9. Rencana Makan Malam

Albar duduk di kursi ruang kerjanya, pembisnis yang juga akan merangkap jejak sang Ayah itu, terlihat berbicara dengan beliau melalui sambungan telepon.

"Bagaimana perkembangan tentang kasus meninggalnya Bima?"

"Tenang Pah, Albar sudah menekan pihak keluarganya jangan sampai muncul berita yang menyangkutpautkan meninggalnya Bima dengan Adel. Toh, seiring berjalannya waktu berita itu sudah tenggelam oleh berita-berita yang lain. Papah tidak usah khawatir. Lalu, Albar juga sudah meminta bantuan kepada tim kepolisian untuk menyelidik kembali kasus Bima. Albar tidak percaya Bima melakukan bunuh diri hanya karena patah hati."

Perihal adik Bima yang mendatangi rumah mereka dua hari lalu, nampaknya anak yang bernama Bianca itu tidak bisa berkutik dari perintah dirinya. Meski, Albar memang terdengar keterlaluan sampai mengancam bisnis keluarganya bangkrut.

Ini dilakukan demi keluarganya, Albar tidak bisa membiarkan Adel masuk ke dalam lingkar kejahatan yang sebenarnya hanya tuduhan tanpa bukti yang jelas. Bianca terlalu awal untuk menuduh Adel sebagai penyebab Bima bunuh diri. Buktinya, hanya selembar kertas yang ditemukan di kantong celana Bima. Isinya menjelaskan bahwa Bima patah hati akibat Adel menolaknya menjadi kekasih, jadi ketika pendakian itu Bima nekad lompat ke jurang dan hasil autopsi mengatakan hal itu.

Albar tidak percaya begitu saja, bisa saja ini permainan orang-orang yang ingin menjatuhkan sang Papah.

"Terus pantau, kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya."

"Baik, Pah!"

"Makan malam dengan keluarga Dokter Tomi akan dilakukan malam ini, di salah satu resto. Kamu dan keluargamu harus ikut, karena ini menyakut rencana yang sebelumnya ayah bicarakan."

"Oke, Pah. Albar akan memberitahu Friska untuk siap-siap."

"Ingatkan juga istrimu untuk tidak mengacaukan rencana dan bertingkah ceroboh!"

"Hmm, baik," balasnya lagi dengan nada rendah. Albar paling tidak suka jika sang Papa sudah mengungkit-ungkit tentang kebiasaan sang istri. Seceroboh apapun istrinya, di mata Albar dia tetap yang terbaik. Apa Papahnya tidak pernah melihat sisi itu dari istrinya.

Albar jelas tahu, mengapa Papah tidak suka dengan istrinya. Ketika memutuskan untuk menikah, mereka berdua sempat tidak direstui. Alasannya konyol sekali, karena di mata Papahnya Friska tidak cocok disandingkan dengan Albar, meski perempuan itu dari kalangan yang statusnya sama. Kata Papah, ketika melihat Friska hatinya tidak merasa tergugah untuk menjadikannya seorang menantu. Bukan hal itu konyol sekali?

Dan hal ini ternyata akan terjadi lagi, Adel akan merasakan hal yang sama dengannya. Mungkin, dulu dia bisa lolos dan menikah dengan pilihannya sendiri. Namun, untuk Adel Albar tidak bisa memprediksinya. Anak itu sulit ditebak.

Kasusnya lebih parah dari Albar. Oke, sebelum menikah dengan Friska. Albar ditawari oleh Papahnya menikah dengan salah satu anak temannya, dia cantik, kulitnya putih tipe-tipe calon ibu rumah tangga yang selalu patuh pada suaminya. Albar suka, tapi tidak tertarik. Friska lebih dari segalanya.

Sekarang Adel, ditawari untuk menikah dengan seorang duda anak satu. Albar pikir Papah mulai aneh, mana bisa Adel adiknya yang imut dan masih muda itu menikah dengan pria tua? Titelnya memang menjamin masa depan, seorang dokter. Tetap saja rasanya aneh, seperti tidak ada lelaki lain saja.

Pikiran Papahnya memang sudah sulit diduga, seperti Adel. Percuma Albar mengutarakan pendapatnya, Papah pasti kekeh. Mungkin Adel perlu siasat darinya untuk menolak tawaran itu, seperti mengancam kabur. Cara itu ampuh untuk seorang penyayang seperti Papahnya.

***

"Tomi, bagus nggak kalau adekmu pakai jas warna biru?" tanya Riska kepada anak sulungnya. Ia sedang mendandani kedua putranya tepat di kamarnya untuk acara makan malam sekaligus reuni dengan teman lamanya.

Tomi yang sedang berkaca di cermin merapikan kemejanya itu menjawab. "Bagus mah."

"Liat dulu, belum liat udah bilang bagus!" cebiknya kesal.

Tomi mengangkat bahu tidak perduli, mamanya itu mamang teribet. Hanya bertemu Om Alfa sampai harus menggiring Putra dan dirinya masuk kamar, lalu memilih pakaian dan menata rambutnya. Terlalu berlebihan, toh Tomi dan putra bukan anak kecil lagi yang tidak tahu fashion.

Berbicara dengan Putra, sang Adik yang sekarang berumur 21 tahun itu telah menyelesaikan masa kuliahnya di luar negeri. Mamanya sempat kaget dengan kepulangan Putra karena tiga hari lebih cepat dari waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.

"Mah sebenernya kita mau kemana? Kenapa Putra harus ikut?" tanyanya dengan nada malas. Putra sepertinya Tomi tidak suka jika mamanya mulai sibuk mengatur.

"Sayang kita akan bertemu dengan calon besan!" balasnya kemudian tertawa senang.

"Kak Tomi mau menikah lagi?"

Mamanya menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan kakakmu tapi kamu! Mama udah nggak sabar ketemu Adel, Mama yakin seratus persen dia pasti tertarik sama kamu."

Tomi berhenti memasang dasinya, jantungnya berdetak lebih cepat ketika mendengar nama Adel. Ah, perempuan muda itu sudah mengusai pikiranya selama beberapa hari ini, berkat perkataan ayahnya yang berencana menjodohkan dirinya dengan Adel.

Sekarang apa lagi? Kenapa mamanya juga merencakan perjodohan dengan gadis yang sama? Huh, benar-benar membuat pusing kepala.

"Mah sebelumnya kita nggak pernah membicarakan ini, kenapa mendadak?" Putra duduk di kursi dengan raut wajah marah, tangan mamanya yang sedang memasang dasi terlepas.

"Putra, jangan terlalu serius. Mama hanya ingin memperkenalkan kamu pada anak teman Mama, nanti kalian bisa melakukan pendekatan terlebih dahulu," katanya dengan nada lembut.

"Tetep aja Mama nggak memberitahu Putra sebelumnya Putra jadi malas untuk menghadiri acara itu." Putra hendak membuka jasnya kembali, namun suara Tomi langsung menginterupsi.

"Ikuti saja mau Mama, Put. Tapi dengan perjanjian. Mama tidak boleh memaksa jika kamu tidak tertarik dengan Adel," saran Tomi membuat mamanya langsung berteriak kesal.

"Jangan mencoba meracuni adikmu! Dia nggak mungkin menolak Adel!"

Putra menghela napasnya, mengambil keputusan yang disarankan kakaknya tidak terlalu buruk. "Putra akan ikut dengan syarat yang dikatakan oleh Kak Tomi!"

Riska menatap anak sulung kesal. Jika benar, Putra nanti tidak tertarik bagaimana? Ia tidak bisa memaksanya lagi, ini gara-gara Tomi. "Tomi! Kamu itu__"

Sebelum mamanya marah dan bertanduk Tomi menyanggah ucapannya dengan melihat jam yang melingkar di lengannya. "Udah mau jam setengah tujuh, kita bisa terlambat Ma."

Riska menepuk keningnya, kemudian berlari panik. "Cepat pakai celanamu!" perintahnya kepada Putra yang masih memakai boxer.

"Tomi panggil Ayahmu di ruang kerjanya cepat!" Sekarang memerintah Tomi yang sudah mamakakai pakaian rapih. Ia keluar kamar menuruti perintah sang mama.

"Haduh, kenapa waktu cepat berlalu Mama belum sempat pake makeup. Ini gara-gara kamu dan Tomi! Sudah besar masih aja harus diurus sama Mama! Gimana coba kalau nanti kita terlambat, mama bisa malu sama mereka! Sebab mama yang mengajak makan malam! Kamu sih, ngajak ngobrol terus!" cerocosnya kepada Putra yang hanya duduk dengan tampang masam, lagak mamanya seperti ingin bertemu dengan presiden super riweh.

Iya, jika tidak ada Tomi. Meski Putra mendapat julukan anak kesayangan dia pasti tetap kena semprot.

Sejujurnya gue lebih milih tinggal sendiri daripada harus di sini.

***

Terpopuler

Comments

itin

itin

sayang ke ketiga cucunya tapi tidak dgn mama dari cucunya (mantu). ckckck

2020-12-13

1

Uswatun Khasanah

Uswatun Khasanah

haduh gmn yah. ibu y nyuruh y ama adik. bapa y adelia y nyuruh y sama kak yg suda y. 🤣🤣🤣🤔gmn adel pasti nolak

2020-08-22

2

lihat semua
Episodes
1 Prakata
2 1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3 2. Awal yang manis
4 3. Masalalu dokter Tomi
5 4. Kebetulan atau Takdir?
6 5. Kambuh lagi
7 6. Bertemu Mantan Istri
8 7. Kemarahan Tuan Wijaya
9 8. Penawaran
10 9. Rencana Makan Malam
11 10. Kecewa
12 11. Heels yang patah
13 12. Teror
14 13. Jalan-jalan
15 14. Tidak Sengaja Bertemu
16 15. Terjebak
17 16. Baper
18 17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19 18. Marah
20 19. Kejahilan Adel
21 20. Berita mengejutkan
22 21. Koma
23 22. Mimpi
24 23. Kebenaran
25 24. Hanya Adik
26 25. Terpaksa
27 26. Bangun
28 27. Lelaki tidak jelas
29 28. Tidak mau saling menyakiti
30 29. Will You Marry Me?
31 30. Rencana Piknik
32 31. Marah
33 32. Alasan Bercerai
34 33. Apa yang terjadi pada Dea?
35 34. Dea:(
36 35. Bocah Edan
37 36. Kelakuan Adit
38 37. Teror (2)
39 38. Gaun Pernikahan
40 39. Mencari Bukti
41 40. H-2
42 41. H-1
43 42. Wedding
44 43. Wedding (2)
45 44. Baper (2)
46 45. Berita Putra
47 46. Malam itu
48 47. Bingung
49 48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50 49. Putra Bertemu Ana
51 50. Bertemu Adit Lagi
52 51. Titik terang
53 52. Tentang Lana
54 53. Cemburu
55 54. Gagal
56 55. Masak dan Adnan
57 56. Lana harus mati
58 57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59 58. Mencari Adnan dan perceraian
60 59. Sudahi
61 60. Superhero
62 61. Rencan yang gagal
63 62. Ternyata
64 63. Permintaan Kayla
65 64. Bohong
66 65. Kedatangan Arsel
67 66. Kambing hitam
68 67. Khawatir
69 68. Pencarian
70 69. Pencarian (2)
71 70. Akankah?
72 71. Harus Selamat
73 72. Kabar baik dan buruk
74 73. Berniat Pergi
75 74. Benar Pergi
76 1 Menjadi Sosok baru (S2)
77 2 Saling merindu (S2)
78 3 Sakit Hati (S2)
79 4 Sheira Namira (S2)
80 5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81 6 Privasi (S2)
82 7 Sosial media (S2)
83 8. Balasan (S2)
84 9 Kehilangan Kontrol (S2)
85 10 Bukan Bercanda (S2)
86 11. Akhirnya (S2)
87 12 Melepas rindu (S2)
88 13 Bertemu Mama (S2)
89 14 Rasa yang tidak salah (S2)
90 15. Ketakutan terdalam (S2)
91 16. Terkejut dan Bingung (S2)
92 17. Tentang Percaya (S2)
93 18 Pilihan (S2)
94 19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95 BONCHAP
96 Lihat dulu, kuy
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Prakata
2
1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3
2. Awal yang manis
4
3. Masalalu dokter Tomi
5
4. Kebetulan atau Takdir?
6
5. Kambuh lagi
7
6. Bertemu Mantan Istri
8
7. Kemarahan Tuan Wijaya
9
8. Penawaran
10
9. Rencana Makan Malam
11
10. Kecewa
12
11. Heels yang patah
13
12. Teror
14
13. Jalan-jalan
15
14. Tidak Sengaja Bertemu
16
15. Terjebak
17
16. Baper
18
17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19
18. Marah
20
19. Kejahilan Adel
21
20. Berita mengejutkan
22
21. Koma
23
22. Mimpi
24
23. Kebenaran
25
24. Hanya Adik
26
25. Terpaksa
27
26. Bangun
28
27. Lelaki tidak jelas
29
28. Tidak mau saling menyakiti
30
29. Will You Marry Me?
31
30. Rencana Piknik
32
31. Marah
33
32. Alasan Bercerai
34
33. Apa yang terjadi pada Dea?
35
34. Dea:(
36
35. Bocah Edan
37
36. Kelakuan Adit
38
37. Teror (2)
39
38. Gaun Pernikahan
40
39. Mencari Bukti
41
40. H-2
42
41. H-1
43
42. Wedding
44
43. Wedding (2)
45
44. Baper (2)
46
45. Berita Putra
47
46. Malam itu
48
47. Bingung
49
48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50
49. Putra Bertemu Ana
51
50. Bertemu Adit Lagi
52
51. Titik terang
53
52. Tentang Lana
54
53. Cemburu
55
54. Gagal
56
55. Masak dan Adnan
57
56. Lana harus mati
58
57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59
58. Mencari Adnan dan perceraian
60
59. Sudahi
61
60. Superhero
62
61. Rencan yang gagal
63
62. Ternyata
64
63. Permintaan Kayla
65
64. Bohong
66
65. Kedatangan Arsel
67
66. Kambing hitam
68
67. Khawatir
69
68. Pencarian
70
69. Pencarian (2)
71
70. Akankah?
72
71. Harus Selamat
73
72. Kabar baik dan buruk
74
73. Berniat Pergi
75
74. Benar Pergi
76
1 Menjadi Sosok baru (S2)
77
2 Saling merindu (S2)
78
3 Sakit Hati (S2)
79
4 Sheira Namira (S2)
80
5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81
6 Privasi (S2)
82
7 Sosial media (S2)
83
8. Balasan (S2)
84
9 Kehilangan Kontrol (S2)
85
10 Bukan Bercanda (S2)
86
11. Akhirnya (S2)
87
12 Melepas rindu (S2)
88
13 Bertemu Mama (S2)
89
14 Rasa yang tidak salah (S2)
90
15. Ketakutan terdalam (S2)
91
16. Terkejut dan Bingung (S2)
92
17. Tentang Percaya (S2)
93
18 Pilihan (S2)
94
19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95
BONCHAP
96
Lihat dulu, kuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!