Tiba di pekarangan rumah sang mama, Fabian berusaha keras membuang egonya sebelum turun dari mobil dan memasuki rumah orang tuanya.
"Ceklek.. "
Fabian memasuki mension kedua orang tuanya disambut oleh asisten rumah tangga sang mama.
"Eeaalaaah.. den Fabian tok, gimana kabarnya den? sehat kah?"
Fabian yg baru masuk langsung di boom pertanyaan bi sum yg dr kecil sudah kerja dg orang tuanya.
"Alhamdulillah sy baik-baik saja bi, mamah mana?"
"Sepertinya msh dikamar, krn papa den abi juga semalam baru pulang, mau bibi panggilkan atau mau di tunggu saja den?"
"Saya tunggu aja bi," sembari berjalan keruang tamu dan mendaratkan bokongnya disana, krn menunggu bbrp menit tak kunjung juga keluar sang mama dari kamar, daripada jenuh Fabian mengambil sebuah majalah yg kebetulan disana ada gambar wanita yg selama ini mengejar cintanya, siapa lg klo bukan Elena Febiola, yg berpakaian serba mini dg pose menantang, dan itu sangat tdk di sukai Fabian.
tak selang lama sang mama keluar dan di susul dr belakangnya ada papa Fabian juga yg mengekor menuju meja makan
fabian yg melihat itupun langsung berdiri dan menyalami keduanya.
"Assalamu'alaikum mah, pah"
"Bagaimana kabarmu Fabian?"
suara bariton sang papa menanyakan kabarnya, krn setelah perang dingin selama 2th terakhir membuat mereka renggang, mama sintia berharap ini awal yg baik, dimana fabian merespon undangan sang mama untuk berkunjung ke rumahnya
"Seperti yg papa lihat, Abi baik² saja"
ayah dan anak memang sama² keras kepala dan sikapnya yg dingin, wajar jika fabian seperti itu, krn menurun dr karakter sang papa.
memiliki wajah yg sama tampannya hanya berbeda generasi saja
"Bagaimana perusahaan yg sedang kau kelola?"
"Alhamdulillah pa, semua masih berjalan dg lancar, itu semua tak lepas dari doa mama"
sambil melirik sang mama yg tersenyum padanya.
Seperdetik kemudian hening hanya terdengar suara sendok dan garpu yg saling beradu kepiring masing²
sang mama yg melihat ke arah suami dan putranya kembali membuka suara, "Abii apa bisa malam ini kamu menginap dirumah kami, dan ini juga masih rumah kamu nak.."
Fabian menghentikan aktifitas makannya sesaat dan menatap wajah sendu sang mama
"Untuk malam ini gak belum bisa mah, krn abi besok kembali ke kantor harus sangat pagi jarak dr sini lumayan memakan waktu ke kantor Abi"
sebetulnya bukan itu lah yg menghalangi Abi menginap di mension orang tuanya, melainkan hatinya masih berat melakukan itu, mengingat bagaimana dulu sang papa mengusirnya karena menolak perjodohan.
tiba² sang ayah batuk-batuk dan mengeluarkan sedikit darah yg membuat abi syok
sementara mama mengelus² pundak suaminya dg lembut
"Pah, papa gak apa²?"
"Papa baik² saja bi"
berusaha menyembunyikan penyakitnya dari putranya, lukman meminta kepada sang istri untuk mengantarnya ke kamar
melihat papanya hendak berdiri, fabian tak tinggal diam, sigap membantu..
"Abi antar ke rumah sakit ya?"
abi berusaha membujuk sang papa agar mau ke rumah sakit, krn abi tau dr sejak dulu papanya tdk suka rumah sakit terlebih dg aroma obat²an
"Papa baik-baik saja bi.. papa harap jika suatu hari papa gak ada, kamu bisa jaga mamamu dg baik, hanya itu yg papa mau"
Fabian memang selama 2th perang dingin dg papanya, namun melihat papa lukman tak berdaya seperti ini membuat hatinya terasa sakit, walau bagaimana pun, dia tetaplah papanya.
"Abi minta maaf pa, krn selama ini abi tidak mengunjungi kalian, Abi tau papa selalu ingin yg terbaik untuk Abi, Abi harap papa cepat sehat"
tatapan sendu putranya, mama sintia tak mampu lg membendung air matanya
Melihat putranya memeluk sang papa, mama sintia keluar kamar dg deraian air mata yg tak henti²nya berjatuhan, membiarkan mereka berdua melepaskan rindunya, krn sebelum inipun Fabian dan Lukman sangat dekat, banyak orang mengatakan mereka bukan ayah dan anak namun spt adik & kaka, main futsal, main golf, berenang & fitnes bersama.
mama Sintia berharap suami segera pulih spt sedia kala dan kembali akur dg putranya.
Fabian setia duduk di samping papanya sambil terus meramatkan jari jemari mereka, sambil mengingat kenangan saat ketika dia masih kecil saat di ajari main sepeda roda 2 oleh papa Lukman, membuat bertambah deras air matanya.
"Bi.. papa tdk apa-apa nak, kamu tdk boleh cengeng gini, papa tau kamu adalah laki-laki tangguh, papa tidak suka melihatmu seperti ini"
Fabian yg tertunduk berusaha menahan air matanya pun akhirnya membuka suaranya yg parau.
"Abi juga tau, papa adalah papa yg hebat, mana ada papa berbaring tak berdaya disini seperti kakek-kakek tua" berusaha menahan tangis Abi mampu membuat sang papa tertawa kecil.
"Oke.. papa akan sehat, kita tanding lagi nanti, dan papa akan buktikan kali ini skor papa ada di atasmu"
dengan tersenyum haru sang papa berusaha menguatkan dirinya sambil menepuk-nepuk bahu Fabian
dia tak menyangka anaknya sudah sedewasa ini
"Bi.. papa dan mama sdh tua, anak kami hanyalah kamu satu-satunya, apa papa salah jika ingin segera menggendong cucu dari darah dagingmu?"
wajah Fabian seketika berubah, entah apa yg ada dalam pikirannya ketika papanya mengatakan itu.
"Papa jangan banyak pikiran, pikirkan kesehatan papa dulu, Abi sdh tlp dokter Paul sebentar lg sampai"
Papa Lukman terdiam krn putranya tidak mengindahkan keinginannya
krn diapun sangat mengetahui bahwa sang anak blm memiliki calon pasangan hidup, papa Lukman tidak berani untuk kembali menjodohkannya dg anak sahabat semasa kecilnya dulu, krn khawatir terjadi penolakan dari Fabian kemudian berontak dan memilih pergi, dari pada begitu papa Lukman lebih baik bersabar.
"Terima kasih nak sdh perhatikan kesehatan papa"
tok tok took...
"Masuk" sahut Fabian
ternyata dokter Paul sudah datang
"Bagaimana keadaan anda tuan Lukman?"
"Bagian dadaku sedikit sesak"
"Sudah ku katakan padamu, kau jgn terlalu capek dan banyak pikiran sampai penyakitmu sembuh total"
"Sudahlah Paul, jgn lemahkan aku di hadapan putraku, aku akan sehat dan mengalahkannya di lapangan futsal nanti" senyumnya mengembang sambil menaik turunkan alisnya ketika itu juga Fabian tengah menatapnya seraya tersenyum getir, krn tau papanya tdk sedang baik-baik saja..
"Baiklah, minimal kau ada keinginan untuk sehat, ku tambahkan vitamin yg harus kau minum sehari sekali setelah makan"
."Heumm.." sahut Lukman
"Jika seperti itu, aku pamit dulu, semoga kau lekas sembuh dan mengalahkan skor putramu di lapangan nanti haha"
Fabian Pun tertawa kecil, berharap papanya benar-benar sembuh total seperti sedia kala, di tengah dokter Paul mau keluar di antar oleh Fabian, mama Sintia pun masuk kedalam.. mendekati sang suami sambil memijat-mijat lengannya ringan.
_____________
Di kediaman Maira
"Apa kabar kamu Hen?" Tanya Jasson kepada sahabat lamanya
Kedatangan Hendra istri beserta putranya Reza kerumah Maira, yg di sambut hangat oleh sepasang suami istri penghuni rumah itu.
"Seperti yg kau lihat Jass, sepertinya kita sdh butuh cucu untuk menemani hari-hari kita hahaha..."
serentak 2 pasang suami istri itu tertawa...
"Ayo . ayo duduk, gimana kabarmu nak Reza? sepertinya banyak perubahan setelah kembali dr luar negri"
"Kabar sy baik om, oh iya bukannya Hasan sdh kembali?"
"Iya, tapi saat ini sedang keluar ada acara bersama teman² dinasnya"
Reza clingak clinguk, seperti mencari sesuatu
menyadarkan jason
"Kenapa? pasti lg nyari Maira ya?" jason tersenyum seraya di iyakan oleh Reza.
tak selang berapa lama kemudian Maira turun dr tangga, dg mengenakan celana jeans dan hoodie kesukaannya, dg model rambut cepol acak2an, namun tak mengurangi kecantikan wanita blasteran ini.
semua mata mata tertuju padanya kecuali daddy Jason dan bunda Erna yg menatapnya aneh, di hari ada pertemuan menyambut tamu Maira malah berpakain seperti akan touring motor spt yg biasanya dia lakukan.
"Hallo.. semuanya"
"heey Maira, msh ingat om kan?"
"Masih dong om"
setelah menyalami Hendra dan istrinya Maira duduk santai sambil mengambil cemilan yg membuat ke 2 orang tuanya terheran-heran apa yg Maira lakukan, terlebih dia menganggap Reza tak ada.
"Naah.. om mau memperkenalkan Reza putra om"
"Hallo mas Reza" dg menangkupkan kedua tangannya di depan dada Maira kembali menyantap makanan ringan yg ada di meja.
lain hal dengan Reza yg dari tadi tatapannya tak lepas dr wajah cantik Maira, baru kali ini melihat wanita bermata biru itu dg jarak dekat, sebelumnya hanya melihat dr foto dan bertemu saat mereka kecil dulu.
"Hallo juga Maira, kamu semakin cantik ya"
"Oh iya jelas, karna aku seorang wanita hehe"
bunda Erna dan papa Jason msh menatap putrinya dg tatapan aneh, selain tingkahnya yg berubah penampilannya pun jadi aur-auran, kemudian menduga-duga apa ini artinya penolakan? batun kedua orang tuanya
hati maira bergumam _Aku tidak akan mau di jodohkan denganmu laki-laki buaya!"
_________________________________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments