Gandis dan helna hanya saling pandang melihat maira hendak memasuki mobilnya "Tapi may" ucapan gandis menggantung begitu saja
"Sudah lah dis, percuma kamu tau maira kan, biarkan dia pergi untuk menenangkan diri dulu" Helna merangkul sahabatnya akhirnya merekapun pergi dari sana.
***
Ke esokan harinya hasan sudah di bolehkan pulang, karna keadaannya sudah pulih dan membaik.
kini mereka sedang berada di meja makan untuk makan malam, hanya Maira yg ta ada disana, "Bi.. bi ranti" erna memanggil artnya yg sedang di dapur krn memang tdk jauh dr meja makan mereka.
"Iya bu" sahut ranti sang asisten rumah tangga
"Tolong panggilkan maira untuk segera turun ya, untuk makan"
Art itu pun langsung naik ke lantai 2 dimana di sana terletak kamar Hasan yg dan kamar maira, dan 1 kamar yg kosong bekas kamarnya Hatim
"Tok tok tok... non Maira di panggil Ibu non makan dulu" panggil ranti yg tak kunjung di buka kan pintu oleh si empunya
Tak selang bbrp lama, saat ranti hendak pergi, maira membuka pintunya "Iya bi bentar lg saya turun"
*
Kini keluarga ghilbert sudah berkumpul di meja makan, dan setelah semua menyelesaikan makannya bunda erna membuka suara
"May.. perjodohan ini berat untuk kamu terima, tidak apa-apa bunda bisa batalkan, bunda tidak mau kamu merasa tertekan dan merasa terpaksa, kamu benar nak ini untuk kebahagiaanmu dan harus melibatkanmu"
Mendengar penuturan sang bunda Maira justru malah haru, tak tega melihat garis kesedihan yg terpancar di wajah kedua orang tuanya akhirnya maira memutuskan
"Bunda.. daddy.. Bismillah.. setelah Maira berpikir bbrp hari ini dan meminta petunjuk sama Allah, In Syaa Allah maira akan menerima perjodohan ini, semoga Allah Ridha" tutur maira yg di barengi dengan tetesan air mata..
mendengar itu jason, erna dan hasan sangat terkejut sekaligus bahagia mendengar keputusan yg maira ambil
"Maa Syaa Allah.. apakah kamu serius nak?" bunda erna memastikan lagi
Maira hanya menganggukkan kepalanya
"Alhamdulillah.. karna kini dr dua belah pihak sudah saling ridha, apakah kamu akan keberatan jika rencana baik kita percepat"
"Iya dad hasan setuju, lebih cepat lebih baik, tapi kita serahkan semua pada Maira" hasan ikut berbicara pada akhirnya krn ikut bahagia
"Maira serahkan semua pada kalian, In Syaa Allah maira akan setuju" Maira hanya bisa memberikan senyum terlebih melihat kebahagiaan di wajah bunda dan daddynya.
"Alhamdulillah.. baiklah semua akan daddy dan bundamu urus nak, semoga apa yg menjadi keputusan kita semua dalam keridhoan Allah"
"Aamiin .." serentak semuanya mengAminkan harapan jason
**
Bi ranti yg sedang di dapur yg tak sengaja mendengar itupun langsung lari ke belakang dengan membawa berita yg ia dengar "Non maira mau menikah"
"Haah seriusan kamu bi" krn ranti orang tertua disana semua pekerja dirumah itupun memanggilnya bibi..
"Iya serius.. kita doakan ya semoga jodohnya non maira laki-laki yg baik, yg sholeh dan bertanggung jawab"
"Aamiin.. ya pasti atuh, gak mungkin tok pak bos dan bu bos menjodohkan atau menikahkan anaknya sm laki-laki sembarangan" sahut pak eko so tukang kebun
"iya terlebih laki-laki itu seperti si rahman bujang lapuk" hahaha...
karna disana hanya driver keluarga ghilbert saja yg jomblo sudah menjadi makanan sehari-hari menjadi bulan-bulanan teman-teman kerjanya
Rahman hanya menarik sebelah bibirnya yg sebal dg ucapan pak eko, klo di ladenin beliau sudah sepuh, klo gak di ladenin kadang nyebelin.
