"Kamu sudah gila Kayla! kamu mengizinkan Kinara dibawa oleh lelaki itu!" kata suaminya, Arsel. Ia emosi bukan main saat pegawai di rumahnya mengabarkan jika hari ini anaknya itu dibawa oleh mantan suami istrinya. Arsel tidak bisa membiarkan hal itu terjadi, sebab sudah menjadi kesepakatan antara dia dan istrinya sebelum menikah. Kinara atau Kiki tidak boleh disentuh oleh Tomi.
"Kamu harusnya memikirkan resikonya!"
"Aku sudah berusaha untuk membuat anak itu melupakan Tomi, tapi kamu malah membiarkannya pergi!"
Arsel menatap Kayla tidak percaya, dia sudah tidak tahu jalan pikiran istrinya yang tiba-tiba berubah.
"Kamu benar-benar membuatku emosi!"
"Ah, apa kamu masih berharap dengan lelaki itu dan menjadikan Kinara sebagai perantaranya?! JAWAB KAYLA JANGAN DIAM SAJA!"
Arsel menggebrak meja yang berada di ruang kantornya. Istri sekaligus sekretarisnya itu benar-benar menyebalkan.
"MAS!" teriak Kayla karena tidak tahan dengan ocehan suaminya. Kayla hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, apa itu salah?
Pikiran Arsel benar picik, bahkan untuk memimpikan kembali bersama Tomi Kayla tidak berani. Kayla tau diri, dia melakukan hal ini demi anaknya.
"Jangan berpikiran yang tidak-tidak! Aku tahu Kiki rindu Ayahnya! Jadi aku membiarkannya untuk pergi! Kamu harusnya sadar Mas, Kiki bisa aja tertekan karena kita kekang! Dia masih kecil dan belum paham apa-apa!"
"Aku mengerti, tapi ini demi kebaikan keluarga kita. Kamu mau Kiki diambil oleh Tomi? Mengertilah Kay! Aku nggak mau lihat kamu hancur!"
Kayla mengepalkan tangannya. Dia memang tidak mau berpisah dengan Kiki. Tapi, ia
hanya seorang ibu normal yang tidak mau anaknya bersedih. Ia pikir dengan bertemu Tomi, Kiki bisa tersenyum dan bahagia.
Kayla sadar selama ini terlalu menuruti perintah Arsel, tanpa mau melihat kondisi Kiki yang semakin hari memburuk. Kayla selalu sedih, saat Kiki menangis sendirian di kamar, tanpa bisa menghampirinya. Kayla tdak kuasa memberi harapan pada Kiki, yang nyatanya hanya harapan palsu.
"Sebelum ini, aku memang sudah hancur! Karena perceraian itu! Jadi untuk apa aku melarang Kiki bertemu Ayahnya! Setidaknya setelah kehancuran ini, sedikit demi sedikit aku mencoba memperbaikinya!"
"Apa yang kamu maksud mencoba memperbaiki? Dengar Kayla, kamu memberi peluang kepada Tomi untuk membawa anak kita!"
"Jika itu keinginan Kiki, aku tidak akan melarangnya." Kayla menelan ludahnya kelu, iya dia rela jika Kiki harus tinggal bersama Tomi.
"Tidak Kayla! Aku tidak rela jika Kiki harus bersama lelaki itu!"
"Kenapa? Kenapa Mas seperti ini? Kenapa?!" bentak Kayla prustasi.
"Karena aku Ayahnya!" balas Arsel dengan nada tinggi.
"Kamu bukan ayahnya!" sanggah Kayla kelepasan. "Aku dan Tomi yang membesarkan Kiki! Kamu tiba-tiba hadir dan__"
Arsel menatap tajam pada Kayla. Matanya berkilat, marah. Dia mencengkram kuat rahang istrinya membuat Kayla menghentikan ucapannya. "Kamu merasa menyesal bercerai dengan Tomi?"
