HIDAYAH UNTUK SANG MAFIA.
Di Sebuah pondok pesantren.
Disebuah pentas bertuliskan, "Syukuran wisuda Tahfidz Qur'an 30 juz". Tampak seorang gadis bercadar dengan berpakaian serba putih, sedang dipakaikan sebuah selepang hitam dari bahu hingga kepinggangnya. Setelah itu ia juga dipakaikan sebuah mahkota cantik yang disematkan keatas kepalanya yang tertutup dengan hijab putih. Ia tampak begitu terharu sehingga tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja.
Setelah pemasangan Mahkota selesai. Lalu Sang pemasang mahkota tersebut langsung menyalami sang gadis bercadar itu, seraya menyerahkan sertifikat kelulusannya, "Selamat ya Hidayah Khairunnisa. Akhirnya Anti berhasil menjadi seorang Hafidzah," ucapnya, seraya ia memeluk si gadis bercadar yang dipanggil Hidayah Khairunnisa.
"Syukron ya Ustadzah Syaidah, ini semua juga berkat Ustadzah," balas Hidayah, penuh haru.
"Sama-sama Sayang. Sekarang pergilah temui orang tua kamu. Dan pasangkan Mahkota itu kepada Ibu kamu ya? Karena Beliaulah yang paling berjasa," ujar Syaidah, seraya melepaskan pelukannya.
"Na'am Ustadzah. Sekali lagi terimakasih," ucap Hidayah sambil ia kembali menyalami tangan Syaidah. Lalu ia pun langsung bergegas menuruni pentas tersebut.
Setelah berada di bawah pentas Hidayah pun langsung berjalan menuju ke tenda yang dikhususkan untuk para orang tua yang ikut menyaksikan acara wisuda anak-anaknya, yang telah berhasil menghafal dan mengkhatamkan Al Qur'annya. Dan kini mereka yang telah berhasil akan mendapatkan gelar seorang Hafidzah.
Hidayah menghampiri seorang wanita yang sedang duduk bersama seorang pria paruh baya. Setibanya di hadapan wanita itu, Hidayah pun langsung bersimpuh, "Alhamdulilah, Nisa berhasil Umi hiks.. sekarang Nisa sudah menjadi Hafidzah Umi, hiks..hiks.. Dan semua yang Nisa dapatkan, semuanya berkat Umi, hiks..hiks.." Ucap Hidayah, sambil menciumi tangan wanita tersebut.
"Terima kasih Umi, hiks..hiks.. karena besarnya pengorbanan Umi, kini Nisa sudah menjadi Hafidzah," ucapnya lagi, seraya membuka mahkotanya, lalu ia pasangkan Mahkota tersebut pada wanita yang sejak Hidayah diatas pentas ia sudah menitikkan air matanya. Ditambah lagi kini Hidayah memakaikan mahkotanya, ke Wanita itu. Membuat wanita itu semakin terharu.
"Hiks.. Sama-sama Nak hiks. Alhamdulillah pengorbanan kita tidak sia-sia Nak. Perpisahan kita yang tiga tahun ini akhirnya tidak sia-sia. Karena sekarang anak Umi sudah menjadi Hafidzah, Umi sangat bersyukur sekali pada Allah, dan sangat bahagia sekali. Rasanya kalau Allah, ingin mengambil Umi sekarang Umi ikhlas," ucap wanita paruh baya tersebut. Membuat Hidayah yang mendengar perkataan terakhirnya langsung tersentak.
"Iya Abi juga begitu, saking bahagianya Abi, juga rela kalau mengambil Abi sekarang," sambung seorang Pria yang sedang duduk disamping Uminya Hidayah. Mendengar perkataan orang tuanya, jantung Hidayah tiba-tiba berdetak kencang.
"Eh! Apaan sih Umi sama Abi! Ngomongnya kok begituan! Jadi buat Nisa takut deh!" protes Hidayah, yang tampaknya ia tak suka mendengar perkataan dari kedua orang tuanya.
"Aah..maaf Nak, tapi itukan hanya istilahnya saja. Karena itu menggambarkan saking bahagianya kami.." ucap Abinya Hidayah. Namun perkataannya langsung dipotong oleh Hidayah.
"Tetap saja tidak boleh Abi! Karena setiap perkataan itu bisa menjadi doa! Makanya itu kita harus berkata yang baik-baik saja. Abi mengertikan?" ujar Hidayah, membuat sang Ayah langsung tersenyum saat mendengar perkataannya.
"Mengerti Ustadzah," balas Sang Ayah membuat Hidayah, langsung merasa malu.
"Eh! Iiis Abi! Bikin malu deh! Kan jadinya pada ngeliatin Nisa!" protes Hidayah, sambil menundukkan wajahnya karena memang saat ini para orang tua yang duduknya berdekatan dengan orang tuanya. Sedang memperhatikannya.