**
Sepekan telah berlalu, rencana lamaran yg akan di adakan akhir 0ekan inipun sudah tersiapkan dengan matang, fabian bukannya senang karn wanita bercadar itu akhirnya menerimanya, namun dia malah bingung dan curiga.
Kini keluarga Dirgantara sudah sampai di kediaman ghilbert, acara lamaran ini pun sekaligus untuk membicarakan tgl pernikahan
Maira yg sedang berada di dalam kamar tak henti-hentinya mondar mandir gerogi
Kini semua keluarga sudah berada di ruang tamu, hanya tinggal menunggu Maira turun dari kamarnya
Fabian terlihat sangat gagah dan berwibawa, dia sangat pandai menutup rasa gugupnya, sebetulnya dia ingin segera bertemu dan melihat maira, namun dia tetap stay coll
Selang 30 menit setelah mereka mengobrol ringan, kini maira sudah menuruni anak tangga dan semua mata mengarah padanya
"Assalamualaikum.. maaf membuat kalian menunggu lama" tutur maira yg dengan sipan dan lembut
"Tak apa nak maira" sahut Sintia
Kini maira duduk berhadapan dengan calon suaminya "Nak Maira jika ada yg ingin di tanyakan pada calon suamimu silahkan nak" sintia terus saja membuka suara tak bisa menyembunyikan bahagianya, krn sintia sungguh sangat menyukai maira
"Tidak usah tante, In Syaa Allah.. penjelasan dr keluarga maira sdh cukup" kini maira kembali menunduk
"Baiklah.. nak fabian silahkan jika ada yg ingin di tanyakan" tutur bunda erna
Fabian kini menganggukkan kepalanya.
"Maira... kamu ingin mahar apa?" kini fabian menarap intens maira menunggu jawaban dr calon istrinya tersebut, tanpa Maira mengangkat kepalanya dia menjawab "Semampumu saja, In Syaa Allah aku akan menerimanya"
"Yakin kau tidak ada permintaan khusus?" fabian kembali bertanya.
Kini maira mengangkat wajahnya dan tatapan mereka saling bertemu "Jika aku mengatakannya, aku tidak yakin mas fabian mampu, jadi aku ingin mahar sekemampuan mas Fabian saja"
Ucapannya terlihat lembut namun terdengar sangat tegas, fabian menyukai wanita yg berpendirian tidka labil
"Baiklah jika seperti itu"
Maira kini memberikan pertanyaan kepada fabian berharap fabian menjawab sesuai dengan harapannya
"Apa tujuan mas fabian dalam pernikahan?"
Fabian terlihat sangat ambigu mendengar pertanyaan itu, krn dia sudah beli dan baca buku mengenai pernikahan dalam islam baginya tidaklah sulit menjawab pertanyaan itu, namun dia takut salah jawab
"Untuk ibadah, dan menyempurnakan separuh agamaku"
Maira mendengar itu yg tadinya menunduk kini dia mengangkat wajah melihat dan menelisik "Apa betul laki-laki itu yg menjawab pertanyaanku barusan?" gumamnya dalam hati
"Apa mas boleh ulangi jawaban pertanyaanku barusan?
"Iya.. menikah untuk ibadah, dan menyempurnakan separuh agamaku, saling menerima kekurangan satu sama lain, dan semoga kamu adalah jembatan cinta antara aku dan Robbku"
Maira kini di buat terkejut dengan kalimat-kalimat yg di ucapkan fabian, krn selama ini yg maira tau fabian adalah orang kantoran yg hanya di sibukkan dengan pekerjaan.. mana mungkin mengetahui arti pernikahan yg sesungguhnya, namun maira salah.. fabian beberapa hari ini sibuk membeli banyak buku islami mengenai pernikahan, dan tangung jawab seorang suami terhadap istrinya dan lain sebagainya..
"Baiklah mas itu sudah cukup, In Syaa Allah aku mau menerimamu sebagai calon suami dan imamku"
Kini semua keluarga inti yg berada disana haru mendengar percakapan mereka berdua
"Maa Syaa Allah.. Alhamdulillah" ucapan semua orang yg ada disana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments