*•••••••⊰❁❁🦋Kalam Hikmah 🦋❁❁⊱••••••••*
Setiap yang berjiwa itu akan merasakan apa yang namanya kematian. Meskipun dia berusaha sekuat tenaga untuk menghindari kematian dengan ribuan dokter dan triliunan dolar untuk mencegah kematiannya, maka tidak akan pernah bisa. Karena, kematian itu adalah sebuah ketetapan yang sudah digariskan oleh Allah azza wa jalla kepada siapapun mahluk yang berjiwa.
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”
(QS. An Nisa’: 78).
•••••••••••••••••••••⊰❁❁🦋❁❁⊱••••••••••••••••••••
Di pondok pesantren.
Dalam masa pengabdian, sudah pasti Hidayah bertugas untuk membantu para Ustadzahnya. Dan saat ini ia ditugaskan untuk mengajarkan anak-anak santriwati yang masih baru. Sehingga tingkat kesulitannya cukup banyak. Karena ia harus melatih pengucapan huruf Alquran dengan benar. Dan sudah pasti bagi santriwati yang masih baru akan kesulitan dalam prihal pengucapan huruf dengan benar.
Namun karena Hidayah, memiliki sifat yang sabar, lembut dan juga selalu ceria. Membuat para Santriwati baru itu, sangat suka padanya. Sehingga yang tadinya amat sulit kini menjadi mudah bagi mereka. Sehingga dalam waktu singkat para adik-adik santriwatinya sudah menguasai semuamya.
"Ma shaa Allah..Dayah, Ana salut banget pada Anti loh. Anti bisa ya, ngajarin adik-adik santriwati kita, hanya dalam waktu singkat saja. Padahal biasanya, kalau mengajarin santri baru itu sangat sulit loh. Ana saja, selalu menolak, kalau sudah ditugaskan menangani anak baru," ujar salah satu temannya Hidayah.
Mendengar pujian dari temannya, Hidayah, langsung tersenyum manis, "Alhamdulillah.. itukan karena Allah, yang memudahannya, iyakan Ukhti Hasnah? Kalau Ana mah bisa apa coha, kalau tanpa pertolongan Allah," balas Hidayah dengan kerendahan hatinya.
"Iya juga sih. Tapi kenapa ya kalau Ana yang melakukannya, jadi terasa sulit?" tanya teman Hidayah yang dipanggil Hasnah tersebut.
"Mungkin karena dari awal Anti mengatakan sulit. Jadi ya gitu deh, Allah sertakan sedikit kesulitan, tatkala Anti mengatakan sulit. Ingatlah Ukhty, Allah bersama prasangka hamba-hamba-Nya. Maka dari itu berprasangka yang baik-baik saja ya ukhti, Insya Allah baik juga hasilnya," balas Hidayah, seraya ia menyunggingkan senyuman manisnya pada Hasnah.
"Maa shaa Allah.. Anti memang sudah pantas menyandang gelar Ustadzah Ti Dayah. Soalnya penuturan Anti, bikin hati Ana adem ayem," ucap Hasnah, sambil menatap Hidayah dengan tatapan kekakagumannya.
"Aamiin, hehehe di aaminkan dulu saja deh. Mudah-mudahan menjadi doa," balas Hidayah sambil memamerkan gigi putihnya.
"Kan emang benar udah jadi Ustadzah, kata Umah Sya.." sambung Hasna. Namun perkataannya langsung terhenti, sebab mereka kedatangan salah satu santriwati.
"Assalamu'alaikum Ukhtyna?" salam Santriwati itu.
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu," balas Hidayah dan Hasnah secara bersamaan.
"Afwan Ukhtina, Ana mengganggu sebentar,"
"Na'am, tidak apa-apa, Zani. Sekarang katakanlah ada apa?" balas Hidayah, dengan lembut.
"Itu Ukhty, Umah Syaidah memanggil Ukhty Dayah. Disuruh datang sekarang juga," kata Santriwati yang bernama Zani tersebut.
"Ooh, baiklah ana akan segera kesana," balas Hidayah, yang kemudian ia pun langsung memakai cadarnya. Lalu ia pun langsung bergegas menuju ke pondok Utama, yaitu rumah Ustadzahnya.
Setibanya di pondok Utama, ternyata disana sudah ada dua orang polisi, yang terlihat sedang mengobrol pada Ustadznya, yaitu suaminya Ustadzah Syaidah.
"Assalamu'alaikum," ucap Hidayah, ketika ia sampai di depan teras pondok utama tersebut.
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu," jawab Ustad dan Ustadzahnya.
"Kemarilah Dayah, duduklah di sini," ujar Syaidah, sambil menunjukkan kursi yang berada di sebelah ia duduk.
"Na'am Ustadzah," balas Hidayah. Lalu ia pun langsung duduk di kursi tersebut.
"Dayah, pak polisi ini datang kesini, karena mereka ingin menyampaikan sesuatu kepada kamu Nak. Tapi sebelum kuat hati kamu dulu ya?" ucap Suaminya Syaidah.
Mendengar ucapan dari Ustadznya, jantung Hidayah, seketika berdegup kencang. Dan perasaannya juga tidak menentu. Apalagi ketika matanya menatap wajah kedua polisi yang sedang duduk di hadapannya. Membuat tak mampu mengeluarkan kata-katanya. Sehingga ia hanya membalas perkataan sang Ustadz dengan anggukan kepalanya saja.
Setelah melihat jawaban dari Hidayah, tatapan sang Ustadz pun kembali kepada kedua polisi itu lagi, "Silahkan, sampaikanlah berita itu pada Santri saya ini," ujar sang Ustadz pada polisi-polisi tersebut.
"Terima kasih Ustadz Ibrahim," ucap salah satu petugas kepolisian itu, "Begini Nona, kedatangan kami kesini, untuk menyampaikan kabar duka untuk Anda!" ucap Polisi tersebut dengan suara yang terdengar sedikit tegas. Hidayah yang mendengar perkataan sang polisi, seketika ia langsung teringat pada orang tuanya.
"Duka? Apakah ini tetang orang tua Saya Pak?" tanya Hidayah, dengan suara yang terdengar bergetar. Dan bahkan mata sudah terlihat berkaca-kaca.
"Benar Nona! Tadi malam di rumah Anda telah terjadi pembunuhan. Dan korbannya adalah Pak Yahyah, Bu Syafrida, kedua pembantu Anda, serta supirnya Pak Yahyah! Mereka di tembak oleh orang yang tidak dikenal, dan saat ini masih kami lacak Nona!" ujar polisi tersebut. Membuat tubuh Hidayah, seketika melemas, dan tak berapa lama ia pun langsung terkulai tak sadarkan diri.
"Astaghfirullah Dayah!" teriak Syaidah, sambil ia menangkap tubuh Hidayah yang hampir saja jatuh kelantai, "Abi, tolong angkat Dayah, Abi!" teriaknya lagi.
"Astaghfirullah! Baik Dek!" balas Ibrahim, dan ia pun, langsung mengangkat tubuh Hidayah dan langsung membawanya ke dalam rumahnya.
"Letakkan di kamar tamu saja Bi," kata Syaidah, terlihat panik. Lalu ia pun langsung membuka pintu kamar tamunya. Dan Ibrahim pun langsung meletakkan tubuh Hidayah ke ranjang yang ada di sana.
"Kamu tungguin Dayah dulu ya Dek, Abi, mau meyelesaikan urusan keluarganya Dayah," kata Ibrahim.
"Pergilah Bi. Bantulah proses pemakamannya keluarganya Dayah juga ya?" balas Syaidah merasa iba melihat Hidayah, yang masih belum sadarkan diri.
"Iya Dek, Kalau begitu Abi pamit ya Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu,"
Setelah mendapatkan jawaban dari istrinya, Ibrahim pun langsung bergegas pergi. Kini tinggal Syaidah, yang terlihat ia sedang memberikan minyak kayu putih ke hidungnya Hidayah. Berharap ia tersadar setelah menghirup minyak tersebut.
"Malang sekali nasib kamu Nak, Semoga kamu bisa melewati ujian ini dengan sabar,"
...*•••••••••••⊰❁❁🦋❁❁⊱••••••••••••*...
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys dukung author terus yaa, Syukron 🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
tata 💕
astaghfirullahalazim, nyesek Krn kaget, semua orang yang dirumahnya dibantai, emang tuh orang g punya hati manusia x y, punya'a hati iblis 😠
2023-05-28
0
HARTIN MARLIN
yang sabar ya ini cobaan buat kamu
2023-05-08
0
Ainisha_Shanti
Astagjfirullahalazim... sungguh berat dugaan mu Hidayah.
2023-02-03
0