"Ini bayaranmu.. cepat keluar!"
"Sabar, bukankah tadi kau sangat menikmatinya tuan"
Laki-laki yg hendak bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi setelah berperang ranjang dengan wanita bayarannya, memang seperti itulah Reza Atmaja.. si casanova yg sangat gemar bermain perempuan dan meminum² keras
"Aku sudah tak membutuhkanmu!"
"Heumm.. baiklah krn bayaranmu lebih dr cukup, aku pergi"
senyum mengembang wanita malam itu saat mengambil segepok uang berwarna merah, yg entah brp totalnya, hanya mereka yg tau.
"Iih... seru banget may, andai di dunia ini ada laki² seperti di drama tadi, duuh sepertinya aku akan menjadi wanita paling bahagia di dunia huuuaaa.. "
ocehan gandis ketika keluar dr bioskop menonton drama yg mereka sukai.
"Diis diis... kamu tuh ya, namanya juga drama, itu cuma akting kali, 1001 laki² yg begitu.. "
sahut Maira yg sedikit sebel krn sedari dalam bioskop Gandis paling berisik dg isak tangis, kemudian ketawa, banjir air mata dan drama² lainnya.. haha
"Jodoh itu sesuai cerminan kita dis, klo kita ingin jodoh yg baik, hendaknya juga memperbaiki diri" jawaban bijak Helna sembari mengembangkan senyumnya yg membuat Hasan semakin tertarik tak terasa ikut tersenyum.
"Eeumm Helnaaa.. " 2 sahabat itu memeluk Helna bersamaan krn mendengar kalimat bijak yg Helna lontarkan.
akhirnya mereka melanjutkan tujuannya yaitu makan makan malam
kemudian berpisah karna untuk pulang ke rumah masing² karna malam sudah larut.
Di dalam mobil Hasan menanyakan bbrp pertanyaan mengenai Helna kepada Maira, yg membuat Maira menebak² bahwa sang kaka menyukainya pada pandangan pertama.
"may.. '
"Iya kenapa mas?"
"Apa Helna sudah memiliki calon suami?"
"Setau may sih nggak, klo ada apa-apa Helna dan Gandis tuh selalu cerita padaku"
"jangan bilang mas naksir Helna, heum heum haayoo... hehe"
sambil menaik turunkan alisnya Maira menggoda sang kaka
"Sepertinya mas jatuh cinta pada pandangan pertama deh may"
Maira membelalakan matanya
"Mas serius naksir Helna niih?"
Hasan hanya tersenyum menanggapi pertanyaan sang adik, yg membuat Maira menemukan jawaban bahwa sang kaka menyukai sahabatnya.
melanjutkan perjalanan Maira fokus dengan ponselnya dan Hasan fokus menyetir..
saat berhenti di lampu merah maira membuka jendela kaca mobilnya yg tak sengaja saat melihat ke arah kiri, ada mobil di sebelahnya yg sama2 membuka jendela kaca mobilnya juga, tak sengaja tatapan mereka bertemu.. beberapa detik hingga lampu hijau membuyarkan tatapan mrk.
"Bukankah wanita ituuu...?
Fabian bertanya pada dirinya sendiri
bagaimana tidak pernah lihat, krn saat Maira menabrak spionnya Maira pernah melirik mobil Fabian yg saat itu juga tatapan mereka bertemu, hanya saat itu Fabian berpikir bahwa pengendara motor itu seorang laki-laki
Maira bukan tidak ingin bertanggung jawab krn saat itu sedang darurat melarikan diri dr para buaya malam, yg mengharuskannya melaju kecepatan tinggi, saat Maira kembali ke lokasi itu bbrp menit kemudian mobil Fabian sdh tidak ada, akhirnya Maira putus asa tdk berusaha mencarinya lg krn hari sudah larut malam, sementara dia lupa tdk melihat flat mobil Fabian.
tiba-tiba ponsel Fabian berdering.. tercantum disana (Mama calling)
"Iya mah"
"Fabian.. kamu dimana sayang?"
"Abi lg di jalan pulang mah, ada apa?"
"Apa bisa malam ini kamu nginap di rumah? lagi pula besok kan weekend, bagaimana?"
Fabian tak langsung menjawab, karna tumben mamanya tiba2 menelponnya agar menginap di mansion mereka, ada apa gerangan
"Sepertinya Abi gak bisa nginap mah, Abi capek, mungkin besok pagi saja Abi ke rumah mamah"
"Heum.. baiklah, besok mama tunggu, jgn sampe tdk datang ya bii, mama rindu kamu nak, maafkan mama yg selama ini sibuk"
tiba² wanita paruh baya itu sendu setelah menyadari betapa mereka mengabaikan anak semata wayangnya itu yg tinggal di villannya sendiri
"Sudahlah mah, Abi juga sdh dewasa bisa mengurus diri abi sendiri, sampai kapanpun Abi selalu sayang sm mamah dan papah"
"Ya sudah hati2 dijalan, selamat istirahat nak"
"Iya mah.. bye"
tuut tut tuut... sambungannya pun di putus Fabian terlebih dahulu, entah mengapa setiap berbicara dg mamanya seperti ada benda tajam menghantam jantungnya.
tek terasa mobilnya sampai di pelataran parkiran villanya yg begitu luas, disana sudah ada security berjaga di pintu masuk rumahnya
"Selamat malam tuan" sapa security yg bernama Awaludin yg biasa disapa pak Awal
Fabian hanya menganggukkan kepalanya sambil berjalan pergi.
"Mas Ab.. apa tuan mau makan sesuatu?"
tanya bi Asih yg sudah sejak lama bekerja pada Fabian, bi Asih lah yg Fabian anggap sebagai ibunya di rumah itu, krn hanya bi Asihlah yg mengerti keadaannya, selalu menunggunya pulang meskipun larut malam, kecuali Fabian memberi tahunya terlebih dahulu untuk tidur tdk perlu menunggunya.
"Tidak usah bi, sy sdh makan"
"Baiklah, klo begitu bibi pamit ke belakang"
"heum" jawaban
kemudian Fabian menaiki anak tangganya, memasuki kamar dan kemudian membersihkan dirinya di kamar mendi sebelum dia tidur
di kamar mandi masih terbayang si mata berwarna biru yg menatapnya tadi.. siapa lg kalau bukan Maira
Fabian terus bergumam mengingat-ingat Maira yg tadi di lihatnya di persimpangan jalan saat lampu merah
setelah selesai melakukan ritual mandinya, Fabian keluar dengan mengenakan handuk berwarna putih di lilitkan di pinggangnya yg memperlihatkan dada bidang serta perut sixpacknya bak roti sobek yg di idam²kan para hawa di luaran sana.
Maira pun baru keluar dari kamar mandi di kamarnya, wanita itu hendak bersiap² untuk tidur tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk
"May apa kamu sdh tidur"
suara Hasan terdengar diluar pintu kamar, yg membuat maira bangkit membukakan pintu kamarnya
"Balum mas, knp? mau nanya² tentang Helna lagi?" sambil menduduki bokong di sofa di kamarnya
Hasan tersenyum lebar, tdk menampik apa yg di tanyakan Maira
"Sepertinya mas mau minta tolong kamu deh, dan mas yakin kamu bisa membuat mas dekat dg Helna"
Maira bahagia bahwa sang kaka tdk salah pilih, Helna adalah gadis shalihah yg sejak di bangku universitas sdh menutup aurat dan tdk pernah terlihat dekat dengan laki-laki terlebih pacaran
"In Syaa Allah bisa mas, mas yakin & gak akan mempermainkan Helna kan? bagaimana pun dia sahabatku dan aku mengenalnya juga keluarganya"
"Berarti kamu tau alamatnya helna kan may?"
"Heum.." respon Maira dg anggukan
Setelah mengobrol-ngobrol ringan di kamar adiknya
lalu mengecup pucuk kepala sang adik, Hasan pun pergi meninggalkan kamarnya, membiarkan maira untuk istirahat setelah berjalan² tadi.
ke esokan harinya :
Di meja makan sdh berkumpul keluarga, Erna, Jasson dan Hasan
Lalu Maira baru turun dati kamarnya di lantai 2
"Morniing... "
"Morniing sayang" jawab mereka bersamaan
sambil melanjutkan sarapan mereka, sebelum Maira berdiri dari kursinya setelah sarapam tiba-tiba daddy menghentikannya.
"May..."
"iya dad"
"Kamu masih ingetkan obrolan daddy kemarin, pak Hendra dan putranya akan berkunjung ke rumah kita?"
jujur maira lupa, dia ingat setelah barusan di ingatkan oleh daddynya
dengan membuang nafas lembut Maira akhirnya mengiyakan, mengiyakan bukan berarti menerima perjodohan namun menemani sang ayah menerima tamu hanya sekedar itu.
Hasan dan bunda yg disana setia menyimakpun akhirnya ikut bicara.
"Maira," panggil sang bunda
"Daddy tdk akan memaksamu atas kehendaknya, namun hanya sekedar berkenalan kan tdk ada salahnya"
Maira berusaha tetap sopan merespon ucapan ke2 orang tuanya.
"Iya bunda.. Maira mengerti" 🙂
Tiba di pekarangan rumah sang mama, Fabian berusaha keras membuang egonya sebelum turun dari mobil dan memasuki rumah orang tuanya.
Hayuuu dukung terus yuk novel perdana author niih.. hehe
baca, like, comment dan vote terus
maaciih untuk kalian yg sudah mampir ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Yeni Andriani
visualnya dong thor
2023-02-16
1