Di kediaman keluarga Hidayah.
Satu Minggu telah berlalu. Dan seperti hari-hari yang telah telah terlewati. Kedua orang tua Hidayah, yang sudah terbiasa jauh dari Anak-anaknya. Membuat mereka memilih mengisi waktu dengan memanggil para warga yang tidak bisa mengaji, disetiap malamnya. Dan mengajari mereka, yang tadinya tidak bisa, kini banyak para warga yang sudah pintar mengaji, berkat kedua orang tuanya Hidayah.
"Alhamdulillah..Pak Yono sudah semakin lancar ya, membaca Alquran?" ujar Ayahnya Hidayah, terlihat begitu senang.
"Alhamdulillah.. ini jugakan berkat Pak Haji Yahyah, yang selalu sabar mengajarkan kami, yang sudah tua-tua begini. Iyakan Pak Anto?" balas Pria paruh baya yang panggil pak Yono itu.
"Iya Pak Yono, padahal diusia kita yang sudah tua beginikan sudah pasti sulit. Tapi Pak Haji Yahyah dan Ibu Haja Syafrida tak pernah sekalipun menyerah. Hingga akhirnya kita semua sekarang bisa mengaji, iyakan bapak-bapak dan ibu-ibu?" balas Pria yang dipanggil Anto tersebut.
"Iya benar sekali yang dikatakan pak Anto dan Pak Yono. Kami sungguh-sungguh termasuk orang-orang beruntung. Dan kami juga sangat bersyukur kepada Allah, karena telah mempertemukan, kita semua ini pada Pak Haji Yahyah dan Bu Haja Syafrida, yang telah Sudi mengajarkan kami, mengaji. Untuk itu saya Ali Anuar, yang mewakili para teman-teman, mengucapkan ribuan terima kasih kepada Pak Haji Yahyah dan Bu Haja Syafrida yang telah berkenan mengajarkan para bapak-bapak dan ibu-ibu warga sini. Sehingga kini kami semua dapat mengaji dengan benar. Jadi sekali lagi terima kasih ya pak haji dan Bu Haja," ucap pria yang bernama Ali Anuar itu.
Kedua orang tua Hidayah pun tersenyum lembut pada para warga, yang terlihat begitu senang. Karena pada akhirnya, mereka semua telah pintar mengaji.
"Alhamdulillah.. sama-sama Pak Alun dan semuanya. Saya dan istri saya ikut senang, karena bapak-bapak dan ibu-ibu, mau menerima ilmu yang sudah kami dapatkan. Dan semoga ilmu yang kami salurkan pada bapak dan ibu semua menjadi bermanfaat dan menambah bekal kita untuk hari akhir nanti. Untuk itu, terus diamalkan dirumah ya, bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Biar ngajinya semakin lancar dan tambah pintar, ya sedulur semuanya?" ucap Ayah Hidayah, yang di panggil Pak Haji Yahyah itu.
"Inggih Pak Haji, Insya Allah," balas para warga, secara serentak. Dan disaat bersamaan, beberapa orang pria bertubuh besar, memakai jas hitam, tiba-tiba muncul dari pintu masuk rumah Yahyah. Membuat semua warga yang sedang duduk di ambal langsung menoleh kepintu, dan seketika mereka terkejut terkejut. Pasalnya mereka main masuk saja, tanpa memberikan salam pada pemilik rumah.
"Permisi apakah benar ini rumah Arsyad Alhidayat?!" tanya salah satu pria tubuh besar itu, dengan suara yang sedikit keras.
"Iya benar! Dan Saya orang tua tuanya! Kalian siapa ya?" tanya Yahyah balik, seraya ia bangkit dari duduknya, lalu ia pun menghampiri para pria-pria bertubuh besar tersebut.
"Suruh mereka pergi dulu dari sini!" celetuk seorang pria lain yang baru saja muncul dari pintu, dengan pakaian yang terlihat berbeda dari para pria bertubuh besar. Karena pria yang baru muncul itu hanya memakai jaket hitam, serta memakai kacamata hitam juga. Tampangnya yang berewokan, membuat ia terlihat begitu seram.
Karena rasa penasaran, akhirnya Yahyah menyuruh tetangga-tetangga itu untuk pulang, "Maaf ya Bapak-bapak dan Ibu-ibu, karena saya sedang ada tamu, jadi pengajian kita hari ini, cukup sampai di sini ya? Dan maaf ya semuanya, kalau saya, maupun istri melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak, kami mohon dimaafkan, yaa sedulurku semuanya?" ujar Yahya, seraya ia mengatupkan kedua tangannya, dan sambil memandangi wajah-wajah para tetangganya itu.
"Nggih Pak Haji, sama-sama. Kami juga minta maaf, bila duduk silahkan kami ada yang tidak berkenan bagi keluarga bapak, kami mohon maaf juga ya Pak Haji dan Bu Haja," ucap Anto, yang terlihat begitu tulus.
"Iya Pak kami sudah memaafinnya kok," balas Yahyah, sambil tersenyum lembut ciri khasnya beliau.
"Ya sudah kalau begitu kami semua pamit ya Pak?" ucap mereka, seraya semuanya bangkit dari ambal mereka satu persatu. Setelah itu mereka pun menyalami tangan Yahyah dan juga istrinya, dan kemudian satu persatu juga para warga itu meninggal ruang tamu rumahnya Yahyah.
Setelah para warga tak bersisa lagi, Yahyah pun langsung mengalihkan pandangannya pada tamunya yang terlihat begitu menyeramkan. Namun wajah Yahyah terlihat biasa-biasa saja, bahkan ia terlihat begitu santai dan tenang, tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Mari Tuan-tuan silakan duduk. Akan lebih nyaman bila kita ngobrol sambil duduk," katanya pada para pria bertubuh besar tersebut, dengan penuturan yang ramah dan sopan.
"Saya tidak suka berbasa-basi! Jadi saya langsung ke intinya saja! Dimana putra Anda yang bernama Arsyad itu bersembunyi?! Cepat katakan! Atau, kalian tau akibatnya!" balas pria berjaket hitam, seraya ia menyisihkan jaket bagian bawahnya, sehingga terlihatlah bahwa dipinggangnya ada sebuah pistol yang terselip di sana.
Membuat Safrida istri Yahyah terlihat terkejut. Namun tidak bagi Yahyah, ia malah terlihat begitu tenang dan santai. Bahkan ia malah menyunggingkan senyuman ciri khasnya kepada Pria berjaket itu.
"Hemm.. menyembunyikan? Sepertinya Anda salah Tuan. Karena saya tidak pernah menyembunyikan anak Saya. Kalau Arsyad tidak disini itu karena Dia memang sedang melakukan studi di Kairo, Tuan," balas Yanyah masih terlihat begitu tenang, saat menghadapi para pria yang menyeramkan itu.
"Anda jangan berbohong Pak Tua! Bagaimana mungkin seseorang yang ada dikairo, bisa mencuri sesuatu yang berharga milik Bos kami! Jadi sekarang katakan dimana Dia, Hah?" bentak pria berjas hitam yang kebetulan berada di samping pria berjaket hitam.
"Wallahi! Saya bersumpah kalau putra saya sedang berada di Kairo! Kalau Anda tidak percaya, akan saya hubungi dia sekarang!" balas Yahyah terdengar tegas.
"Aaah..! Banyak omong kau Pak Tua! Habiskan mereka semua!" seru pria berjaket hitam itu, lalu ia pun langsung bergegas keluar dari rumah orang tua Hidayah. Dan sesuai perintah dari Bosmya, para pria-pria bertubuh besar itu pun langsung mengambil senjata mereka. Setelah itu mereka pun langsung menembak kedua orang tua Hidayah dengan beberapa peluru. Bahkan para pembantu mereka juga menjadi sasarannya.
DOORR...!! DOOOR.. DOORR!!..DOORR ..!!
Yahyah, Syafrida, langsung terkulai dilantai dengan tubuh bersimbah darah. Begitu juga dengan para pekerja-pekerjanya. Mereka semua di bantai habis, oleh sekelompok orang yang tidak mereka kenali sama sekali. Dan pembantaian tersebut langsung diketahui oleh warga dan mereka langsung melaporkan pada pihak berwajib. Tapi sayang para pembantai itu telah pergi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
...*•••••••••••⊰❁❁🦋❁❁⊱••••••••••••*...
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys dukung author terus yaa, Syukron 🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
kurang msuk akal....main bunuh aj...pdgl dgm mmbunuh mka arsyad yg mrka cari g bkl ktmu ... htusya d than dulu jgn lngsung dbunuh ..adih🤦🤦🤦😭😭😭😭
2023-06-14
0
Rohmi Rohmizaki
baru awal dah bikin tegang
2023-06-03
0
Yani Hendayani
blm apa2 sdh meng sedih aja nih Thor, berarti penyebab ortu nya hidayah meninggal kakaknya ya Thor? kayak nya kakaknya nih yg jahat🤔🙏🏻
2023-05-16
0