Di dalam mobil yang berisi tiga orang itu hanya suara Adel yang mendominasi. Gadis itu terus berbicara mengenai hidupnya kepada Tomi. Entah apa maksud dan tujuannya yang jelas, Tomi sama sekali tidak terganggu, bahkan dirinya meresapi suara cempreng milik Adel.
Adel banyak bercerita tentang keluarganya, seperti Alfi yang sering ribut dengannya karena mengabaikan Gema, lalu Gilang anak sulung dari kakaknya yang super bandel sering membuat rumah seperti kapal pecah, lalu kakaknya Albar yang sering memarahinya karena telat minun obat, Gema dan Gemi si kembar lucu serta menggemaskan, kemudian Kak Friska yang sudah seperti Ibu kandungnya sendiri dan satu lagi papahnya yang super protektif. Hanya itu yang bisa Tomi simpulkan dari cerita hidup Adel.
"Dokter Tomi gimana?"
"Gimana apanya?" Tomi balik bertanya.
"Adel kan udah cerita kehidupan Adel, sekarang giliran Dokter Tomi."
"Kenapa saya harus cerita?" tanyanya dengan nada tengil, membuat Adel berdecak kesal. "Saya nggak minta kamu cerita loh."
"Dokter Tomi nggak pernah dijejelin cabe satu ton ya? Nyebelin banget!" balas Adel membuang muka, dia mending menatap jalanan dari pada harus menatap Dokter yang sedang menyetir di sebelahnya. Bikin emosi!
"Kehidupan saya nggak ada yang menarik. Kamu pasti bosen dengernya."
"Adel belum tau, mana bisa nilai bosen apa nggaknya."
Meski sempat menolak dengan alasan membuat Adel kesal. Tomi dengan kesadaran penuh, mulai menceritakan kisah hidupnya secara singkat. "Saya duda, punya anak satu, mantan istri saya sudah menikah lagi. Saya punya__"
"Stop!" Adel menatap Tomi geram. "Masa mau cerita nggak ada nilai estetikanya! Adel nggak mau denger pasti ngebosenin dan bikin jengkel."
"Yaudah saya nggak akan maksa."
Setelah percakapan itu, Adel dan Tomi tidak berbicara lagi. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing dan suasana menjadi hening, membuat Kiki yang berada di belakang semakin pulas dalam mimpi indahnya.
***
"Ngeyel, dasar Putri kepala batu!" Tomi ingin sekali mengacak rambut Adel saat gadis itu malah ikut-ikutan turun dari mobil, padahal dirinya sudah berpesan untuk duduk manis karena tidak akan lama.
"Adel mau ketemu sama mantan istri Dokter. Kira-kira cantikan siapa ya?" bisik Adel pada Tomi. Dia sudah senyum-senyum tidak jelas, lalu berkaca merapikan poninya.
Tomi memilih untuk mengabaikan Adel dan berjalan menuju gerbang.
"Maaf, Pak. Biar Non Kiki saya yang bawa masuk ke dalam," kata Satpam yang berjaga dengan raut wajah tidak enak. Satpam itu tidak meloloskan Tomi untuk masuk.
"Arsel ngancem kamu?" tanya Tomi sudah dapat menduganya. Suami dari mantan istrinya itu masih menyimpan dendam padanya.
"Bukan seperti itu, Pak..." balasnya terlihat takut untuk jujur, dia sedang berada di posisi serbasalah.
"Buka saja," pinta Tomi membuat si satpam menggelengkan kepalanya kekeh.
"Maaf Pak. Saya harus patuh sama Tuan Arsel." Setelah berbicara, satpam itu maju hendak mengambil Kiki dari pangkuan Tomi.
Namun belum menyetuh Kiki, di samping Adel langsung bertindak memukul tangannya. Mata Adel menatap tajam. "Dokter Tomi kan cuman mau nganterin Kiki doang, masa nggak boleh masuk?!"
"Maaf, Mba. Ini sudah perintah dari atasan."
"Del udah." Tomi hendak menghentikan aksi yang akan diperbuat oleh Adel.
"Dokter diem aja." Adel menempelkan tangannya dengan berani di bibir Tomi. "Serahin semuanya sama Adel."
Adel melangkah lebih dekat ke arah Satpam yang mulai antisipasi dengan cara mundur beberapa langkah. Sebelumnya Adel sempat mengedip genit ke arah Tomi.
Tomi menggelengkan kepalanya, mencoba maklum dengan tingah Adel yang absurd itu.
"Bapak tau sekarang bapak lagi ada dalam zona bahaya karena berhadapan sama Adel!" Adel semakin menatap tajam Satpam malang itu.
"Maaf, Mba. Saya hanya menjalankan tugas."
"Tugas? Ini yang bapak bilang tugas? Masa ayah kandung Kiki nggak boleh masuk rumah anaknya sendiri, bapak lancang banget!"
"Tapi Mba__"
"Adel bukan mba-mba, Adel masih umur 19 tahun," ralat Adel tidak suka dipanggil Mba? Wajahnya kan tidak setua itu.
"Yaudah, maafin saya neng kalau ada salah." Pak Satpam mengganti sebutan untuk Adel menjadi Neng.
"Kok kalau ada salah? Bapak udah salah banget! Bapak nggak sadar apa?"
"Iya, Neng maafin saya. Saya masih punya anak dan istri di rumah, jadi saya begini sama Pak Tomi. Saya tidak mau dipecat oleh Tuan Arsel."
"Arsel? Dia siapa?"
"Suami Nyonya Kayla."
Adel mengangguk. Oh jadi namanya Kayla.
"Pak." Adel berbisik tiba-tiba membuat satpam itu jadi kebingungan nada bicaranya terdengar hati-hati. "Menurut bapak cantikan Adel atau mantan Istrinya Dokter Tomi?"
"Cantikan__" Satpam itu menggantungkan pendapatnya. Dia ingin berbicara Nyonyanya yang palung cantik, tapi gadis muda di depannya sudah melotot memperingati.
"Cantikan Neng lebih muda dan segar," balasnya terpaksa.
Adel mengangkat bahunya, percaya diri. "Nggak bisa dipungkiri sih, Adel memang yang paling cantik."
Namun ketika teringat sesuatu Adel langsung mencebik. "Ih, jadi salah fokuskan! Adel di sini mau ngancem bapak supaya bukain pintu gerbangnya!"
"Neng gausah kayak gini karena Pak Tomi sudah masuk lewat pintu belakang," katanya dengan nada pasrah. Ya, ketika dirinya dan gadis muda ini beradu omongan. Dokter Tomi sudah berjalan menuju pintu besi yang berada di belakang. Dia tidak bisa meralang lagi, bagaimanapun Dokter Tomi pernah menjadi atasannya, dulu.
"Yahhh, saya sia-sia dong!" keluh Adel sebal. "Minggir Adel mau nyamperin Dokter Tomi!"
"Nggak bisa, Neng!"
"Kenapa?"
"Emang Neng siapanya Pak Tomi?"
"Adel pacarnya kenapa? Adel berhak dong masuk ke rumah calon anak Adel?" katanya dengan percaya diri.
"Neng lagi ngelucu? Saya sudah kenal sama Pak Tomi hampir bertahun-tahun beliau tidak mungkin suka sama perempuan yang lebih muda."
"Maksud Bapak apa? Bapak nganggep Adel cuman ngarang?"
"Iya atuh, Neng," Satpam itu menggelengkan kepalanya lalu berdecak. "Anak zaman sekarang mah emang suka apa itu ha...apa ya? Oh, halu iya halu."
"Bapak kok nyebelin, Adel itu bener pacarnya Dokter Tomi!" Adel mencoba meyakinkan, meski sebenarnya bohong belaka.
Pak Satpam menghela napas, sudah lelah menanggapi. "Mending Neng tunggu di sini aja, Dokter Tomi tidak lama bentar lagi juga datang."
"Nggak! Adel mau masuk!"
Tidak mau banyak cincong Adel langsung menyerbu gerbang, sekuat tenaga membukanya. Tetapi tidak bisa karena tenaganya tidak sebanyak itu.
"Pak! Bantuin Ad__"
Tin! Tin! Tin!
Tiba-tiba klakson berbunyi, membuat Satpam itu berubah semakin panik. Mobil yang hendak masuk itu terpaksa terhenti karena mobil Dokter Tomi menghalangi jalannya.
"Pak Tarmi! Ini mobil siapa?" tampak lelaki seumuran Tomi muncul dari jendela kaca mobil.
Satpam yang ternyata bernama Pak Tarmi itu langsung berlari menuju majikannya.
"Maaf, Pak itu..."
"Haloo Pak Arsel dan Bu Kayla kenalin nama saya Adel calon istrinya Dokter Tomi, salam kenal." Adel tiba-tiba muncul di belakang membuat Pak Tarmi kaget. Adel tersenyum manis sebagai tanda persahabatan. Dia belum sadar siapa yang berada di dalam mobil itu.
"Adela?"
"Loh Kak Acel?"
***
NOTE
Udah dulu ya guys, sengaja dipotong biar lebih greget (walaupun aku nggak yakin kalau kalian greget pas baca ini)
Jangan lupa Rate5 nya biar tambah semangat lanjutinnya hehe, makasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
rasya radya oneo
good
2020-11-18
1
ila❤
hay thor aku mampir...
tetap semangatnya thor🤗
2020-06-09
1