saja deh. Lagian di belakangkan ada halaman kecil. Kayaknya pas tuh buat Ana berlatih," gumam Hidayah, sambil berjalan menuju kedapurnya.
...•••••••••••⊰❁❁❁⊱••••••••••••...
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys dukung author terus yaa, Syukron
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Husna Hanna
wkwkwk
2023-05-23
0
Pujiastuti
😅😅😅😅😅gara² dicium sama Hidayah sampai pohon mau mati dibilang cantik ya Sidiq, karena bingung kasih alasan sama ustad ilham 😁😁😁😁
2023-02-27
0