*•••••••⊰❁❁🦋Kalam Hikmah 🦋❁❁⊱••••••••*
Berjuang itu tak mudah, namun jika kita sertakan Allah dalam setiap langkah, maka semua akan terasa mudah. Semua akan terasa lebih ringan jika saja kita melibatkan Allah dalam setiap perjuangan kita. Karna sejatinya Allah lah sebaik-baik penolong kita.
Tak ada daya dan upaya manusia tanpa pertolongan-Nya. Untuk semua perjuanganmu yang belum terwujud janganlah cepat menyerah. Terus meminta padaNya dalam setiap doa, karna Allah tidak akan pernah memberi akhir yang sia-sia untuk usaha dan doa hamba-Nya.
__sᴛᴏʀɪᴇs ᴏғ ᴛʜᴇ ᴅᴀʏ__
•••••••••••••••••••••⊰❁❁🦋❁❁⊱••••••••••••••••••••
Keesokan harinya.
Setelah melaksanakan shalat subuh, Hidayah, langsung pergi ke dapur untuk memasak. Karena suaminya adalah salah satu Ustadz, di padepokan tersebut. Jadi ia sudah tak heran, lagi, ketika diwaktu pagi, bila ia tak menemukan Suaminya. Karena sudah pasti, suaminya itu sedang berada di mesjid. Untuk memberikan pelajaran untuk para santri-santrinya.
Setelah selesai memasak, Hidayah pun langsung menyajikannya, di sebuah meja kecil yang terdapat di ruang tamunya. Karena memang pondoknya kecil jadi tak heran, bila semua-semua yang terdapat di pondok itu terlihat serba kecil. Seperti ruang tamunya kecil, kamar tidur juga kecil, bahkan tempat tidurnya berukuran empat kaki. Apalagi dapur dan kamar mandinya, sangatlah kecil. Namun hal itu tidak dipermasalahkan oleh Hidayah. Ia malah terlihat senang tinggal di sana.
"Alhamdulillah.. selesai juga masakanku, semoga Ustadz Siddiq menyukai makanan ini," gumam Hidayah, seraya ia menutup makanan tersebut dengan tudung saji.
"Sekarang sebaiknya Ana muraja'ah hafalan Qur'an dulu, biar tidak lupa. Nanti jam sepuluh baru ikut pelatihan," gumamnya lagi, seraya ia mengambil Al-Quran kecilnya yang berada ditas selempang kecil yang selalu ia bawa-bawa kemanapun.
"Hmm.. seperti enak kalau muraja'ah di alam. Aah.. tampaknya sangat sejuk. Ana kesana ah.." gumamnya lagi. Lalu ia pun melangkah keluar dari pintu dapurnya. Kemudian ia pun menelusuri Jalan setapak yang berada di pinggiran sawah tersebut, "Maa shaa Allah, indahnya alam-Mu ya Rabb," katanya lagi sambil matanya memandang suasana sawah dan perbukitan yang tampak begitu indah.
"Aah.. Ana sambil muraja'ah deh," gumamnya lagi. Seraya ia terus menelusuri jalan setapak Itu. Kemudian sambil melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
...*****...
Sementara disisi lain, di sebuah mesjid.
"Siapa lagi nih yang belum setoran hafalannya, adik-adik santri?" tanya seorang pria berjubah putih dan bersurban putih jugaz pada para santri yang terlihat sedang duduk dihadapan pria tersebut.
"Sepertinya sudah semuanya Ustadz Siddiq," jawab salah satu santri yang ada di sana.
"Oh, Alhamdulilah.. ya sudah kalau begitu kalian sudah boleh bubar. Dan jangan lupa kalian sarapanan dulu ya? Setelah itu kalian istirahatlah sebentar, biar nanti jam sepuluh kita kumpul lagi dilapangan, oke adik-adik Santri?" ujar pra bersurban itu, yang ternyata ia adalah Siddiq.
"Na'am Ustadz! Kalau begitu kami permisi Assalamu'alaikum!" ujar para santri secara bersamaan.
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu!" balas Siddiq. Dan setelah mendengar jawaban dari sang Ustadz, para santri-santri itu pun langsung bubar. Kini tinggal Siddiq, yang terlihat masih membaca kitabnya. Dan tak berapa lama kemudian terdengar suara pria memberi salam pada Siddiq.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu, Ustadz?"
Mendengar salam dari pria tersebut, Siddiq pun langsung mengangkat kepalanya, seraya berkata, "Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu. Eh, Ustadz Ilham? Silahkan duduk Ustadz!" balasnya setelah ia melihat wajah sang pemberi salam.
"Syukron Ustadz," balas pria yang dipanggil Ustaz Ilham tersebut. Sambil ia duduk bersila tepat dihadapannya Siddiq, "Oh, katanya kemarin Antum nikah ya? Maaf ya Ustadz, kemarin Ana turun bukit, jadi tidak tahu kalau anta menikah," lanjutnya lagi.
"Ooh nggak papa kok, Ustadz, Ana maklumi kok," balas Siddiq merasa canggung.
"Syukurlah, oh iya, Ana belum mengucapin selamat," kata Ilham seraya ia mengulurkan tangannya pada Siddiq dan langsung disambut olehnya, "Selamat ya Ustadz, semoga pernikahan Anta diberikan keberkahan dan secepatnya mendapatkan momongan, biar bertambah lagi umatnya Rasulullah," ucap Ilham, membuat Siddiq menjadi kikuk.
"Eh..ah..iya.. Aamiin, Syukron ya Ustadz!" balas Siddiq masih terlihat gugup.
"Kenapa Ustadz? Kok Anta gugup gitu sih? Santai saja Ustadz, oh iya, suasana masih pengantin baru, kok Antum malah ngajar sih? Kalau Ana mah, nggak mau jauh-jauh dari.." ujar Ilham, membuat Siddiq merasa tidak nyaman. Dan akhirnya ia memberanikan diri untuk memotong perkataannya Ilham.
"Maaf Ustadz, karena perkataan Antum saya jadi ingat sesuatu. Untuk itu saya permisi dulu ya Ustadz, Assalamu'alaikum," ujar Siddiq, seraya ia bangkit dari duduknya dan bahkan ia langsung melangkahkan kakinya dengan cepat. Membuat Ilham sedikit heran.
"Eh, iya Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu," balasnya dengan wajah yang terlihat sedikit kesal karena Siddiq main nyelonong bae, "Huh! Sementang pengantin baru, segitunya banget sikapnya. Padahal dia dulu nggak pernah gitukan?" gumam Ilham, masih menatap kepergiannya Siddiq.
"Aah.. sudahlah, sebaiknya aku kembali ke pondok, pasti istri -istri Ana sedang menunggu," katanya lagi, seraya ia Bangkit dari duduknya lalu ia pun bergegas pergi meninggalkan mesjid tersebut.
...****...
Sementara disisi lain.
Siddiq yang tadi berjalan tergesa-gesa, kini sudah hampir mencapai kepondok. Tampak sekali ia berjalan begitu terburu-buru, agar secepatnya sampai di pondoknya.
"Astaghfirullah.. kenapa Ana bisa lupa kalau sudah menikah sih? Padahal di pondokkan ada Dik Nisah! Pantas saja, saat jam tiga tadi Ana terbangun ada diruang tamu. Ana pikir Ana ketiduran disana! Aah.. apa kata Dik Nisah saat ana nggak ada ya? Aah.. untung saja Ustadz Ilham ngingetin Ana, kalau tidak pasti Ana akan berlama-lamakan di mesjid," gumam Siddiq didalam perjalanannya menuju ke pondoknya. Dan tak berapa lama ia pun sampai di depan pondok kecilnya itu.
"Aduh, mana Ana ngunci dari luar lagi! Pasti Dik Nisah berpikir Ana, jahat, karena mengunci dia di dalam," gumamnya lagi sambil ia membuka pintunya. Dan tak berapa lama pintu pun terbuka.
"Assalamu'alaikum..." ucap Siddiq setelah pintu terbuka. Namun tak ada jawaban sama sekali, "Assalamu'alaikum.. !" ucapnya lagi mengulangi salamnya. Namun lagi-lagi tak ada jawaban, pondok itu begitu hening.
"Eh, apakah Dik Nisah masih tidur?" gumamnya sambil matanya mengarah ke meja kecil yang ada di ruangan tamunya, "Eh, apa ini? tanya sambil ia melangkah mendekatinya. Lalu ia pun membuka tudung saji yang ada di meja tersebut.
"Eh. Ma shaa Allah, ternyata Dik Nisah sudah masak? Tapi kemana dia ya?" gumamnya lagi sambil kembali menutup makanannya lagi. Setelah itu ia pun berjalan menuju pintu kamarnya. Lalu ia mengetuk pintu tersebut.
"Assalamu'alaikum Dik Nisah?" panggilnya, namun tiba-tiba pintunya terbuka dengan sendirinya, dan ia pun langsung melongok kamarnya tersebut, ternyata kamar itu kosong.
"Eh! Kemana dik Nisah, kenapa tidak ada?" gumamnya lalu ia pun langsung bergegas kedapur, dan ternyata pintu dapur masih terbuka. Dan ia pun langsung melihat sekeliling belakang rumahnya.
"Eh! Kemana Dik Nisah! Kenapa tidak ada dimana-mana, atau jangan-jangan dia di culikkah?"
...*•••••••••••⊰❁❁🦋❁❁⊱••••••••••••*...
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys dukung author terus yaa, Syukron 🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Rohmi Rohmizaki
bisa2nya ustadz Siddiq lupa klo dah nikah,🤦
2023-06-05
0
Pujiastuti
gara² nikahnya dadakan jadi lupa ya ustad ada sudah ada istri dirumah,,,,,, pasti panik ni ustad sidiq ngak menemukan istrinya didalam rumah,,,,
2023-02-10
0
Nurhayati
bisa²nya ustadz siddiq lupa klu udah nikah😆
2023-02-10
0