Tiba-tiba... "Tuan"
nickolas datang dengan menjulurkan tangannya pada Fabian memberikan ponsel yg sedang menyala "tlp dari tuan besar"
Tanpa banyak respon Fabian pun langsung mengambilnya "Iya pah, ada yg bisa Abi bantu?"
"Apa kau malam ini bisa ke rumah papa untuk makan malam dan ada yg ingin papa bicarakan denganmu" tutur lukman di sebrang tlp
"InsyaaAllah bisa pa"
"Baiklah Bi, papa tunggu di rumah ya, Assalamu'alaikum"
"Iya pah, waalaikumussalam"
**
3 jam kemudian setelah sampai di kediaman kedua orang tuanya fabian tengah duduk di meja makan bersiap untuk makan malam bersama..
"Papa mau bicara mengenai apa?" Tanya Fabian to the point
"Huuuhh..." menarik dan membuang nafasnya perlahan sekilas melirik istrinya meminta persetujuan dengan isyarat sintia pun menganggukkan kepalanya.
"Bi.. seperti yang kamu lihat papa dan mama ini kan sudah tua, sementara kamu anak semata wayang kami, untuk kali iniiii saja kabulkan permohonan papa dan mama apa kau akan menyutujuinya?"
Fabian tak langsung menjawab namun melirik sang mama yg saat itu dengan menunduk dan sekilas membalas tatapan anaknya dengan tatapan memohon, mereka berdua sudah bekerja sama menjual wajah kesedihannya agar fabian mau mengabulkan permintaannya kali ini tanpa ada drama lagi seperti bbrp tahun silam.
"Memang apa yg mama dan papa inginkan dari Abi, rumah, mobil atau ponsel keluaran terbaru?" Abi tidak berpikir apa yg di inginkan kedua orang tuanya.
"Bi... kami tidak membutuhkan itu semua, mama dan papa sanggup membelinya jika ingin tidak usah memintanya padamu, tapi mama dan papa ingin yg selain itu" ucapan sintia semakin membuat putranya bingung, krn tidak tau bagaimana menjelaskan keinginan keduanya dari putra tunggalnya itu.
"Lantas?" tanya fabian yg semakin dibuat penasaran sambil menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Jika papa mengatakannya apa kau bisa janji pada kami kau tidak akan marah dan menolaknya?" sahut lukman
Abi hanya menganggukkan kepalanya krn bingung harus menjawab apa
"Mama ingin kamu segera menikah" tutur sintia terus terang pada putranya, di sambut lukman dengan anggukan kepalanya
Fabian hanya terdiam berusaha bersikap tenang, dia sudah dewasa dan tau bagaimana bersikap di hadapan orang tuanya yg semakin hari semakin menua dan semakin seperti kanak-kanak yg setiap keinginannya harus terpenuhi.
"Ma.. pa.. Abi belum punya calon pasangan untuk abi nikahi, bagaimana mungkin mama dan papa ingin abi segera menikah tanpa ada pasangan?" tutur fabian yg berterus terang pada mereka
Lukman dan sintia saling melempar senyum.. lalu tangan sintia kini memegang tangan putranya "Mama sudah ada calonnya untukmu" seraya tersenyum dan melirik suaminya yg juga tersenyum
melihat pemandangan kedua orang tuanya yg terlihat bahagian fabian tak kuasa lagi untuk menolak permintaan mereka..
"Siapa? apa Abi mengenal orangnya?" tanya fabian
"Ya, tentu kau menfenal wanita itu" sahut lukman
"Dia adalah putri bungsunya om jason, jika kau ingat wanita bercadar yg bermata biru yg pernah makan malam dengan kita waktu itu, apa kau mengingatnya" lanjut lukman panjang lebar untuk mengingatkan sosok wanita itu pada putranya
Fabian terdiam dan mengingat-ingat wanita bermata biru yang sering ia jumpai tanpa sengaja
"Namanya Maira" sahut mama sintia
Fabian menelan salivanya.. dan mengangguk-anggukan kepalanya "Jika memang dengan itu membuat papa dan mama bahagia Abi akan menyutujuinya"
Lukman dan sintia kini semakin tersenyum lebar dan saling melempar senyum bahagia itu tanpa bisa mereka tutupi, mrk saat ini tak peduli Fabian menjawab itu krn terpaksa atau tertekan yg terpenting fabian setuju saja dulu, krn lukman dan sintia sangat mengetahui karakter anaknya yg anti dengan ingkar janji
"Alhamdulillah.. papa dan mama saaangat bahagia mendengarnya, InsyaaAllah kita akan rencanakan pertemuan untuk kau melakukan ta'aruf dengan maira sebelum melakukan lamaran dan pernikahan, setidaknya kalian harus saling mengenal dalam jangka waktu bbrp bulan ini, bagaimana apa kau setuju usulan papa?" tanya papa lukman yang panjang lebar menjelaskan
Fabian hanya mengangguk-anggukan kepalanya "Papa dan mama atur saja"
"Baiklah.. serahkan semua pada mama, mama yakin pilihan kami kali ini tidak akan pernah salah" sahut senyum sumringah sintia
**
tak terasa waktu semakin larut mereka mengobrol ngalor ngidul membuat Abi memberanikan diri untuk pamit
"Jika yang ingin papa dan mama bicarakan sudah tersampaikan Abi ingin pamit pulang Ma pa"
"Ini sudah malam nak, apa kau tidak ingin menginap disini untuk malam ini saja?"
