*•••••••⊰❁❁🦋Kalam Hikmah 🦋❁❁⊱••••••••*
Banyak di antara kita yang masih saja fokus sama kekurangan dan kesalahan orang lain, seolah jika ada masalah sekecil apapun yg ada pada orang lain kita akan memberikan komentar sedemikian rupa.
Tak jarang kita tanpa sadar telah memberikan komentar dengan menghakimi orang tersebut, saking fokusnya dengan kesalahan orang lain kita sampai lupa, kalo kita juga banyak kekurangannya. Untuk itu mari kita fokus untuk memperbaiki kekurangan yg ada pada diri sendiri, berikan nasihat ke orang lain tanpa melukai perasaannya dan sewajarnya.
__sᴛᴏʀɪᴇs ᴏғ ᴛʜᴇ ᴅᴀʏ__
•••••••••••••••••••••⊰❁❁🦋❁❁⊱••••••••••••••••••••
Di Padepokan MP.
Satu hari telah berlalu, dan selama satu hari itu, Siddiq merawat Hidayah, yang sedang sakit kakinya. Bahkan hari itu ia tak memberikan pembelajaran pada para santri-santrinya. Hal itu malah membuat Hidayah semakin merasa tidak nyaman. Pasalnya walaupun ia berada didekatnya. Namun sikap Siddiq terasa begitu dingin kepadanya, membuat ia menjadi serba salah.
"Apa yang kamu lakukan Dik Nisah? Kenapa tidak memanggil saya?" tanya Siddiq, saat melihat Hidayah, berjalan terpincang-pincang menuju ke arah dapurnya.
Mendengar suara Siddiq, Hidayah langsung tersentak kaget. Dan dengan spontan ia pun langsung membalikkan tubuhnya. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat Siddiq, yang sudah berdiri tepat di hadapannya. Tanpa memakai sorban. Karena ini baru pertama kalinya ia melihat Siddiq tanpa mengenal sorbannya.
"Eh! U-ustadz? Kok sudah ada disini?" tanya Hidayah terlihat gugup. Karena sebenarnya sebelum ia keluar dari kamarnya ia sempat mengintip, dan memastikan kalau Siddiq tak ada di pondok. Makanya ia berani keluar dari kamarnya. Tapi ternyata perkiraannya salah, sebab saat ini Siddiq sudah berdiri dihadapannya.
"Kenapa kamu terkejut begitu, hm? Dan apa yang kamu lakukan? Bukankah tadi saya bilang, kalau kaki kamu jangan dibawa jalan dulukan? Emangnya kamu nggak ingin cepat sembuh ya?" tanya Siddiq lagi, dengan wajah yang terlihat datar.
"Eh! A-anu Ustadz, sa-saya cuma mau ke kamar mandi saja kok. Dan kaki saya sudah tidak begitu sakit kok, makanya say..." balas Hidayah masih begitu gugup. Namun belum lagi ia menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba Siddiq sudah langsung menggendongnya. Membuat Hidayah langsung terpekik.
"Kyaaaak...!! Ustadz! Turunkan saya! Saya bisa jalan sendiri Ustadz!" protes Hidayah. Namun tak dihiraukan oleh Siddiq, ia malah langsung melangkah menuju ke kamar mandi yang berada di dekat dapurnya.
Sesampainya di dalam kamar mandi, Siddiq pun menurunkan tubuh istrinya, "Panggil saya kalau sudah selesai. Jangan membantah lagi!" katanya terdengar tegas. Dengan memasang wajah datarnya. Membuat Hidayah, tak berkutik lagi, dan hanya bisa mengangguk kepalanya saja. Setelah melihat anggukan kepala istrinya, Siddiq pun langsung melangkah keluar, kini tinggallah Hidayah seorang diri saja dikamar mandi tersebut.
"Aiiis.. kenapa sih, pakai ada acara keseleo segala?! Jadinya sekarang Ana selalu merepotkan Ustadz Siddiqkan? Pasti beliau, semakin membenci Ana!" gerutu Hidayah, sambil menatap kesal, pada kakinya. Seraya membuka cadarnya. Dan maksud hati ingin menyampirkan cadar tersebut kesebuah tapi yang berada di kamar mandi tersebut. Namun tiba-tiba cadar itu malah masuk ke dalam ember yang didalamnya ada airnya. Sehingga cadar tersebut pun langsung basah..
"Aah.. ya ampun basah dah tuh cadar Ana! Gimana nih? Pasti Ustadz Siddiq marah lagi! Waktu kemarinkan dia marah waktu Ana buka cadar," gumam Hidayah tampak panik. Dan ia pun teringat pada waktu ia menangis diruang tamu. Dan ia pun membuka cadarnya.
...❁❁❁❁...
Play back On
Hari dimana Siddiq mengurut kakinya Hidayah yang keseleo. Membuat Hidayah langsung menjerit-jerit kesakitan.
"Aakh..!! Tidak-tidak! Aakh.. Sakiiit.. ! Hentikan Ustadz!" teriak Hidayah, seraya ia menggigit tangannya Siddiq.
"Awu..Awu.. sakit Dik! Kenapa jadi kayak vampir sih?!" protes Siddiq tanpa memandang wajah Hidayah.
"Maaf, Ustadz! Hiks.. hiks... habisnya sakit banget, Ustadz..hiks..hiks.." balas Hidayah, dengan Air mata yang kembali berderai membasahi pipinya.
"Di tahan dong. Katanya, mau jadi pendekar wanita? Masa, baru segini saja sudah nangis sih Dik? Gimana nanti kalau kamu menghadapi musuh-musuh, coba? Atau kamu ingin menjadi pendekar wanita yang cengeng yaz Dik?" ujar Siddiq, masih terfokus dengan kakinya, Hidayah. Dan ia juga tak sedikit pun melirik wajahnya, hanya sekilas saja, waktu pertama ia datang. Lalu ia langsung menundukkan wajahnya.
"Eh! Nggak mau, Ustadz! Iya deh Nisah nggak nangis lagi deh! Nisah juga akan menahan sakitnya kok," balas Hidayah, seraya ia menghapus air matanya.
"Nah gitu dong! Sekarang, kamu pakai cadarnya lagi ya?" kata Siddiq seraya ia menyerahkan cadar Hidayah, yang tergeletak di lantai. Masih tanpa Ingin melihat wajah istrinya.
"Eh, kenapa emangnya Ustadz? Kitakan sudah mahram, jadi nggak papakan Nisah nggak pakai cadar?" tanya Hidayah, tampak heran.
"Maaf ya Dik, kita memang sudah mahram. Tapi niat Abang menikahi kamu, bukan berdasarkan karena ingin ibadah dengan kamu Dik. Niat Abang, hanya ingin melindungi kamu, karena kamu Adik teman Abang. Dan juga karena Kyai meminta Abang untuk mengajarkan kamu bela diri. Jadi Abang minta kamu jangan, berharap lebih ya dari Abang. Lagian kamu tahu sendirikan, kalau Abang juga punya amanah yang harus Abang nikahi juga. Dan waktunya tinggal dua bulan lagi. Untuk itu Abang minta, kamu tetaplah memakai cadar ya didepan Abang. Karena yang pantas menerima kehormatan itu adalah suami dimasa depan kamu nanti Dik,"
Mendengar penjelasan dari Siddiq, hati Hidayah terasa begitu sakit. Sehingga air mata yang tadi telah ia hapus, kini tanpa sadar jatuh kembali. Namun bibirnya, tetap tersungging senyuman pahitnya, "Hmm.. Baiklah Ustadz, Nisah akan lakukan sesuai keinginan Ustadz," ucap Hidayah seraya ia menutup wajahnya dengan cadarnya.
"Hmm..maaf Ustadz, untuk perkataan Ustadz yang terakhir, Nisah nggak yakin, apakah setelah ini Nisah akan memiliki Suami lagi, atau tidak. Tetapi Nisah punya prinsip, hidup itu hanya sekali. Maka bagi Nisah, nikah juga sekali! Jadi jangan pernah memaksa Nisah untuk memiliki Suami yang lainnya!" pungkas Anisah seraya ia bangkit, dari duduknya. Lalu sambil melangkah terpincang-pincang ia pun masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Siddiq langsung tertegun setelah mendengar perkataan Hidayah.
Play back Off
...❁❁❁❁...
Kembali dikamar mandi.
Hidayah tampak bingung, melihat cadarnya yang basah, "Aiih.. gimana ini? Hah! Sudahlah sebaiknya Ana cepat-cepat berwudhu dulu! Pasti saat ini Ustadz sedang nungguin!" gumamnya lagi, lalu ia pun segera membersihkan dirinya. Setelah selesai semuanya, ia pun langsung berwudhu. Dan kemudian ia kembali memakai hijab sedikit asal, karena ia berpikir dikamar akan dibuka kembali. Setelah hijab terpasang, dengan perlahan, ia pun menghampiri pintu.
"Mudah-mudahan, nggak ada Ustadz didepan pintu," gumam Hidayah dengan lirih. Sambil membuka pintu dengan perlahan. Dan sebelum pintu terbuka lebar, Hidayah menyempatkan diri untuk mengintip keluar. Sehingga cahaya yang dari luar, langsung menerangi wajahnya sebahagian. Namun baru saja ia mengintip tiba-tiba..
"Ngapain kamu ngintip-ngintip seperti itu Hm?"
DEGH!!
...•••••••••••⊰❁❁❁⊱••••••••••••...
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys dukung author terus yaa, Syukron
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Rohmi Rohmizaki
ganteng +cantik,,dah paket komplit eeebtpii sayang ustadz Siddiq sudah memiliki tunangan
2023-06-05
0
Husna Hanna
sikapnya dingin, tpi hatinya dag dig dug
2023-05-23
0
Pujiastuti
lanjut kak semangat upnya 💪💪😊😊😊
2023-02-24
0