"MARTIN BISAKAH KAU MENYETIR LEBIH CEPAT JANGAN SEPERTI SIPUT" bentak Leon terhadap Martin padahal saat ini pria tersebut sedang menyetir dengan kecepatan cahaya rasanya.
"Sa-sakit,hiks sa-kit hiks Leon Sa-kit hiks hiks" Rintihan Ranti yang membuat Leon panik bukan kepalang.
"MARTIN!!" bentaknya lagi kepada Martin.
"I-iya tuan" Martin yang terus dibentak dari tadi juga panik jadinya.
"kau yang sabar ya,makanya jangan sok jadi pahlawan." nada bicara Leon sedikit bergetar saat menyampaikan nya.
"Ce-cerewet" Ungkap gadis tersebut yang saat ini telah berhenti menangis akan tetapi tersenyum sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.
"Hei bangun Ranti bangun ini perintah!MARTIN CEPAT!!"
Akhirnya mereka telah sampai kerumah sakit tentunya dengan rasa panik yang membuat amarah Leon menjadi semakin lebih besar.
"CEPAT DOKTER TANGANI DIA, JIKA SAMPAI TERJADI SESUATU PADANYA KALIAN SEMUA AKAN AKU HABISI." Ancamnya dengan raut mengerikan. Tentu saja hal tersebut membuat semua orang panik bagaimana pun Leon merupakan orang yang sangat disegani dan ditakuti. Rata-rata orang sudah pasti mengenalnya kecuali Ranti, gadis tersebut sama sekali tidak peduli. Baginya Leon hanyalah orang kaya.
Sedangkan orang-orang di kota bukan hanya kota melainkan dunia sangat mengenal dirinya. Frederick Leonardo Ze seorang pria tampan dengan perusahan pertama terbesar di dunia. Bahkan bukan hanya itu Leonardo juga merupakan mafia besar hingga aparat pun tidak berani terhadapnya.
Ranti langsung dibawa oleh petugas rumah sakit memasuki ruang UGD untuk mendapatkan perawatan. Sedangkan Leon menunggu diluar dalam keadaan berantakan dengan kemeja putih yang saat ini telah ternoda oleh darah serta dua buah kancing kemejanya yang ntah hilang kemana.
Sedangkan Martin hanya dapat melirik takut kearah bosnya tersebut. Saat ini ia hanya berdiri disamping Leon yang sedang duduk di kursi yang telah disediakan didepan ruangan tersebut.
Hanya keheningan yang melanda dua orang tersebut Martin yang diam karena tidak tau harus berbuat apa dan Leon yang diam dengan tatapan tajamnya lurus ke depan.
'Jika perempuan itu mati sekarang maka rencana bos tentu saja berantakan.' ucap Martin dalam hati.
Akhirnya untuk memecahkan keheningan Martin mulai angkat bicara.
"Bo-bos jangan khawatir jika perempuan itu mati maka saya dan juga Alexia pasti akan mencari gadis yang lainnya dan tidak bodoh serta nekat sepertinya." Ucapnya penuh percaya diri.
Niat awal hati Martin untuk menghilangkan kekhawatiran yang dialami bosnya justru mendapat tatapan tajam dari sang bos.
"Diam Martin atau kau yang kubunuh." Mendengar hal itu Martin hanya bisa menelan ludah kasar. Tidak ada lagi kata-kata yang berani ia ucapkan.
Hening kembali melanda diantara bos dan juga asisten tersebut hingga setelah menunggu sekian lama akhirnya proses operasi selesai.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Leon kepada dokter yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.
"Alhamdulillah Operasinya berjalan lancar dan juga peluru tersebut tidak mengenai organ vital sehingga pasien dapat diselamatkan sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Martin berikan para tenaga medis ini bayaran yang setimpal." Perintahnya kepada Martin.
Dokter tersebut merasa sangat bahagia mendengar apa yang telah dikatakan oleh Leon. Tentu saja ia akan menerima uang yang cukup besar dari pada gajinya.
Saat ini Leon tengah berada di ruangan dimana Ranti dipindahkan tentunya ruangan VVIP dengan segala macam fasilitas mewahnya.
Pria itu hanya menatap sosok yang tertidur dengan pulasnya akibat dari efek obat bius yang belum habis tersebut.
Akhirnya telah berlalu malam yang menegangkan tersebut berganti dengan mentari pagi yang bersinar terang.
"Ugh.." Kelopak mata gadis tersebut mulai bergetar diikuti oleh bibirnya yang mulai bergerak.
Akhirnya mata yang sedari malam terpejam itu mulai terbuka , kini Wanita tersebut mengerjab beberapa kali dikarena sinar matahari yang menyilaukan pandangannya.
"Dimana?" Tanyanya sambil melihat ruangan yang tampak asing baginya.
"Di neraka" Jawab Leon yang saat ini tengah duduk di kursi samping tempat tidurnya."
"Mana mungkin neraka temanya tembok warna putih" Jawab Ranti.
"Gila." Ucap Leon menanggapi gadis tersebut.
mendengar umpatan yang ditujukan padanya tentu saja Ranti segera menoleh kearah sumber suara.
"Eh kau?" Tanyanya bingung.
Belum sempat Leon berucap Martin telah memasuki ruangan tersebut disusul oleh beberapa perawat beserta dokter. Memang pada saat Ranti akan sadar Leon telah memerintahkan Martin untuk memanggil dokter.
Dokter tersebut langsung memeriksa kondisi Ranti dengan hati-hati dan sangat serius. Karena sedikit saja ia melakukan kesalahan maka nyawanyalah taruhannya.
"Jadi bagaimana keadaannya?" Tanya Leon penasaran.
"Keadaannya sangat baik tuan hanya perlu melakukan perawatan disini selama beberapa hari saja kemudian boleh pulang ke rumah." Jawabnya dengan pelan.
Tidak ada lagi jawaban dari Leon pria tersebut hanya memberikan kode dengan tangan agar mereka semua dapat pergi meninggalkan ruangan itu.
Saat ini hanya tersisa Leon beserta Ranti saja di ruangan tersebut. Mendadak suasana menjadi dingin dan mencekam.
"Jika kau melakukan sesuatu yang berbahaya lagi, maka siap-siap untuk menerima hukuman yang tidak akan pernah kau lupakan dalam hidupmu." Ancamnya dengan penuh penekanan.
"I-iya tidak akan pernah lagi, tapi badanku bergerak sendiri untuk melakukannya dan juga kenapa kau seenaknya menghilangkan nyawa seseorang. Apa kau tidak pernah berpikir dia itu juga manusia yang berhak hidup dan juga bagaimana dengan keluarganya?. Kau tau Nita itu bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan adiknya mereka berdua itu yatim piatu, serta Nia dia juga berhak hidup." Ucapnya walaupun sebenarnya Ranti takut mengatakannya tapi dia tidak bisa membiarkan kejadian itu begitu saja.
Sedangkan Leon rahangnya mengeras mendengar penuturan dari Ranti tersebut.
"Kau tidak berhak mengaturku, apapun yang aku inginkan maka aku akan mendapatkannya dan kau mulai sekarang hidupmu adalah milikku. Kau kularang keras untuk mati tanpa seizin ku." Ucapnya dengan penuh penekanan.
"Terserah kau saja tapi kau juga tidak berhak membatasi apa yang aku lakukan." Ucap Ranti tidak mau kalah.
Leon yang telah emosi mendaratkan tangannya tepat dileher wanita tersebut lalu mencengkeramnya dengan kuat membuat Ranti benar benar merasakan sesak. Air matanya mulai mengalir dikedua pelupuk matanya.
Melihat hal itu Leon mendapatkan kembali kesadarannya dan dengan cepat menarik tangannya yang tadi berada dileher wanita tersebut.
"Uhuk, Uhuk,Uhuk ... hiks pria menyebalkan aku benar-benar membencimu." Ucap gadis tersebut dengan diselingi oleh tangisan.
Sedangkan Leon berdiri lalu meninggalkan ruangan tersebut .
"DBRAK" suara pintu yang ditutup dengan keras.
"Kenapa kemarin aku tidak menolak pernikahan ini ? seharusnya aku tidak takut pada saat ia mengancam akan membunuhku, mati pun bukan hal buruk untuk saat ini. hiks" gumamnya pelan sambil menangis.
Hanya dinding saja yang dapat mendengar bagaimana gadis tersebut menangis hingga akhirnya tertidur karena lelah dengan tangisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments