'Apa dia sedang menahan tawa?' akan tetapi dengan cepat dia menggelengkan kepalanya mengusir pikiran konyol dari otaknya.
Setelah kejadian tersebut suasana kembali hening mereka berdua disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing dimana Leon yang sibuk dengan laptopnya dan Ranti yang sibuk dengan ponselnya.
...****************...
Hari berganti hari dan hari ini adalah hari yang telah ditunggu-tunggu oleh Ranti karena hari ini ia telah boleh keluar dari rumah sakit.
"Udara luar memang berbeda." Gumamnya sambil terus menghirup udara dalam-dalam seperti takut udara tersebut akan diambil oleh orang lain.
"Seperti anjing yang mengendus" Ujar Leon yang melewati Ranti lalu memasuki mobilnya yang sudah terparkir disana.
Mendengarkan hinaan itu Ranti sama sekali tidak marah karena dalam jangka waktu beberapa hari terus bersama Leon dia cukup terbiasa dengan sifat pria itu.
"berarti kau menikahi anjing dong" Jawabnya dengan santai lalu memasuki mobil yang terparkir tersebut.
Leon mengerutkan dahinya mendengar penuturan dari gadis tersebut.
"Memang iya" jawabnya dengan tenang. Mendengar hal itu Ranti merasa benar-benar jengkel.
"Berarti tipe mu buruk sekali" cerca Ranti dengan nada tidak mau kalah.
"Sepertinya aku memang tidak pandai membedakan manusia dan binatang." Sahut pria tersebut.
Martin yang sedang menyetir hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat tingkah dari dua orang dibelakangnya ini.
"Ja-jadi kau" Ucap Ranti geram. Selama ini ia selalu saja kalah dari pria disampingnya ini jika berdebat.
Melihat ekspresi Ranti pria tersebut menyunggingkan senyum kemenangan di wajah tampannya.
"Akh" Jeritan Leon yang tertahan akibat gigitan dari Ranti di punggung tangannya.
"kau" tatapan matanya tajam.
"Apa? tadi kau mengataiku binatang kan? jika begitu maka aku akan menggigit mu layaknya binatang." kali ini senyum kemenangan terlihat jelas dari wajah Ranti.
"Baiklah, karna kau tidak jinak maka aku sepertinya harus melatihmu dengan benar ketika kita telah sampai di rumah. Nanti kau bisa memilih hukuman apa yang pas buatmu." Ucapannya dengan senyuman menyeramkan.
"Mampus aku" Gumamnya pelan.
"Baiklah aku kalah oke, jadi aku minta maaf lagi pula kau tidak terluka kan? mana tangan mu sini..." Ucapnya sambil mengambil tangan Leon dan meniupnya.
'Sepertinya aku menggigitnya terlalu keras.' pikirnya setelah melihat bekas gigitannya yang mengeluarkan sedikit darah.
"Huff ...." hembusnya pelan terhadap luka yang ada dipunggung tangan Leon.
Sedangkan Leon ia hanya terus menatap Ranti yang memegang tangannya dengan kedua tangannya. Merasa ada yang memperhatikannya membuat Ranti menoleh kesamping dan tatapan matanya bertemu dengan sorot tajam itu.
Sejenak mereka saling bertatap hingga mobil yang mereka tumpangi mendadak mengerem mendadak membuat Ranti hampir tersungkur kedepan jika saja tangan yang tadi di pangkuannya tidak dengan cepat melingkar dipinggangnya.
Dengan kata lain saat ini Leon tengah memeluknya dari samping. Bahkan Ranti dapat dengan jelas mendengar deru nafas pria tersebut.
"Deg, deg,..." Ranti memegang dadanya yang terasa sesak seperti mau copot rasanya.
'Ada apa dengan jantungku? apa aku terkena penyakit jantung.' pikirnya dalam diam hingga suara bariton Leon menyadarkannya.
"Martin!!" Pria tersebut tampak sangat kesal.
"Ta-tadi ada anak kecil yang mendadak menyebrang tuan" Jawab Martin dengan sedikit takut.
Mendengar hal itu membuat Leon diam dan tidak memperpanjang masalah. Tapi satu hal yang membuatnya lupa bahwa pada saat ini tangannya masih melingkar dipinggang Ranti.
"Bi-bisakah kau melepaskan tanganmu dan menjauh dariku." Perintah Ranti karena pada saat ini jantungnya seakan akan mau meledak jika Leon masih terus memeluknya.
Sedangkan Leon yang menyadari hal itu langsung menjauh setelah melepaskan tangannya dari pinggang Ranti. Lalu dirinya hanya menatap kearah luar jendela tanpa mempedulikan Ranti.
"sangat mungil" Gumam Leon yang hanya dapat didengar oleh dirinya sendiri.
Akhirnya mereka sampai juga di rumah besar milik Leon yang seperti biasa sangat hening.
Ranti keluar lebih dulu dari mobil tanpa menunggu Leon ia langsung melangkahkan kakinya kedalam rumah tersebut. Ia mengamati seisi ruangan tersebut lalu matanya menangkap sosok yang dicarinya.
"Nita, Nia ..." ujarnya sambil sedikit berlari.
"Berhenti berlari atau kupatahkan kakimu" mendengar ancaman dari Leon ia langsung memperlambat langkahnya menuju Nita dan juga Nia.
"Nyonya" Kali ini Nita yang bersuara dengan air mata yang menetes dari pelupuk matanya.
"Iya aku disini" Jawab Ranti dengan senyum indahnya.
"Kami senang nyonya sudah baik-baik saja, jika saja pada saat itu nyonya tidak menyelamatkan kami maka anda tidak perlu sampai terluka." Nia tersenyum kecut saat mengatakannya.
Ranti dapat dengan jelas melihat raut penyesalan dikedua gadis sebayanya ini.
"Tidak, aku tidak apa-apa kok serius." Ranti kembali tersenyum untuk menghibur dua orang tersebut hingga tiba-tiba tangannya ditarik oleh Leon.
"eh? hmm, nanti kita ngobrol lagi ya." seru Ranti sedikit berteriak karena jaraknya mulai jauh dari Nia dan Nita.
"pelan-pelan dikit tuan kayak narik kambing aja" Komentarnya karena pada saat ini ia harus mengikuti langkah kaki Leon yang besar sehingga ia harus berlari kecil untuk menyamakan jarak jika tidak maka ia harus terseret.
"Kan kau memang kambing" ucapnya dengan wajah datarnya.
"Hina aja teroos sampe puas." kali ini Ranti mengerucutkan bibirnya kesal dengan apa yang telah dikatakan oleh Leon.
Tanpa disadari oleh Ranti bahwa saat ini Leon tengah tersenyum melihat tingkah Ranti yang benar-benar menghiburnya.
Sesampainya didepan pintu besar yang Ranti sangat mengenal ruangan ini yakni kamarnya dan juga Leon. Kaki gadis itu terhenti tidak mau masuk kedalam.
"Aku tidak mau masuk" cicitnya.
Leon menatapnya lalu menaikkan satu alisnya sebagai tanggapan.
"aku bosan ... di rumah sakit aku di kamar terus, di rumah pun aku juga harus di kamar terus, ayolah aku akan menjadi babi gendut jika aku terus kau suruh istirahat. Sehat enggak rematik iya." Keluhnya kepada Leon.
Mendengar hal itu Leon hanya dapat menghela nafas panjang. Karena gadis didepannya ini selalu saja dapat membuatnya gemas sendiri karena tingkahnya.
"Salah sendiri yang sok pahlawan, anggap ini sebagai hukuman." Tegas Leon.
"Ta-tap .."
"Tidak ada tapi tapian atau mau kusuruh Martin untuk memberikan hukuman kepada dua orang temanmu itu em yang bernama Nia dan Nita."
"Baiklah aku masuk." ucap Ranti kesal dengan menghentakkan kakinya serta bibir yang terus mengerucut. Leon yang melihat hal itu hanya menggeleng pelan.
'Dasar singa gila' Umpatnya dalam hati.
"Jangan mengumpatku atau kau bisa kuhukum." terang Leon tak jauh darinya.
'bagaimana dia bisa tau ?'
"jangan banyak berpikir tentu saja aku tau apa yang kau pikirkan" mendengar jawaban Leon membuat mata Ranti membola sempurna.
"dia punya kekuatan super." gumamnya yang masih dapat terdengar jelas ditelinga Leon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
rama
🤣🤣🤣🤣 mendapat serangan balasan
2023-09-28
1