Alexia dan Martin yang ada di sana melirik tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Sepertinya bosnya itu sudah sangat pandai berakting sehingga jika dilihat seakan akan Leon benar-benar mencintai Ranti.
'Memang bos serba bisa, jadi mafia bisa, pengusaha bisa, sekarang jadi aktor pun bisa.' pikir Alexia sambil menganggukkan kepalanya kagum.
Sedangkan martin telah larut juga dengan pemikirannya.
'Tapi tatapan yang ditunjukkan oleh bos memang tatapan sayang dan juga khawatir saat melihat kondisi Ranti atau ini hanya perasaanku saja'
...****************...
Saat ini Gadis tersebut tengah tertidur diatas kasur bernuansa putih tersebut. Sedangkan seorang pria ikut berbaring disampingnya akan tetapi pria tersebut tidak memejamkan matanya sama sekali melainkan hanya menatap gadis yang berada disampingnya itu. Tangannya dengan usil memainkan rambut perempuan itu yang bertebaran diatas bantal tersebut. Memilinnya di tangannya lalu melepaskannya lagi dan begitu seterusnya.
"Hmm ..." suara kecil yang dikeluarkan gadis tersebut dalam tidurnya.
Ranti mengubah posisi tidurnya menjadi berhadapan dengan Leon yang sedari tadi menatapnya. Tangannya dengan mudahnya di letakkan diatas pinggang pria tersebut. Lalu dengan cepat ia merapatkan tubuhnya kearah Leon yang hanya bisa pasrah melihat gadis itu menjadikannya guling.
"Hmm ..." gumamnya lagi.
Akhirnya Gadis tersebut berhenti bergerak dan tertidur dengan pulas kembali.
Hingga sore akhirnya Ranti membuka matanya dan tentunya hal yang pertama kali dilihatnya adalah dada bidang dari Leon. Ia mendongak keatas mendapatkan wajah leon yang tertidur dengan lelapnya. Otomatis tangannya mulai terulur menjelajah di wajah lelaki tampan tersebut.
"Alisnya sangat tegas dan hitam, hidungnya mancung hehehe ini ni ciri-ciri orang rakus udara, dan bibirnya ..." gumamnya pelan sedangkan jari telunjuknya saat ini tepat berhenti didepan bibir Leon.
"Bibirnya kenapa hmm?" tanya leon dengan suara khas bangun tidur.
"Ti-tidak kenapa napa" jawabnya panik karena mendapati Leon yang menangkap basah dirinya.
"Bohong" Ucapnya kembali dengan mata yang masih terpejam.
"Mana ada" ucap Ranti sambil membalikkan posisinya membelakangi Leon.
Leon yang dibelakangi oleh Ranti membuka kedua matanya, dengan perlahan ia memeluk Ranti dari belakang kemudian menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ranti. Sesekali pria tampan itu menghirup aroma tubuh dari gadis kecil yang sudah tampak kaku akibat ulah dari Leon.
"Kau pakai sabun apa?dan juga sampo apa?" tanyanya tepat di telinga Ranti.
"Ma-mana kutau, yang pasti sama dengan yang kau pakai. Jelas-jelas selama ini aku mandi setelah kau mandi hahaha geli... hentikan..." jelas Ranti diselingi ketawa dikarenakan Leon yang terus menggerakkan kepalanya di ceruk leher Ranti.
"Kenapa baunya berbeda ?" tanyanya masih penasaran.
"Beda apanya ?" Ranti balik bertanya.
"Baumu manis aku suka" jawabnya dengan terus mengeratkan pelukannya.
"Iyalah orangnya aja manis." Jawab Ranti dengan bangga
'Jika tidak ada yang memujimu maka pujilah dirimu sendiri' pikir Ranti.
"Iya kau memang sangat manis." Entah mengapa kalimat itu begitu saja meluncur dari bibir lelaki tersebut.
"Ha ? kau memujiku apa tidak salah."Ucap Ranti tidak percaya.
Tidak ada jawaban dari pria tersebut yang ada hanyalah hembusan nafas teratur yang menandakan bahwa lelaki tersebut kembali ke alam mimpinya.
" Cepat sekali tidurnya...." Ranti menghela nafas lalu pikirannya mengingat kejadian tadi.
" Sebenarnya setelah kejadian tadi aku sangat ingin menjauhimu, rasanya aku selalu takut saat berada di dekatmu. aku berpikir bagaimana jika tadi aku tidak menghindar apakah saat ini aku masih bisa bernafas?, tetapi saat didekatmu aku malah merasa aman dan nyaman, apakah ini bisa dibilang kau merupakan hal yang paling kutakuti tapi tidak bisa kujauhi. Auk ah ribet malas mikir jalanin aja toh takdir setiap orang juga sudah diatur. Tapi aku berharap ketika takdir itu datang aku bisa melihatmu walau mungkin kita tak bersama....." suara Ranti semakin pelan hingga akhirnya kembali tertidur.
Nafas gadis itu mulai teratur membawa sang empu ke mimpi indahnya sedangkan Leon membuka matanya. Sebenarnya sedari tadi pria tersebut memang tidak tidur akan tetapi ia sengaja berpura-pura tidur untuk menghindari pertanyaan dari Ranti. Tapi siapa sangka ia malah mendengar curahan hati Ranti.
"Kau akan menyesal karena merasa aman dan nyaman didekatku." Ucapnya dengan dingin lalu berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Sedangkan di tempat lain tepatnya disebuah ruangan gelap yang hanya di beri penerangan seadanya terlihat sosok lelaki yang sudah berdarah sekujur tubuhnya tengah meringkuk kesakitan akibat pukulan yang ia dapatkan dari laki-laki didepannya.
"Katakan siapa yang menyuruhmu?" Tanya Martin dengan nada mengintimidasi sedangkan Alexia hanya melihat Martin sambil memakan buah anggur yang tersedia disana.
Nafsu makannya sama sekali tidak terganggu melihat darah yang ada dimana-mana.
"Tidak akan kuberitau" ucap pria tersebut dengan wajah yang sudah babak belur.
"Kau benar-benar ingin mati ya ?" Seringai Martin lalu mengambil sebuah cambuk dan mencambuk pria tersebut tanpa henti.
"Akh ..." Ringis pria tersebut saat pedasnya cambuk mengenai badannya.
"Cepat katakan!!" perintah Martin yang hanya mendapatkan gelengan dari pria tersebut.
"Cuih tidak akan" ucapnya masih bersikeras.
"cklek" pintu terbuka menampilkan sosok Leon dengan celana panjang dan juga kemeja hitamnya. Dua kancing bajunya sengaja dibukanya sehingga memperlihatkan dada atasnya.
Melihat Leon yang telah datang membuat Martin menyudahi penyiksaannya dan memberikan hormat dengan sedikit membungkuk kepada Leon begitu pula Alexia.
"Apa dia sudah mau mengaku?" tanyanya tanpa basa basi.
"Belum bos" jawab Martin.
'Habislah sudah nasibnya jika bos yang bertindak' pikir Martin sedikit kasian dengan pria yang telah babak belur akibat perbuatannya.
Tanpa sepatah kata Leon langsung mendekati pria tersebut dan menendangnya dengan keras.
"Akh " jerit pria tersebut saat tubuhnya ditendang oleh Leon.
"Door" Tembak Leon di salah satu telapak tangan pria tersebut lalu menginjak tangan yang tadi ia tembak dengan keras.
"ARGH ..." jeritan pria itu yang kembali terdengar akan tetapi wajah pria tersebut masih tetap tidak berubah.
Setelah melakukan hal tersebut Leon mengambil pisau tumpul dan langsung menyayat keseluruhan tubuh pria tersebut. ia juga memotong jari jari pria tersebut dilanjutkan dengan memotong daun telinga dari pria malang tersebut.
Alexia bahkan tidak sanggup lagi untuk tidak muntah sedangkan Martin pun sama mualnya padahal hal ini sudah sering terjadi tapi mereka berdua juga belum sanggup untuk menyaksikan siksaan yang diberikan Leon kepada orang-orang yang berani mengusiknya.
"BYUR" Leon menyiram pria tersebut dengan air garam yang membuatnya berteriak kesakitan.
"Ba-Baiklah aku akan mengatakannya. Sebenarnya yang menyuruh kami hanya menyebut dirinya mister R di-dia tidak pernah menunjukkan mukanya. Dan ya dia seorang laki-laki muda terlihat dari suaranya.
"Hanya segitu?" tanya Leon dengan seringai jahatnya.
"Ti-tidak masih ada lagi di-dia membenci anda tuan dia bilang akan menghancurkan dirimu melalui orang yang anda cintai." pria tersebut bergetar takut saat mengatakannya.
" Aku tidak mencintai siapapun" ucap Leon dengan wajah iblisnya.
"Is-istri anda ia akan membunuhnya."
"Jleb" Satu tusukan dari Leon mendarat dileher pria tersebut membuat darah mengenai sebagian mukanya yang dalam mood buruk saat ini.
"Sialan" umpatnya lalu berlalu meninggalkan ruangan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
febby fadila
anak gadis orang kau jadikan umpan
2024-12-27
0
Windi Widia Astuti
waah baru nyadar lo leon istri mu pasti bakalan dalam bahaya terus
2023-03-03
3