Seelah mendengar dering ponselnya Fabian langsung membaca isi pesan
"Bi.. apa bisa besok malam kita makan bersama di resort favorit kita? kita pergi bertiga dengan mama, gimana?"
Fabian tersenyum sebelum merespon pesan sang papa
"Abi usahakan bisa pah, apa papa betul-betul sudah sehat?
Jujur saja Fabian masih sangat khawatir dengan kondisi papanya, tak lama mereka saling mengirim pesan akhirnya Fabian menelpon papa lukman, merasa tak leluasa jika hanya bertukar pesan.
"Papa baik-baik saja bi, papa ingin quality time bersama kamu dan mama, sdh sangat lama kita tdk keluar dan makan bersama"
"Abi akan selalu usahakan ada waktu untuk papa & mama, asal kalian bahagia, Abi juga bahagia, untuk yg lalu Abi sangat minta maaf pada papa karna buat papa kecewa"
papa tak bisa membendung tangis harunya di sebrang telpon sana, lalu mengendalikan dirinya.
"Papa juga minta maaf bi, papa terlalu memaksakan kehendak papa tanpa memikirkan perasaanmu, sekarang kita mulai lagi dari awal, papa akan serahkan semuanya padamu"
"Apapun yg membuat papa dan mama bahagia, Abi usahakan bisa melakukannya"
"Terima kasih nak atas pengertianmu pada kami"
"Ya sudah ini sudah larut papa istirahat ya"
"Iya, assalamu'alaikum "
"Waalaikumussalam " sahut Abi mengakhiri perbincangannya
____________________________
"Apa kau sudah menemukan siapa yg melakukan penggelapan uang di perusahaan kita"
"Sudah tuan, mereka sudah kami bawa ke markaz" sahut seseorang yg berada di sebrang tlp sana.
"Tahan jgn sampai mrk kabur, hingga aku datang besok pagi"
"Siap tuan"
tutt tut tuut...
sambungan tlp berakhir
entah siapa yg fabian telpon, dan yg di maksud dg orang2 yg menggelapkan uang perusahaan.
__________________________________
"Emangnya kita mau kemana sih bun besok malem, kok kayaknya bunda happy banget" tanya Maira penuh rasa penasaran atas ajakan bundanya untuk dinner
"Kita kan sudah lama tidak pergi bersama nak, apa kamu tidak merindukan masa-masa kecilmu yang selalu minta ke mall, sekarang saja susaah sekali di ajak keluar"
"Bukan gitu bund, may hanya penasaran aja, bukan berarti may menolak"
"Ya sudah skrg kamu istirahat yaa.. I love honey bunny sweety bunda muaaach.. "
Maira menatap nyalang sang mama dg perilakunya yg sedikit berlebihan
_Bukannya bahagia, kok aku sedikit ngeri ya melihat kelakuan bunda atau jangan-jangan itu bukan bunda lagi hiiih... gumam Maira seorang diri, sambil clingak clinguk memegangi tengkuknya yg merinding
Setelah memasuki kamarnya, Maira membuka paper bag dr toko buku, krn setelah mengikuti kajian sore tadi Maira langsung pergi ke toko buku bersama Hasan, mencari buku-buku islami bagi pemula yg baru hijrah.. buku tentang tauhid dsb...
Maira buka 1 buku yg isi di dalamnya khusus ilmu-ilmu untuk wanita muslimah, dari mulai bab wajibnya menutup aurat bagi wanita muslimah yg telah baligh, bab pernikahan, bab haid dsb.. Maira berusaha membuka dan mencari sesuai kebutuhannya yaitu perkara menutup aurat.
setelah berjam-jam baca buku hingga larut malam, air matanya tak terasa jatuh dr tempatnya, ketika membaca Kalam-kalam Allah, hadits Nabi, Nasehat-nasehat para Ulama yg banyak memberi nasehat kepada wanita muslimah yg maira baru ketahui.
"Yaa Allah.. yaa Rahman.. yaa Rahiim, ampunillah segala dosa-dosa hamba yg telah lalu, yg hamba ketahui maupun yg tidak hamba ketahui, berikanlah hamba hidayah dan istiqomah di atasnya, Yaa Allah hanya Engkau yg mampu membolak balikan hati manusia, condongkanlah hatiku senantiasa di atas agama-Mu, di atas jalan-Mu, Rabbana aatina fii dunya hasanah wa fil'akhirati hasanah wa kina adza bannar, Aamiin"
Selipan doanya setelah melakukan shalat Taubat.
Maira sudah memantapkan hati akan menutup auratnya secara sempurna, pakaian muslimahpun dia sdh mengumpulkannya sejak lama namun saat itu hidayah belum ia jemput, dan atas izin Allah saat ini dia berusaha meyakinkan bahwa inilah yg terbaik, jalan yg Allah pilih untuknya.
Rasa kantuk pun datang menghampirinya, tak terasa jarum jam sudah menunjukkan puku 2:15 dini hari, jadi maira menangis sepanjang malam meratapi kesalahannya yg lalu.
__________________
ke keesokan paginya markaz Fabian.
Setelah memarkirkan mobilnya, di parkiran dia sdh di sambut oleh ke2 laki-laki bertubuh tinggi besar dan memakai pakaian hitam lengkap dengan jas dan kacamata hitam yg bertengger di atas hidung mereka.
"Selamat pagi tuan"
1 orang membukakan pintu mobil, keluarlah Fabian dr sana dan berlalu pergi menuju tempat dimana mereka menahan para penghianat yg mereka maksud saat semalam dalam perbincangannya di tlp bersama Nick
"Gebraaaak..." Fabian menendang pintu dimana di tahannya 2 orang yg melakukan penggelapan uang
Dengan tatapan mata elangnya seperti ingin menerkam para penghianat itu, Fabian pun buka suara dengan duduk di kursi besi yg ada disana sementara 2 orang penghianat itu berlutut di hadapannya dg tangan yg sudah terborgol.
Fabian hanya menatap mereka, merekapun faham dan menjelaskannya
"Tu tu tuuaaan... maafkan kami tuan, ka kami khilaf tuan"
"Khiilaaaf... baiklah " ketenangan fabian justru membuat orang-orang yg ada di hadapannya semakin takut, krn mereka tau sepak terjang siapa Fabian sebetulnya, tapi naasnya mereka malah melakukan kesalahan fatal yg membangunkan singa yg sedang tertidur lelap.
"Aaaaaaarrggghh... hhuh huuhuhu..."
Tanpa banyak kata Fabian menggoreskan pisau di dahi salah satu di antara mereka..
"Joniii...! lepaskan borgolnya"
Joni adalah anak buah Fabian yg berada di sampingnya
Lalu melepaskan borgol 1 orang lg yg belum, dia masih melihat rekannya penuh rasa takut
"Berikan tanganmu yg kau buat untuk mengambil uang perusahaan ku"
Dengan wajah memelas Iwan mantan bagian keuangan Fabian memohon ampun agar di bebaskan dan lebih baik di penjara daripada di siksa seperti ini.
"Letakan tangan kananmu disana!!" menunjuk ke arah meja yg ada di sampingnya, tanpa pikir panjang tiba-tiba
"Taaaakkk..."
Satu pukulan sembilah pisau tajam untuk memotong daging itu sukses memisahkan beberapa jari Iwan dari tangannya ..
"Aaargghhhhh... huh huuh huh.." pekik Iwan yang tak kuasa menahan sakit ketika jari jemarinya telah putus, keringat dan air mata kini bercucuran, sementara 1 rekannya masih melihat pemandangan yg terjadi di hadapannya penuh dengan rasa takut semakin menggrogoti dirinya
Lalu Fabian melakukan itu pada mantan staf yang satunya
Kemudian Fabian berdiri dan mengibaskan tangannya yg terkena darah, lalu mencucinya di wastafel yg ada disana.
"Bereskan mereka berdua dan asingkan, kasih uang tunjangan kepada keluarganya"
"Baik tuan" sahutnya dengan sigap
_______________
yuk simak terus cerita dan kisah Maira Fabian selengkapnya
jangan lupa like, komen, vote dan dukung author terus ya..
jazaakumullaahu khayran 💖❤️💞💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments