HIKS SAKIT..." tangisnya saat pria berjas tiba tiba menarik tangannya hingga terjatuh dari bak mobil tersebut. darah segar mengalir dari kepala bagian kanannya yang terbentur jalan serta luka di tangannya akibat batu yang menggores di sana.
"Di mana letak barang itu ?" Tanya seorang laki-laki yang tadi menariknya.
"A-aku tidak tau" Jawab Ranti dengan mendudukkan badannya.
...****************...
Pria berjas tersebut menodongkan sebuah pistol tepat di depan dahi Ranti.
"AKU BENAR-BENAR TIDAK TAU" teriaknya saat ini tatapannya tidak lagi terlihat sedih akan tetapi menatap tajam ke arah pria tersebut.
'Aku tidak boleh terlihat lemah didepan mereka' Ranti mencoba untuk menahan segala rasa takutnya.
"Kau wanita sialan berani sekali berurusan dengan kami" nada mengancam terdengar dari sosok laki-laki dengan tato di bagian lehernya.
"Aku benar-benar tidak tau apa yang kalian cari" Ucap Ranti dengan berani.
"Hahaha wanita sepertimu masih saja terlihat sombong" pria tersebut mensejajarkan dirinya pada Ranti yang terduduk di atas jalan tersebut.
"Begitukah? jika kau tidak mengetahui benda tersebut lebih baik kau mati" Ancamnya dengan tangan yang mencengkram erat dagu Ranti.
"Akh..." rintihan gadis tersebut saat merasakan kuku tajam pria tersebut yang menggores wajahnya.
"Reno habisi wanita ini dia sudah tidak berguna" perintah pria tersebut lalu menghempaskan tangannya sehingga membuat Ranti kembali harus merasakan sakit karena benturan yang ia terima kembali.
Sedangkan pria yang bernama Reno tersebut telah mengarahkan pistolnya tepat ke arah kepala Ranti. Gadis tersebut menatap kearah ujung pistol yang tepat berada di depan matanya.
'Apakah akan berakhir disini ? Apa yang salah ? aku hanya ingin menjalani hidup yang damai, aku hanya ingin bisa lulus kuliah dan kembali ke kampung dengan bangga, aku berdoa semoga kalian bisa bahagia Mak, bapak, adik-adikku dan juga dia singa galak kuharap dia bisa bahagia' pikirnya dengan mata tertutup tapi senyuman tipis terpampang di wajahnya.
"DOOR" suara tembakan menggema.
'Kenapa tidak sakit? atau mati itu memang tidak sakit? tidak pasti ada yang tidak beres.'Ranti membuka pelan matanya saat merasa ada yang aneh.
Gadis tersebut membulatkan matanya saat pria yang tadi menembaknya telah terbujur kaku tepat didepannya. Darah tampak terus mengalir dari dahi pria tersebut akibat luka yang diakibatkan oleh sebuah tembakkan dari seseorang.
" Akh..lep-" jerit Ranti saat merasakan sebuah tangan besar yang menutup kedua matanya.
"Diamlah jangan berontak" Ucap pria yang saat ini tengah berada dibelakangnya.
Tubuh gadis itu menegang saat mendengar suara yang familiar di telinganya.
"Leon" Gumamnya pelan.
Tidak ada jawaban dari pria tersebut, namun Ranti sangat bersyukur dengan kehadiran Leon saat ini. Gadis tersebut dengan cepat memutar tubuhnya sedikit hingga ia dapat memeluk pria tampan tersebut.
"Kau datang syukurlah... " lirih gadis tersebut lalu jatuh pingsan di dalam dekapan Leon.
"Hei ?" tanya Leon dengan memegang wajah Ranti yang sudah pucat pasi.
" Darah " Gumamnya pelan saat melihat darah yang mengalir dari kepala bagian kanan gadis tersebut. Matanya benar-benar menunjukkan kemarahan.
"MARTINN!HABISI MEREKA SEMUA LALU BAWA BOSNYA KE MARKAS" perintahnya lalu dengan cepat membawa gadis tersebut menuju rumah sakit terdekat.
Beruntungnya malam tersebut tidak terlalu ramai oleh kendaraan sehingga Leon dapat memacu dengan cepat mobilnya.
Sesampainya di rumah sakit Ranti segera mendapat penanganan dari dokter. Sedangkan Leon juga berada di ruangan yang sama dengan para dokter walaupun hal itu membuat dokter tersebut sulit untuk melakukan pemeriksaan.
"Bagaimana keadaannya ?" Tanya pria tersebut setelah melihat dokter tersebut telah selesai dengan aktivitasnya mengobati Ranti.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tuan, luka di kepalanya untung saja tidak terlalu parah,pada bagian lengan kami juga telah menjahitnya dan pada kakinya mengalami sedikit pembengkakan akibat tulangnya yang bergeser sehingga dia mungkin akan kesulitan berjalan dalam beberapa hari kedepan. Tapi, itu akan membaik dengan cepat." Jelas dokter tersebut yang mendapatkan anggukan kepala dari Leon.
Leon mendekat ke arah di mana Ranti terbaring lalu menghembuskan nafasnya lega.
"Kenapa kau sangat suka berada di rumah sakit? apa susahnya untuk diam di kamar ?" Gumamnya pelan.
Entah perasaan apa yang Leon miliki terhadap gadis tersebut tapi tatapan matanya terlihat lembut saat melihat gadis tersebut.
Sedangkan di tempat lain saat ini seorang pria bertato di lehernya sedang berada di ruangan gelap bersama dengan 2 orang laki-laki berjas hitam yang tampak ketakutan.
"Sialan !! Apa sebenarnya hubungan gadis tersebut dengan anggota mafia The Red Blood, Bagaimana bisa King bisa terus memburu kita."
"Ka-kami mendapatkan info beberapa Minggu lalu king telah menikah bos dan ..." Pria tersebut menjeda ucapnya.
Pria yang di panggil bos tersebut menaikkan alisnya penasaran.
" Saya berasumsi bahwa wanita tersebut adalah istrinya king bos" Lanjut pria tersebut.
Pria yang di panggil bos tersebut mengusap wajahnya dengan kasar.
"Jika begitu kita benar-benar akan mati." ucapnya frustasi.
"BRAKK" suara pintu yang di buka dengan paksa. Ketiga pria tersebut sontak melihat kearah pintu yang telah terbuka lebar tersebut. Mata mereka membulat saat melihat sosok pria tampan dengan tubuh tinggi atletis serta kulitnya yang berwarna sawo matang tersebut.
" Martin jenderal king " ucap mereka bersamaan.
" Hello, Aku minta maaf atas pintunya tapi kalian semua harus segera ku tangkap atas perintah king " ucap pria tersebut dengan senyuman sinisnya.
'Lebih baik mati dari pada harus di bawa menemui king' Pikir mereka lalu mengeluarkan senjata mereka.
"DOOR,DOOR,DOOR ..." suara tembakan terus terdengar di dalam ruangan tersebut. Saat ini Martin hanya seorang diri melawan tiga orang tersebut. Bukan karena ia kekurangan anak buah akan tetapi lelaki tersebut tidak suka jika ada yang mengganggu permainannya saat ini.
"Hahaha ini menyenangkan bisakah kita bermain lagi" serunya sambil berjalan mendekati tiga orang yang telah terduduk di lantai dengan sebuah peluru yang bersarang di kaki mereka
"Kami mohon ampuni kami jangan bawa kami kepada king" mohon mereka pada Martin yang langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi dingin dan datar.
"Aku tidak mau, kalian akan mendapat pelajaran darinya karena berani melukai istri bos" ucapnya pelan dan dingin.
"Kalian bawa para pecundang ini ke markas" perintahnya pada beberapa orang yang sejak kapan ada disana. Dengan kasar tiga orang tersebut dibawa oleh anak buah Martin menuju markas.
Matahari telah menampakkan keindahannya dengan malu-malu di pagi yang cerah itu. Sosok gadis kecil tampak sedang memandang kearah luar jendela yang menampilkan suasana fajar yang damai.
"Tidak disangka aku masih bisa melihat hari ini" Gumamnya pelan dengan senyum yang indah di wajahnya. Gadis tersebut merasa bersyukur karena telah diberikan kesempatan.
"KREK" pintu terbuka menampilkan sosok Leon yang telah kembali dari markasnya setelah menyiksa beberapa pecundang yang ditangkap Martin.
Matanya sedikit terkejut saat melihat sosok gadis kecil yang tersenyum padanya dari arah tempat tidur yang bersebelahan dengan jendela tersebut. Matahari pagi tampak membuat gadis tersebut bersinar dengan pesonanya membuat Leon terhanyut dalam pikirannya untuk sementara.
"Tuan Leon " sapanya dengan senyum di wajahnya.
" Hmm" Jawab pria tersebut lalu berlalu pergi ke kamar mandi dan menutup pintu dengan sedikit kuat.
"Apakah dia kebelet ?" Pertanyaan Ranti pada dirinya saat melihat Leon yang berjalan dengan cepat kearah kamar mandi.
Sedangkan di kamar mandi Leon sedang bersandar ke pintu yang baru saja di tutupnya. Tangannya menutupi wajahnya yang tampak bersemu merah.
"Sangat Indah ..." Gumamnya pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
febby fadila
jangan lama2 jatuh cintax leon
2024-12-27
0