"Tidak ma, Abi besok banyak pekerjaan, tidur disini terlalu nyaman jadi mempersulit abi bangun lebih cepat" bohong abi pada mamanya
"Ya sudah baiklah jika seperti itu, hati-hati dijalan nak"
***
Di dalam mobil pribadinya fabian berusaha menstabilkan dirinya karna jujur saja dia sangat ingin menolak permintaan kedua orang tuanya tentang perjodohan itu, namun melihat kebahagiaan terpancar di wajah keduanya membuat fabian tak tega.
"Cekiiiittt..." tiba-tiba mobilnya berhenti di tengah jalan yg sepi, saat fabian turun dan melihat ban mobilnya kempes, mana jalan jauh dr bengkel, akhirnya mau tidak dia menghubungi taksi online dan hendak membiarkan mobilnya disana namun karna kondisi sudah larut tak satupun taksi online yg tersambung.
Akhirnya terpaksa fabian mengambil ban serep dan dongkrak, saat hendak membuka bagasi mobilnya tiba-tiba suara tembakan mengarah padanya "Dorr dorr dorrr" refleks fabian menutup bagasi dan menaiki mobilnya sambil mengambil senjata api yg selalu dia bawa kemanapun dia pergi untuk berjaga-jaga.. "Dorr doorrr doorr" hingga memcahkan kaca belakang mobil fabian, karna saat itu malam fabian berada di bawah cahaya yg terang tidak bisa melihat dr arah mana suara tembakan itu yg membuatnya kesulitan untuk melepaskan pelurunya.
Tiba-tiba ada mobil dari persis berhenti di depannya dan membuka pintu depan untuk mempersilahkan fabian memasukinya karna dia tau bahwa yg fabian dalam bahaya, tanpa banyak basa basi fabian berlari ke arah mobil yg hendak menolongnya lalu menutupnya dengan cepat, dan si pengemudi melajukan kemudinya dengan sangat cepat.
Saat suara tembakan sudah hilang dan mereka sudah di area yang aman, "Aku harus mengantarkanmu kemana?" tanya sosok yg berada di belakang kemudi yg ternyata seorang wanita
Fabia sungguh terkejut karna yg menolongnya adalah wanita yg tak asing baginya siapa lg klo bukan Maira, wanita yang akan di jodohkan dengannya.
"Apa kau maira?"
"Ya" sahut maira
"Apa yang kau lakukan tengah malam berkendara seorang diri seperti ini" tanya fabian
"Aku sedang bertanya padamu, aku harus mengantarkanmu kemana? aku tak punya banyak waktu krn harus segera kembali kerumah" tutur maira
"Baiklah... antar aku ke alamat .... ..... "
Tanpa banyak kata, Maira langsung melajukan mobilnya ke arah yang di katakan fabian
Fabian tak menyangka jika wanita bercadar ini memilik keahlian menyetir di atas rata-rata, bisa mengalihkan para penguntit itu..
mereka hanya terdiam ketika di perjalanan menuju villa fabian "Apa kau tidak apa-apa kembali sendirian" tanya fabian
"Apa kau melihat saat aku menolongmu aku tidak sendiri?"
"Tidak usah mengkhawatirkanku, khawatirkan dirimu sendiri, sepertinya kau memiliki banyak musuh" tutur Maira yang tak di salahkan oleh fabian karna benar adanya.
Maira melanjutkan kendaraannya memilih jalan lain agar tidak ada yg mengikutinya, "Triiing.. triiiing..." dering ponselnya berbunyi
"Iya hallo.. Assalamu'alaikum... apa?.. Maira terkejut mendengar perkataan seseorang yang ada di sebrang telponnya.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments