Entah dapat ide dari mana Ranti meniup muka Leon yang berada tepat didepannya bermaksud untuk menyadarkan pria yang sedari tadi hanya diam saja.
"Huff...Emh..." Tiupnya pelan akan tetapi Leon malah menutup mulutnya dengan tangannya kemudian menjatuhkan bibirnya diatas punggung tangannya tersebut. Dengan kata lain mereka berdua berciuman akan tetapi terbatasi oleh telapak tangan Leon yang berada diantara bibir mereka.
Mata Leon tertutup sedangkan Ranti matanya sudah terbuka lebar bahkan ia bisa melihat jelas wajah pria tersebut. Suara nafas pria tersebut juga terdengar dengan jelas sehingga membuat jantung Ranti berdebar kencang.
'Ini benar-benar gila.' pikirnya.
...****************...
"Cklek.."
" Bos ... Ki-" Martin memasuki kamar tersebut namun matanya hanya melihat pasutri tersebut sedang dalam keadaan yang sangat intim dengan Leon menindih Ranti dan jangan lupakan dengan posisi mereka tadi. Di dukung pula dengan isi bantal yang berwarna putih yang sedang berterbangan bagai salju.
"Ma-maaf bos" Dengan canggung Martin segera keluar dari ruangan tersebut.
Ranti seakan akan mendapatkan kekuatan super dapat mendorong tubuh Leon sehingga menjauh dari dirinya. Dadanya benar-benar sakit diikuti dengan wajahnya yang memerah.
Sedangkan Leon hanya terdiam tanpa melakukan apapun sejenak matanya melirik kearah lantai dimana adegan mendebarkan antara dirinya dan juga Ranti.
"Sialan kau Martin." Gumamnya pelan lalu berlalu pergi menuju keluar kamar tersebut.
Didalam kamar Ranti hanya bisa menutupi kepalanya dengan selimut yang ada di sana.
"Aaa... Mampus aku baper aaa...huff tarik nafas hmm keluarkan, haa....tarik nafas hmm...keluarkan, haa..." ujarnya sambil duduk bersila diatas kasur tersebut.
Setelah melakukan hal itu ia seperti seseorang yang tidak mengalami kejadian tadi. Wajahnya yang tadi menunjukkan ekspresi malu dan juga cengengesan kini berganti dengan raut wajah yang biasa saja.
Kakinya mulai berjalan turun dari atas ranjang. Baru saja berdiri ia kembali berteriak dengan muka yang frustasi.
"Aaaaa...masih baper..." Ranti kembali berguling ke kanan dan ke kiri dengan senyuman yang menghiasi wajahnya karena membayangkan adegan tadi.
Sedangkan di tempat lain tepatnya di ruang kerja Leon. Martin telah berdiri bersama dengan Alexia dengan Leon yang dengan gagahnya duduk di kursi kebesarannya. Di tangannya telah terdapat sebuah gelas kaca dengan wine didalamnya serta kakinya yang disilangkan memperlihatkan kekuasaannya.
"Semua sudah disusun sesuai dengan rencana anda bos, mereka juga telah mengetahui bahwa Anda telah memiliki istri dan sesuai perintah anda kami telah menyebarkan rumor diantara mereka bahwa anda mencintai istri anda." Terang martin.
Tidak ada jawaban dari pria tersebut. Leon hanya terus menggoyangkan gelas yang ada di tangannya dengan perlahan.
"Bos sesuai perintah anda, saya juga telah menyebarkan berita anda yang mencintai istri anda kepada para mafia yang lainnya.Dan untuk orang kantor yang tidak mencurigakan dan masyarakat umum saya menutup rapat mengenai kabar pernikahan anda. Agar ketika anda sudah menjalankan rencana anda tidak akan ada yang tau jika bos sudah pernah menikah." kali ini Alexia yang memberikan tanggapan yang juga tidak direspon oleh pria tersebut.
"Bos, saya ingin ber-bicara sesuatu" ucap Martin dengan ragu.
Leon melirik kearah Martin lalu menaikkan satu alisnya.
"Ma-maaf sebelumnya bos, tapi bisakah kita menjamin nyawa Ranti ?" Tanyanya yang membuat Leon berhenti memainkan gelas yang berisi wine tersebut. Sedangkan Alexia membulatkan matanya tidak percaya.
" Ranti tidak memiliki kesalahan apapun bos dia-.."
" Martin berhenti berbicara omong kosong !!" Potong Alexia
"Tidak Xia, Ranti memang tidak ada hubungan dengan masalah ini, dia hanyalah umpan yang kita siapkan untuk rencana ini. Aku kasian padanya dia gadis yang baik bahkan sangat polos dan lucu. Aku merasa bah-" Kata kata Martin terpotong saat melihat sebuah pistol tepat diarahkan ke dahinya. ujung benda itu hanya berjarak satu meter dari kepalanya.
"Jika kau masih bicara Martin maka dipastikan hanya jasadmu yang akan keluar dari ruangan ini." Ancam Leon dengan pistol di tangannya.
Alexia yang berada di sana hanya bisa melihat tanpa melakukan apapun. Karena tindakannya malah akan memperkeruh suasana tersebut.
"Cklek."
'Orang gila mana yang berani membuka ruangan ini.' Pikir Alexia saat mendengar suara pintu yang akan terbuka.
"Tuan Leon ad-"
"Door."
Belum sempat gadis tersebut berbicara namun Leon sudah menembakan peluru kearahnya. Untung saja ia memiliki refleks yang baik. Sehingga ia langsung berjongkok sehingga peluru tersebut tidak bersarang di kepalanya.
"AAAA ..." Teriak Ranti dengan menutup kedua telinganya menggunakan kedua telapak tangannya.
"Brak"
Leon yang sadar pun langsung menjatuhkan pistol yang dipegangnya tadi. Sedangkan Martin melirik kearah Ranti dengan raut tidak percaya begitu pula Alexia.
Leon dengan cepat menghampiri Ranti yang masih dalam posisinya tadi. Pria tersebut memegang kedua bahu gadis tersebut berusaha menyadarkan gadis itu dari rasa takutnya.
Sedangkan Ranti memandang takut kearah Leon apalagi bayangan Leon yang menembaknya langsung teringat jelas dibenaknya bagaikan siaran ulang. Dengan tangan bergetar Ranti melepaskan tangan Leon yang berada dibahunya. Setelah itu menjauhkan dirinya dari pria tersebut dengan menjatuhkan tubuhnya sehingga yang posisi awalnya berjongkok kini telah duduk diatas lantai dengan tubuh yang bergetar.
Leon masih tidak menyerah lelaki tersebut masih berusaha untuk menggenggam tangan Ranti. Ada raut bersalah yang ditunjukkan Leon saat melihat Ranti dan juga ada perasaan sakit seakan akan menusuknya saat Ranti memandangnya dengan tatapan ketakutan yang mendalam kepadanya.
"ja-jangan sentuh aku, ku mohon hiks aku takut." Berontak Ranti ingin melepaskan tangannya dari genggaman Leon.
Mendengar hal itu Leon langsung membekap tubuh kecil itu didalam pelukannya. Sedangkan Ranti yang awalnya berontak kini mulai memasrahkan dirinya dan hanya menangis pelan.
"Hiks,hiks, hiks,lepas..." serunya di sela tangisnya.Tapi Leon makin mengeratkan pelukannya.
"Aku minta maaf" Gumamnya di telinga Ranti dan terus mengulanginya.
Setelah mendengar hal itu Ranti membalas pelukan Leon.
"A-aku takut huaa hiks sangat takut hikss" serunya didalam pelukan Leon.
Mendengar hal tersebut Leon terus memeluk erat Ranti seperti nggan melepaskan gadis tersebut. Hingga perlahan suara gadis tersebut mulai mengecil dan digantikan oleh suara nafas yang teratur. Tepatnya Ranti tertidur didalam dekapan Leon akibat kelelahan menangis.
Alexia dan Martin yang ada di sana melirik tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Sepertinya bosnya itu sudah sangat pandai berakting sehingga jika dilihat seakan akan Leon benar-benar mencintai Ranti.
'Memang bos serba bisa, jadi mafia bisa, pengusaha bisa, sekarang jadi aktor pun bisa.' pikir Alexia sambil menganggukkan kepalanya kagum.
Sedangkan martin telah larut juga dengan pemikirannya.
'Tapi tatapan yang ditunjukkan oleh bos memang tatapan sayang dan juga khawatir saat melihat kondisi Ranti atau ini hanya perasaanku saja'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
febby fadila
semoga sj leon menyukai ranti
2024-12-27
0