"Jadi selama ini kamu mengkhianatiku Mas?" Kanaya dengan mata berkaca-kaca melihat kenyataan pahit di hadapannya seolah runtuh seketika segala kebahagiaan dan cinta yang ia miliki untuk Alvin suaminya terhempas tak berbekas.
"Kamu seharusnya sadar Naya! 7 tahun Kamu menikah dengan Alvin tapi tidak punya anak. Sekarang Alvin sudah punya anak dari Bella! Sebaiknya Kamu tahu diri!" Bentak Ibu mertua Kanaya, Ibunda Alvin, suami Kanaya.
Hati Kanaya begitu pilu saat Ibu mertuanya sendiri justru membenarkan pengkhianatan yang Alvin lakukan dibelakangnya hingga seorang wanita bernama Bella datang ke rumah mereka membawa seorang bagi laki-laki yang tentu saja sudah lama diinginkan oleh Ibu mertuanya.
Mata Kanaya menatap nanar. Seolah bagai mimpi disiang bolong layaknya cerita sinetron yang terkadang ia lihat di televisi.
Dadanya sesak, seakan oksigen enggan melebur dalam sanubarinya yang remuk redam oleh pengkhiatanan suami yang selama ini ia cintai.
Harapan Kanaya musnah. Mimpi-mimpi dan asa Kanaya luluh lantah tak tersisa seiring kenyataan pahit di depan mata.
Berganti sakit dan benci menghujam jantung bagai teriris sembilu, menggoncang pertahanan akan pengabdian seorang istri pada suami yang menjadi imam dalam rumah tangganya selama ini.
"Ceraikan aku Mas saat ini juga!" dengan berat Kanaya mengambil keputusan.
"Baguslah kalau kamu tahu diri Naya! Lagi pula Kamu seharusnya bersyukur selama ini Kami menampungmu di rumah besar dan Alvin menjadikanmu istrinya meski kamu tak bisa hamil dan punya anak! Alvin ceraikan saja Naya!" wajah ketidaksukaan sang Ibu mertua tampak jelas pada Kanaya.
Bagai disambar petir! Seakan palu godam membentur keras kepala Kanaya seketika.
Tubuh Kanaya seakan lemah tanpa tulang meski ia harus tetap berdiri mempertahankan harga dirinya yang saat ini sudah tercabik-cabik oleh sikap dan pengkhianatan Mertua dan Suaminya.
"Naya, terimalah Bella dan Putraku. Bukankah kita bisa hidup bersama tanpa ada perceraian." Alvin yang tidak rela melepas Kanaya karena dilubuk hatinya masih ada cinta untuk Naya.
"Kamu pikir Aku sudi dimadu! Hidup bersama seorang pengkhianat dan perebut suami orang! Ceraikan aku Alvin!" Teriak Naya menatap tajam pada ketiga manusia tanpa perasaan dihadapannya.
Wajah Bella menyorot tajam saat Kanaya menyebut dirinya perebut suami orang.
"Sudah Alvin. Bagus dia meminta cerai! Kita akan mudah jika Kamu sudah berpisah dengannya. Kita akan menikah dan hidup bahagia bersama putra Kita." Suara manja Bella berusaha mempengaruhi Alvin.
"Dasar kau perempuan murahan! Aku tidak akan menceraikanmu Naya!" Bentak Alvin pada Bella dan masih mempertahankan Kanaya.
"Aku akan tetap menggugatmu ke pengadilan dengan delik perselingkuhan." Naya sudah benci melihat kenyataan di hadapan matanya.
"Hei Naya, kau itu memang tidak tahu terima kasih. Yatim piatu sepertimu 7 tahun bisa menjadi istri dan menantu dikeluarga ini seharusnya bersyukur. Kabulkan saja permintaannya Alvin. Mama tidak mau pusing berurusan dengan pengadilan! Bikin malu! Ayo sayang kita ke dalam, kasihan cucuku sepertinya mau istirahat."
Tanpa rasa iba sang Ibu mertua malah memperlakukan bella dan cucunya bak ratu dan raja sementara Kanaya yang selama 7 tahun mengabdi sebagai istri dan menantu pengorbanannya bagai air susu dibalas dengan air tuba hanya karena Kanaya tidak kunjung hamil dan memberikan keturunan kepada Alvin.
Kanaya teringat peristiwa yang begitu menyakitkan baginya. Luka lama yang masih menganga dalam relung hati yang belum pulih.
Memang semua sudah berlalu. Menjadi sebuah cerita pilu yang sendu bagi seorang Kanaya Larasati.
Sesak itu masih terasa menyakitkan bagi Kanaya hingga kini, membuat Kanaya seakan tak percaya akan adanya cinta sejati.
Kanaya Larasati. 30 tahun. Wanita berparas cantik. Berkulit putih. Bermata bulat dengan bulu mata panjang nan lentik. Hidung mancung bangir dengan bibir penuh dan sensual. Alisnya bagaikan semut berbaris beriringan. Kanaya memiliki tubuh yang proporsional. Tidak kurus namun sangat tahu dimana harus padat dan berisi.
Kanaya memang tidak berasal dari keluarga berada selayaknya Alvin sang mantan suami.
Kanaya dibesarkan di panti asuhan, tanpa tahu siapa kedua orang tuanya.
Sejak kecil Kanaya terbiasa hidup sederhana dan mandiri.
Meskipun hidup di panti asuhan Kanaya tetap bersekolah hingga lulus Sarjana.
Pertemuannya dengan Alvin kala itu seolah oase yang berada ditengah padang pasir memberikan secercah harapan menyuguhkan romansa cinta yang mendamba penuh bahagia.
Alvin dengan segala cinta dan keyakinannya mampu meluluhkan hati Kanaya hingga mereka menikah.
Memang Ibunda Alvin tidak setuju oleh keinginan Alvin memperistri Kanaya karena latar belakang Kanaya yang berasal dari panti asuhan.
Namun Alvin meyakinkan bahwa ia mencintai Kanaya dan tak mempermasalahkan akan status dan latar belakang Kanaya.
Mereka pun menikah membuat akhir romansa seindah drama telenovela.
Awal pernikahan layaknya pasangan pengantin baru yang dimabuk cinta seolah dunia hanya milik berdua.
Cobaan itu datang disaat usia pernikahan mereka memasuki tahun ketiga.
Kanaya yang tak kunjung hamil membuat sang Ibu mertua mulai bawel dan sering menyindir Kanaya dengan sebutan mandul tak mampu memberikan Alvin keturunan.
Sedih sesungguhnya perasaan Kanaya.
Kanaya tidak diam saja, ia tentu saja berusaha dan melakukan segala upaya. Salah satunya mendatangi dokter kandungan dan alhamdulillah semua kondisi rahim dan sel telurnya dalam keadaan sehat dan normal.
Tapi hal itu tidak cukup membuktikan dan membuat Alvin dan Ibunya puas.
Hingga setahun belakang sebelum kejadian memilukan itu terjadi perubahan sifat Alvin yang sering pulang malam bahkan tak jarang ia tidak pulang kerumah.
Beberapa kali pulang dalam keadaan mabuk bau alkohol.
Sikap Alvin juga mulai berubah. Alvin tak lagi penuh kehangatan, berganti cuek dan kasar.
Kanaya masih sabar dan menegur Alvin baik-baik.
Tapi sang Ibu mertua selalu membela putra kesayangannya dan tetap menyudutkan bahwa semua itu karena kesalahan dan ketidakmampuan Kanaya yang tidak bisa hamil dan punya anak.
"Kalau kamu hamil dan punya anak, Alvin tidak akan mabuk-mabukan. Suamimu itu stress memikirkan kamu yang tak kunjung hamil!" Kata-kata yang selalu terucap dari bibir ibu mertuanya saat Alvin pulang telat, mabuk atau pulang pagi.
