Selesai menangis bersama, mereka memasak dengan cepat. Karena Dion sudah harus pergi ke pabrik untuk melihat pabrik sebelum besok di liburkan. Mereka makan bersama di ruang tengah.
Tinggallah Johan dan Becca di rumah menjaga Hanum, sedangkan Dion menggantikan ayahnya mengurus pabrik. Karena paman mereka malam akan sampai di rumah Becca pun membersihkan kamar untuk di tempati oleh paman dan bibinya.
Johan golek tepat di samping Hanum yang tertidur di kasur, di ruang tengah. Johan memandangi wajah istrinya yang pucat, dalam pikirannya berkecamuk amarah serta penyesalan. Amarah akan apa yang sedang di alami istrinya, mengapa harus istrinya yang merasakan hal aneh seperti ini, membuat hatinya terasa perih.
Johan pun tertidur di samping istrinya, selesai Becca beberes. Becca menghampiri ayah dan ibunya yang sedang di ruang tengah, melihat keduanya tidur pulas Becca menyalakan televisi dengan suara yang kecil karena dia belum bisa tidur dan merasa sangat sepi.
Jam sebelas siang Becca mencoba membangunkan ibunya untuk minum susu, ibunya tidak mau bangun dan hanya membalikkan badan memunggungi Becca. Becca hanya bisa menghela nafas, melihat tingkah aneh ibunya yang mengarah ke anak-anak.
Saat jam makam siang tiba, Dion pulang ke rumah, mereka makan siang bersama di ruang tengah. Di akhir mereka makan siang, tiba-tiba Hanum berteriak histeris sampai-sampai terduduk namun masih memejamkan matanya.
"Aaaaa... turun,, turun,,, aku mau turun,,, pergi,,, gak mau,,," teriak Hanum histeris.
Sontak mengagetkan semua yang ada disana, Becca langsung melompat ke arah ibunya dan mengguncang tubuh ibunya.
"Bu, bu, ada apa bu, ibu kenapa??" ucap Becca panik.
Karena terlalu kaget dan masih dalam keadaan makan Johan dan Dion hanya terbengong melihat ke arah Hanum dan Becca. Syukurnya Becca berhasil menyadarkan ibunya, Hanum membuka matanya.
Begitu membuka matanya, Hanum langsung menatap Becca dan menceritakan apa yang dia alami secara tiba-tiba. Seperti spontan dan dengan wajah yang ketakutan.
"Ada monyet besar datang menggendongku, aku di gendongnya di telapak tangannya. Dia sangat besar dan aku sangat kecil berada di telapak tangannya. Dia menimang ku seperti menimang bayinya, monyet itu sangat besar bulunya putih semua matanya merah. Aku takut, dia akan memakan ku dia melihatku seperti hendak memakan aku." Ucap Hanum sembari memperagakan monyet besar yang dia lihat menimangnya.
"Bu, bu, tidak ada.. ibu hanya bermimpi saja, jangan takut ya bu, makan dulu ya supaya gak mimpi buruk ya bu." Becca mencoba menenangkan ibunya.
"Tidak, dia beneran ada, dia nyata datang ke mari menggendong aku. Monyet itu ada." Ucap Hanum meyakinkan Becca.
Walaupun begitu Hanum seperti tidak mengenali Becca sebagai putrinya. Hanum selalu bicara kepada Becca seolah mereka berteman bukan seperti ibu dan anak. Becca yang sadar untuk hal itu sering kali ingin bertanya kepada ibunya, apakah ibunya masih mengenal Becca atau tidak.
Tapi semua itu tertahan, Becca sangat takut jika apa yang dia curigai benar adanya. Becca tidak siap mengetahui kenyataan bahwa ibunya sudah sangat parah, tidak hanya tubuh, pikiran pun ikut sakit.
Hanum terus mengulang cerita yang sama berulang kali, sampai akhirnya sembari mendengarkan Hanum, Becca juga perlahan memberikan susu hangat kepada ibunya. Walaupun tak henti bercerita namun saat di berikan susu hangat, Hanum meminumnya dengan baik.
Mereka terus mendengarkan cerita Hanum yang berulang hingga akhirnya Hanum lelah, diam, dan tertidur dengan sendirinya. Saat ibunya tertidur, Becca yang masih memegang gelas bekas ibunya pun terduduk.
Becca menundukkan kepalanya dan kemudian menangis, menangis menahan suara tangisannya agar tidak terdengar oleh ibunya Hanum yang tertidur. Johan melihat putrinya menangis lemah pun akhirnya memeluknya.
Dalam dekapan sang ayah Becca pun berkata, "ayah, sebenarnya ibu kenapa. Kenapa ibu jadi aneh begini ayah, Becca takut, Becca gamau jauh dari ibu." Sambil sesenggukan
"Sabar ya nak, doakan saja ibumu. Pasti ibumu akan sembuh, ayah yakin itu." Ucap Johan sembari mengelus kepala putrinya.
Becca hanya bisa menangis dalam dekapan ayahnya, merasa khawatir namun bingung, apa yang harus dia lakukan untuk ibunya.
...****************...
Hasan pun tiba di rumah Johan lebih cepat dari perkiraan waktu yang mereka pikirkan. Jam setengah delapan malam, selesai mereka makan malam bersama Hasan pun sampai di depan rumah.
Tok tok tok
"Iya sebentar..." Ucap Becca dari dalam rumah.
Hasan mengucapkan salam, pintu pun di buka oleh Becca dengan menyambut salam dari pamannya. Mereka masuk, begitu sampai di rumah, Hasan dan Anna bibi Becca begitu terkejut melihat keadaan Hanum.
Hanum yang tertidur dengan tubuh yang sangat kurus, wajah pucat serta ada aroma tidak sedap yang mereka cium. Dengan spontan Anna berkata.
"Bau apa ini, kenapa ibumu seperti bau mayat." Ucap Anna.
Jelas membuat semua orang yang di ruangan itu menoleh ke arah Anna. Tak di pungkiri raut wajah Becca dan Dion berubah seperti ingin marah kepada sang bibi.
"Anna, kenapa kamu bilang begitu??" Ucap Johan dengan nada kesal.
"Apa saja yang sudah kalian lakukan bang, kenapa kakak jadi seperti ini. Masa kalian gak mencium apapun?? kakak sudah bau mayat, sadarlah kalian." Ucap Anna semakin tegas dengan mereka.
"Anna, jangan semakin buat abangmu panik." Ucap Hasan suaminya.
Anna pun terdiam, Hasan langsung mengambil air dan diisinya dalam empat gelas, di doakan Hasan satu per satu gelas yang berisi air itu. Setelahnya di minumkan ke mereka semua, termasuk ke Hanum yang di suapi oleh Anna dengan perlahan.
Setelah air doa itu di minum dan di basuh ke wajah mereka semua. Seketika bau tidak sedap dapat tercium oleh Becca, Dion dan Johan. Spontan mereka semua mengendus dan mendapati sumber bau itu ada di ibu mereka Hanum.
Bukannya takut, Becca malah terkulai, terduduk lemas menangis di dekat ibunya. Memang ibunya masih bernafas, tapi seketika ketakutan sangat besar menghantam dirinya.
Becca yang menangis terduduk pun berkata dengan sangat pilu. "Paman tolong, tolong ibu, aku gak bisa tanpa ibu paman."
Ruangan yang tadinya sangat mencekam, kini berubah menjadi sangat sendu. Isak tangis dan air mata membanjiri ruangan itu. Anna langsung memeluk Becca sembari membacakan doa untuk Becca, agar dia dapat tenang dan dengan sabar menghadapi semuanya.
Tadinya mereka akan pergi besok pagi untuk berobat, namun karena keadaan semakin gawat, Hasan langsung meminta agar mereka pergi malam itu juga menemui seseorang yang mampu menolong mereka.
Akankah semuanya berjalan sesuai dengan yang mereka harapkan??
Bersambung..
Ikuti terus kisah selengkapnya ya teman-teman, terimakasih untuk semua dukungan teman-teman dan kesabaran teman-teman menunggu update dari saya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments