*•••••••⊰❁❁🦋Kalam Hikmah 🦋❁❁⊱••••••••*
Jika engkau ingin melihat dunia setelah kematianmu,,maka lihatlah dunia itu setelah kematian orang lain. Saat engkau dapati bagaimana seorang pecinta melupakan sosok-sosok yang dicintainya telah meninggal, saat itu engkau akan yakin bhw sosok yang paling engkau cintai akan melupakanmu setelah kematianmu.
Dengan kata lain mereka yang engkau cintai itu akan tersibukkan dgn dunia hingga melupakanmu. Karena itu, jadikan hidupmu seluruhnya utk Allah saja sebab Dialah satu-satunya yang tak akan pernah melupakan.
So, Perbaiki kualitas hubunganmu dengan Allah sebab Dialah satu-satunya Dzat yang abadi tak fana.
__sᴛᴏʀɪᴇs ᴏғ ᴛʜᴇ ᴅᴀʏ__
•••••••••••••••••••••⊰❁❁🦋❁❁⊱••••••••••••••••••••
Di Daerah JT.
Setelah melakukan perjalanan yang lumayan jauh. Akhirnya mobil yang membawa Ustadz Ibrahim dan Hidayah, sampai kedaerahan perbukitan yang posisinya lumayan jauh dari ibu kota JT. Dan bukan hanya sampai disitu saja perjalanan mereka. Karena ternyata mereka harus melakukan pendakian terlebih dahulu. Baru bisa menemukan padepokan Maung putih tersebut.
"Kamu sudah lelah Dayah? Apa perlu kita beristirahat dulu disini Nak?" tanya Ustadz Ibrahim, kepada Hidayah, yang sepertinya ia mulai merasa lelah, karena tanjakan bukit tersebut, memang lumayan tinggi.
"Tidak kok Ustadz, Dayah masih kuat kok untuk mendaki lagi!" balas Hidayah terdengar tegas. Sepertinya ia berusaha untuk menutupi rasa lelahnya.
"Syukurlah kalau begitu, Kamukan memang harus terus melatih kaki-kaki kamu. Agar otot-otot kakimu menjadi kuat, Kamu pahamkan?" balas Ibrahim, yang tampaknya ia sudah memberikan pelatihan pada Hidayah, tanpa disadari olehnya.
"Paham Ustadz!" balas Hidayah dengan singkat.
" Bagus! Ya sudah kalau begitu, ayo kita mendaki lagi!" ajak Ibrahim. Lalu ia pun terlihat kembali melangkahkan kakinya dan mulai mendaki lagi. Sedangkan hidayah mengikutinya dari belakangnya.
Setelah melakukan pendakian yang lumayan jauh, akhirnya mereka pun sampai di sebuah padepokan yang terlihat begitu indah. Karena disekitarnya dikelilingi pepohonan, kerena memang posisi padepokan itu berada di tengah-tengah hutan kecil yang terdapat di perbukitan itu.
Untuk sesaat Hidayah terlihat sedang mengagumi padepokan tersebut. Namun seketika kekagumannya langsung buyar, tatkala ia mendengar suara seorang pria yang baru saja muncul untuk menyambut kedatangan mereka.
"Assalamu'alaikum Pak kyai! Selamat datang di padepokan Maung putih ini," ucap seorang pria muda yang terlihat sedang memakai jubah putih serta memakai surban putih juga.
"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu. Terima kasih Ustadz, Siddiq Al Baihaqi," balas Ibrahim, seraya ia langsung memeluk Pria muda yang bernama Siddiq Al Baihaqi itu.
"Maa shaa Allah, Ana senang rasanya Pak kyai kembali berkunjung ke sini. Bagaimana kabar, Pak kyai dan keluarga?" tanya Siddiq saat masih berada di dalam pelukannya Ibrahim.
"Alhamdulillah, kami semua dalam keadaan sehat wal'afiat dan dalam lindungan Allah. Oh iya, bagaimana dengan kabar Anta, sendiri hm?" balas Ibrahim, seraya ia melepaskan pelukannya.
"Alhamdulillah...dan Alhamdulillah saya berserta seisi padepokan ini dalam keadaan sehat wal'afiat dan juga dalam penjagaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, juga kyai," balas Siddiq, seraya ia menyunggingkan senyuman manisnya, yang terlihat begitu teduh.
"Alhamdulillah.. syukurlah, senang rasanya mendengarnya"
"Na'am kyai, oh iya mari masuk kyai," ajak Siddiq, dan akhirnya mereka semua pun memasuki padepokan Maung tersebut. Dan itu termasuk Hidayah yang mengikuti mereka dari belakang.
Setibanya di dalam padepokan, Ibrahim menyuruh Hidayah, untuk duduk, "Duduk disini dulu ya Dayah. Ustadz mau bicara empat mata dulu dengan Ustadz Siddiq," katanya.
"Na'am Ustadz," balas Hidayah, lalu ia pun langsung duduk di sebuah kursi yang terbuat dari kayu yang berukiran indah.
"Mari Siddiq, ikut Ana," kata Ibrahim seraya ia berjalan, menuju ke sebuah ruangan, yang sepertinya itu ruangan tempat beribadah khusus
untuk para ustadz. Sesampainya di dalam, Ibrahim pun langsung duduk bersila dilantai dengan beralaskan karpet. Dan Siddiq pun langsung ikut duduk dengan posisi duduk saling berhadapan.
"Siddiq, kamu lihatkan akhwat tadi?" tanya Ibrahim, setelah ia melihat Siddiq sudah duduk bersila juga.
"Na'am, kyai Ana sudah lihat. Memangnya ada apa Ustadz?" tanya Siddiq kembali.
"Dia Adik kandung Arsyad Alhidayat, satu angkatan kamu dulu,"
"Ooh, Masya Allah, jadi akhwat tadi itu Nisah adiknya Arsyad? Ternyata sudah besar sekali ya Kyai?"
"Kamu mengenalnya?"
"Na'am, Ana mengenalnya Kyai. Dulu semasa kami mondok bersama disini. Arsyad, selalu mengajak Saya kerumahnya, ketika pondok sedang liburan Kyai. Dan masa itu Nisa masih berumur sepuluh tahun. Tetapi setelah kami tamat dan Arsyad ke Kairo, Ana tak pernah lagi melihatnya, Kyai," balas Siddiq, yang akhirnya ia menjelaskan mengapa ia mengenal Hidayah.
"Ooh iya, saya baru ingat, kalau kalian dulu cukup akrab," kata Ibrahim, yang akhirnya ia juga mengingatnya.
"Oh iya, memang ada apa Kyai? Mengapa Kyai membawa Nisa kesini?" tanya Siddiq terlihat penasaran.
"Begini Siddiq, saat ini teman kamu Arsyad, sedang terlibat dengan sekelompok gangster. Dan saat ini mereka sedang mencari-cari dirinya. Sampai-sampai mereka membunuh kedua orang tuanya," balas Ibrahim, yang akhirnya ia menceritakan semuanya pada Siddiq.
"Innalilahi wa innailaihi Raji'un. Jadi Abi dan Ummi?"
"Iya Siddiq mereka sudah meninggal. Dan saat ini firasat Kyai mengatakan, kalau sekelompo gangster itu, sedang mencari kelemahan Arsyad. Dan pastinya mereka sudah tahu kalau Arsyad, sangat menyayangi adiknya," kata Ibrahim lagi.
"Astaghfirullah.. tapi kenapa bisa dia terlibat sama mereka Kyai?" tanya Siddiq yang tampaknya ia semakin penasaran pada sahabat yang pernah akrab dengannya itu.
"Asal mula keterlibatan Arsyad, itu karena, dia telah menolong seorang korban yang akan menjadi sasaran kebiadaban mereka. Dan bahkan dia membawa korban tersebut. Makanya mereka menjadi sangat marah padanya," balas Ibrahim yang akhirnya juga menceritakan asal mulanya Arsyad terlibat dengan sekelompok gangster.
"Aah, saya tidak heran kalau mengenai itu Kyai, karena Arsyad memang orang yang sangat baik. Waktu dipondok ini dia juga dikenal sebagai penolong bagi santri yang lemah," kata Siddiq, yang sepertinya ia amat mengenal tabiat sahabatnya itu.
"Iya Kyai tau itu. Nah kedatangan Kyai kesini mau meminta tolong pada kamu. Tolong jaga Nisah, dan ajarkan dia berbagai ilmu bela diri, agar dia bisa menjaga dirinya sendiri," kata Ibrahim yang akhirnya ia mengungkapkan maksud kedatangannya itu.
Siddiq langsung terkejut mendengar maksud kedatangan Ibrahim, "Eh! Tapi Kyai, disinikan seorang akhwat tidak diperbolehkan. Itu bisa menimbulkan fitnah Kyai," jelas Siddiq.
"Kyai tahu Siddiq! Karena yang membikin peraturan itu adalah Kyai sendiri! Untuk itu Kyai bermaksud ingin menikahi kalian!" balas Ibrahim membuat Siddiq bergitu kaget.
"Apa!!"
...*•••••••••••⊰❁❁🦋❁❁⊱••••••••••••*...
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys dukung author terus yaa, Syukron 🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Yani Hendayani
OOO begitu toh asal mulanya, barulah saya mengerti kirain kakak dayah penjahat jg🤭
2023-05-16
0
HARTIN MARLIN
oh...... begitu ceritanya
2023-05-08
0
Pujiastuti
kok malah dinikahkan sama Sidiq pak Kyai Dayahnya,,,,,,
ikutin ajalah alur yang kak author buat dari pada penasaran 😊😊😊
tetap semangat kak upnya 💪💪💪💪
2023-02-06
2