Sebelum memutuskan untuk pindah ke Jakarta Kanaya pamit terlebih dahulu dengan ibu panti asuhan tempat ia dibesarkan.
"Jaga dirimu baik-baik ya Nay. Ibu selalu mendoakan semoga Allah senantiasa melindungimu dan memberikan kamu kelak jodoh yang baik. Doa ibu selalu menyertaimu Naya." Ibu panti dengan sabar meski hatinya ikut sedih dengan nasib yang menimpa Kanaya.
"Terima kasih Bu. Naya akan selalu mengingat nasehat ibu. Doakan Naya semoga di tempat yang baru Naya bisa cepat dapat kerja dan mulai hidup baru."
"Aamiin. Ingat Naya, Allah tidak akan memberikan kita cobaan di luar batas kemampuan hambanya. Dan Allah akan selalu bersama orang-orang yang bersabar dan mau berusaha."
"Aamiin."
Di Sebuah kontrakan petak Kanaya memulai hidup barunya.
Dengan uang seadanya yang ia miliki bahkan tak sepeserpun Naya menuntut harta gono gini pada Alvin saat perceraian mereka.
Naya yakin ia akan bisa hidup diatas kakinya sendiri karena Naya yakin Allah selalu bersamanya.
Kanaya melihat sebuah lowongan kerja yang sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.
Sebelum menikah dengan Alvin Kanaya pernah bekerja namun saat menikah, Alvin memang melarangnya bekerja dan Kanaya menuruti permintaan suaminya kala itu bagaimanapun istri adalah makmum bagi suami.
"Mudah-mudah ada milik rezekiku disini. Bismillah!"
Kanaya menyiapkan CV untuk ia kirimkan ke tempat yang membuka lowongan pekerjaan.
Hidup sebagai Janda tidaklah mudah. Kanaya harus bisa menghidupi dirinya sendiri.
Cibiran dan pandangan buruk sudah menjadi hal yang Kanaya terima selama berstatus janda.
Kanaya bertahan oleh hinaan dan cemoohan orang atas status janda yang ia sandang.
Semua Kanaya adukan kepada sang pencipta.
Karena Kanaya percaya Allah adalah sebaik-baiknya tempat mengadu dan memohon pertolongan.
"Assalamualaikumwarrahmatullah."
"Assalamualaikumwarrahmatullah."
Kanaya mengucap salam ke kanan dan ke kiri menyelesaikan 4 rokaat shalat tahajudnya kali ini.
Kanya mengangkat kedua tangannya, bersimpuh memohon ampun atas segala dosa dan khilaf yang ia lakukan selama ini mencurahkan segala isi hati, kegalauan dan kepedihan hidup yang ia alami diatas sajadah yang selalu setia menemani.
Air mata tak henti mengalir, membasahi pipi Kanaya, segala gundah dan risau hatinya tiada bersisa ia utarakan dihadapan sang penguasa langit dan bumi.
Setiap malam kala ia tidak berhalangan sajadah dan mukena putih itu yang menjadi saksi tetes demi tetes airmata pilu yang membasahi wajah cantik nan bercahaya meski menyimpan kesedihan dan luka yang teramat dalam.
"Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa‘dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ‘atu haq."
"Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh."
Artinya, “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar.
Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”
Kanaya bersujud selepas membaca doa meresapi segala perasaan yang bercampur menjadi satu tak mampu terlukis hanya tersimpan dalam kalbu.
Dalam sujud Kanaya lepaskan segala benci, amarah, kesal dan dendam pada masa lalunya yang menyakitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Dewi Kania
wanita hebat
2023-09-28
2
Dewi Kania
lelaki egois
2023-09-28
1
Mur Wati
lewat aja ah part ini kan ada mertua laknat plus suami dan selingkuhan
2023-09-24
1