"Kenapa harus malu? Kan memang benar, setelah ini Anak Abi akan menjadi seorang Ustadzahkan?"
"Belum Abi, karena Nisa setelah ini akan melakukan pengabdian di pondok ini selama satu tahun dulu Abi. Makanya Nisa belum bisa pulang," balas Hidayah berkata apa adanya.
"Ooh, begitu ya? Ya sudah kalau kamu jalani saja pengabdian itu dengan ikhlas. Insya Allah, semuanya akan terlewati dengan cepat, ya Nak? Dan kamu juga harus bisa menjaga diri kamu baik-baik ya Nak? Kamu juga harus berjanji pada Abi, akan selalu bahagia, oke?" ujar Sang Ayah, membuat Hidayah merasa aneh mendengarnya.
"Benar yang dikatakan Abi kamu Nak. Jadi kamu harus selalu mengingatnya? Karena bagi kami berdua, kebahagiaan kamu dan Kakak kamulah yang paling utama. Jadi umi juga berharap kalian berdua harus selalu bahagia, ya sayang?" sambung sang ibu. Membuat perasaan Hidayah jadi tak menentu. Pasalnya, kata-kata dari keduanya seakan seperti sebuah pesan, yang setelahnya mereka tak akan bertemu lagi.
"Iiis.. Umi sama Abi, kok ngomongnya Aneh deh! Bikin Nisa merinding aja pun," protes Hidayah.
"Hehehe..kamu nih ada-ada saja sih Nak," balas Sang Ayah, seraya mengusap kepalanya Hidayah dengan penuh kasih sayang.
"Ya sudah, karena hari sudah sore, kami pulang ya Nak? Kamu baik-baik ya disini, jaga kesehatan kamu ya, Nak. Dan jaga amalannya juga, oke Sayang? Dan yang utama, kamu harus senantiasa bahagia, Oke Nak? Harus diingat loh ya pesan Umi?" ujar sang Ibu sambil memeluk Hidayah, serta memberikan kecupan lembut pada dahinya.
"Iya Umi, Insya Allah, akan Nisa ingat selalu kok pesannya Umi," balas, Hidayah, dan ia pun. juga memberikan kecupan pada kedua pipi sang ibu.
"Udah dong Mi, gantian dong! Abikan juga ingin memeluk Hafidzahnya Abi, yang cantik ini," sela sang Ayah, yang ternyata sejak tadi ia menunggu gilirannya untuk memeluk Putrinya juga.
"Iiis, Abi, nggak sabaran banget sih! Ya udah deh, nih Hafidzahnya Abi!" balas Sang Ibu, membuat Hidayah, jadi merasa lucu, melihat kedua orang tuanya, yang sedang memperebutkan dirinya.
"Hihihi, Abi sok manja deh, ya udah, sini Nisa peluk juga," kata Hidayah yang akhirnya, ia pun memeluk tubuh sang Ayah juga.
"Nggak ada larangankan, manja sama anak sendiri?" balas Sang, yang ikut menyambut pelukan Sang Putri.
"Jaga diri kamu baik-baik ya Nak? Dan jadilah seseorang yang bermanfaat bagi sesama, ya Nak? Dan yang paling penting, Hafidzah Abi harus menjadi wanita yang tangguh Oke Nak?" ujar Sang, yang isinya juga mengandung sebuah pesan.
"Okay Abi, Insya Allah Nisa, akan menjadi seperti yang Abi inginkan!" balas Hidayah, sambil mempererat pelukannya pada Sang Ayah, dan tak lupa juga ia memberikan kecupan pada kedua pipinya.
"Alhamdulillah, ya sudah kami pamit ya Nak? Insya Allah bila ada, kesempatan, kami akan menjenguk kamu lagi, ya sayang?" kata Sang Ayah lagi. Sambil memberikan kecupan lembut pada dahinya..
"Iya Abi. Abi sama Umi hati-hati di jalan ya?"
"Iya Sayang, ya sudah kami pulang ya? Assalamu'alaikum?" ucap Kedua orang tuanya Hidayah.
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu," Setelah mendapatkan jawaban salamnya, kedua orang tua Hidayah pun langsung pergi menuju ke mobil mereka. Dan tak lama mobil pun meninggalkan pondok pesantren.
...*•••••••••••⊰❁❁🦋❁❁⊱••••••••••••*...
﷽ Semoga para Readers Fillahku menyukai Novel terbaru Author ini. Dan semoga membawa keberkahan bagi Ramanda, dan juga bagi para Readers yang sudah setia mengikuti Novel-novelnya Ramanda. Aamiin ya Allah 🤲
Oh Iya jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys dukung author di novel Author yang terbaru ini Oke, Syukron 🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
ririn
mampir kak
2024-02-01
0
azka aldric Pratama
Mash on going kah 🤔🤔
2024-01-16
2
Nabhan Ayubi
assalamualaikum ka, terimakasih sudah menulis novel islami yg memang sedang kucari
2023-08-25
0