Saat ini Leon tengah menatap tajam kearah gadis tersebut seakan akan ingin mengulitinya. Bagaimana Leon tidak panik saat ini gadis yang berstatus istrinya tiba-tiba menghilang sedangkan ia merupakan seorang mafia dan semua orang pasti mengincar nyawanya dan juga nyawa gadis tersebut.
"Tu-tuan Leon kau tidak berpikir membunuhku kan dengan menatapku seperti itu belum lagi pintu yang kau rusak." ucapnya dengan nada yang masih mengantuk.
"tidak aku tidak ingin membunuhmu tapi lebih ingin mengikatmu di sebuah ruangan agar kau tidak seenaknya pergi dari rumah." ucapnya dengan tatapan tajam dan membunuh.
Mendengar hal itu Ranti meneguk paksa air ludahnya.
'Mati aku'
"A-aku hanya ingin mengambil buku-buku untuk kuliahku dan juga barang barang ku." Ucapannya memberi alasan.
Pria itu tidak merespon sama sekali dan hanya terus menatap kearah Ranti yang sedang menunduk takut seperti seorang anak kecil yang dimarahi orang tuanya.
"Ayo pulang." Setelah mengatakan hal tersebut pria itu berlalu keluar dari kosan Ranti.
Gadis itu masih diam membeku 'Pulang katanya? bagaimana dengan pintu kosan ini, bisa kena marah Bu kos ni, aish..'
"Cepat ... " Pria tersebut menoleh kebelakang melihat Ranti yang masih mematung.
"i-iya tapi bukunya dan barang-barang yang lain belum lagi pintunya ? bagaimana mungkin kita pulang ? mari kita perbaiki pintu ini dahulu aku tidak akan bisa pulang jika pintu kosanku masih seperti ini." Ucap gadis itu tanpa mau pergi dari kosan tersebut.
Leon langsung berbalik dan berjalan menghampiri Ranti lalu menarik paksa gadis tersebut.
"Sa-sakit tuan lepas, kumohon lepas aku bisa jalan sendiri."
Ranti merasakan sakit dipergelangan tangannya akibat cengkraman tangan Leon.
"LEPAS KUBILANG !" Ranti menyentak tangannya dengan kuat. Saat ini emosinya sudah tidak terkendali lagi.
"AKU KESINI HANYA UNTUK MENGAMBIL BUKU BISAKAH KAU TIDAK USAH BERTINDAK KASAR HA ! KAU PIKIR APA AKU TAKUT PADAMU ?" Muka Ranti menjadi merah tampak sekali bahwa ia sedang emosi dengan nafas yang memburu.
Leon sedikit menampilkan raut terkejut di wajahnya melihat perlawanan dari sosok perempuan yang belum genap seminggu menjadi istrinya itu.
"Kau berani padaku?" ucap Leon dengan nada sangarnya.
Ranti yang menyadari sikapnya tadi langsung terdiam membeku melihat aura membunuh yang dikeluarkan oleh Leon.
"Tidak, tadi hanya bercanda hehehe ayo kita pulang." Ucap gadis tersebut dengan perubahan 180 derajat dari saat ia marah tadi.
'bodo amat dengan buku atau barang sekalipun dengan kosan yang terpenting adalah nyawa'.
Jujur saja Leon merasa sedikit gemas dengan tingkah gadis kecil ini. Bagi Leon gadis ini seperti kucing kecil yang galak akan tetapi ketika dibentak sedikit langsung berubah menjadi imut.
"sungguh keberanian yang terbatas." gumamnya pelan.
Sesampainya di rumah yang layaknya istana itu Ranti langsung masuk disusul oleh Leon dibelakangnya.
"Kenapa tengah malam begini orang-orang kok masih berkumpul disini?." gumaman kecil keluar begitu saja pada saat melihat para pelayan dan juga bodyguard berdiri di depan pintu utama.
"Nita,Nia kenapa kalian disini? kenapa tidak tidur?"tanyanya akibat penasaran yang menggerogotinya.
"Ti-tidak ada apa-apa nyonya." ucap Nia dengan nada pelan terus menundukkan kepalanya tanpa mau melihat kearah Ranti.
Menyadari keanehan tersebut Ranti mencoba mengikuti apa yang mereka inginkan dengan pergi ke tangga menuju kamarnya dan juga Leon.
'Baiklah kita ikuti apa keinginan kalian'
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Ranti berjalan pelan kearah dimana Nia,Nita dan para pelayan yang lain berkumpul.
"Tu-tuan maafkan kami, kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan kami hiks.." Samar-samar suara itu mulai terdengar oleh Ranti dan ia merasa familiar dengan suara tersebut.
"Nita.." Gumamnya pelan.
Ranti semakin mempercepat langkah kakinya memang ia melewati jalan belakang untuk kesan bukan melalui tangga yang tadi ia naiki sehingga ia muncul tepat di belakang para pelayan tersebut. Badannnya yang kecil dapat dengan mudah melewati para pelayan yang sedari tadi tidak menyadari keberadaannya.
"Martin habisi dia" Perintah Leon dengan nada dinginnya kepada Martin yang baru saja sampai setelah tau ada masalah di rumah bosnya itu.
"Baik bos" dengan sigap Martin mengarahkan pistolnya kearah Nita yang saat ini sedang bersimpuh. Tangisnya pecah sudah dipastikan ini adalah akhir hayatnya,gadis malang itu hanya dapat menutup matanya menunggu maut yang akan menghampirinya. Sedangkan para pelayan lain hanya dapat menunduk pasrah dengan apa yang akan terjadi pada rekan mereka.
Sedangkan Nia, gadis itu juga ikut berlutut seperti nita. Tangisnya pecah tapi ia tidak dapat berbuat apapun yang dapat ia lakukan hanyalah menunggu gilirannya.Dan Leon ia memilih untuk pergi karena ia sungguh sangat lelah dan ingin segera beristirahat.
"DOOR"
"Akh ..."
"NYONYA ..." Teriak para pelayan yang melihat bagaimana Ranti mendorong Nita sehingga peluru tersebut berakhir mengenainya.
Nita yang kagetpun langsung melihat kearah sosok yang jatuh di atas tubuhnya. Lalu sosok itu mengdongkak kearahnya dengan senyum diwajahnya.
"Ka-kau tidak apa-apa Nita ?" tanya gadis tersebut dengan senyum diwajahnya. Nita terdiam membisu sekian detik kemudian ia menyadari bahwa darah telah merubah baju putih yang di gunakan gadis itu menjadi merah.
"Nyo-nyonya ...hiks" Nita menangis, sungguh ia merasa sangat bersalah.
Sedangkan Leon yang sedari tadi membalikkan badannya karena mendengarkan teriakan yang memanggil nyonya melihat kejadian tersebut dimana sosok yang menjadi istrinya tersebut terkena tembakan dan saat ini sedang terbaring lemah diatas seorang pelayan.
Mendadak jantungnya seakan berhenti,ada perasaan sakit yang tidak dapat ia rasakan. Dengan cepat ia berlari kearah gadis kecil tersebut.
"RANTI!"teriaknya membuat Martin segera menjatuhkan pistol yang dipegangnya.
Leon mengangkat Ranti yang saat ini sudah bersimbah darah lalu membawanya menuju mobil.
"MARTIN CEPAT BUKA MOBILNYA!" Teriak Leon yang membuat Martin kalang kabut.
"Kau adalah manusia terbodoh yang pernah aku temui, ingat jangan mati disini karena kontrak kita belum selesai" Ancamnya namun sangat jelas raut khawatir diwajahnya bahkan sedari pria tersebut terus menggenggam tangan Ranti lalu berulang kali mencium tangan tersebut seakan akan menyalurkan kekuatan.
"Sa-sakit hiks" Rintih Ranti
"MARTIN BISAKAH KAU MENYETIR LEBIH CEPAT JANGAN SEPERTI SIPUT" bentak Leon terhadap Martin padahal saat ini pria tersebut sedang menyetir dengan kecepatan cahaya rasanya.
"Sa-sakit,hiks sa-kit hiks Leon Sa-kit hiks hiks" Rintihan Ranti yang membuat Leon panik bukan kepalang.
"MARTIN!!" bentaknya lagi kepada Martin.
"I-iya tuan" Martin yang terus dibentak dari tadi juga panik jadinya.
"kau yang sabar ya,makanya jangan sok jadi pahlawan." nada bicara Leon sedikit bergetar saat menyampaikan nya.
"Ce-cerewet" Ungkap gadis tersebut yang saat ini telah berhenti menangis akan tetapi tersenyum sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.
"Hei bangun Ranti bangun ini perintah!MARTIN CEPAT!! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
febby fadila
keren suka sama tokoh wanitax tegas namun lembut...
lanjut thor
2024-12-27
0
rama
keren, suka dengan tokoh wanita yang tegas dan bisa menempatkan diri
2023-09-28
4