Kayla diam dengan air mata yang meluncur tanpa dicegah. Dia benci dengan hidupnya, kenapa dirinya begitu bodoh membuang berlian demi emas perak yang tidak ada harganya.
"JAWAB KAYLA!"
Cengkraman tangan Arsel semakin membuat Kayla kesakitan. Dia meringis, menahan tubuhnya pada meja menggunakan tangan.
"Kamu tau, aku hadir untuk memperbaiki semuanya! Merebut kembali apa yang dulu aku tinggalkan! Kamu hanya perlu menuruti semua perkataan aku dan hidup bahagia! Kamu tidak seharusnya membantah perkataanku?!"
"Argh!" Arsel melepaskan cengkramannya dengan keras, membuat tubuh Kayla yang terbilang kecil menubruk dinding yang berada di sebelahnya.
Kayla melenguh, ia mengigit bibirnya karena salah satu bahunya terasa sakit. Tangannya lantas mengelus perutnya yang masih datar.
Maafin Mama sayang, kamu harus mengalami perlakuan kasar dari Ayahmu.
Salah satu tangan Kayla menepuk dada, menahan sesak. Semua rasa bercampur di hatinya, rasa sakit, muak, bersalah, kecewa, sesal. Lihat buah dari kelakuannya, Kayla hanya membuat Kinara dan calon anaknya menderita.
***
Sementara di lain tempat, dengan suasana yang penuh dengan kegembiraan serta hiruk-pikuk orang-orang yang menjejali wisata itu meski sekarang bukan hari libur membuat Tomi terus menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Tidak ada yang membuatnya sebahagia ini, selain kebahagiaan anaknya.
"Ayah, Om, ada badut!" riang anak itu bertepuk tangan ketika dari kejauhan melihat badut marsha yang melambaikan tangannya.
Tomi sengaja mengambil cuti satu hari untuk menebus kesalahannya yang lalu, dengan membawa Kiki bermain ke Dufan. Tentu, hari ini tidak hanya berdua karena Tomi mengajak serta Putra untuk ikut.
"Kiki pengen foto!" pinta Kiki pada ayahnya, dia menarik-narik ujung baju kemeja Tomi untuk menghampiri badut itu.
"Iya-iya sayang, ayo kita foto."
Tomi, Kiki dan Putra menghampiri badut Marsha yang dalam hitungan detik sudah dikerubungi oleh pengunjung yang lain.
"Ayah, ayo!"
"Bentar sayang, masih ada banyak orang."
"Pengen sekarang!"
Tomi menggaruk tengkuknya bingung, dirinya tidak bisa menyerobot pengujung lain, pasalnya sebagian dari mereka juga membawa anak.
"Ayah!" Kiki mulai cemberut, jika tidak dituruti moodnya bisa memburuk.
"Bentar tunggu di sini sama Om Putra."
Tomi memberanikan diri untuk lebih mendekat, di menepuk bahu seseorang yang sedang membidik kedua temannya menggunakan kamera.
"Mba, permisi bisa gantian? Anak saya pengen di foto dengan Marsha."
Perempuan yang Tomi panggil mba itu tidak menoleh, dia fokus membidik kedua temannya untuk kedua kali karena menurutnya foto tadi kurang bagus.
"Mba!" Tomi menepuk kembali bahunya.
"Ish!" Perempuan itu membalikan diri menghadap Tomi.
"Maaf ya, mas tolong antri saya belum beres ngambil fot... loh Dokter Tomi?"
Sama dengan reaksi perempuan itu, Tomi terkejut. "Adel?"
"Dokter lagi ngapain di sini?" Adel menurunkan kacamata hitam yang dipakainya, ingin melihat lebih jelas lelaki di hadapannya yang menurutnya semakin hari semakin tampan.
"Menurut kamu?"
"Eng, dokter kesini bukan karena disuruh Papah kan?" tanya Adel terdengar percaya diri.
Tomi menyentil jidat Adel. "Kamu ini kepedean. Saya juga punya kehidupan selain ngurusin pasien bandel kayak kamu."
"Terus dokter ke sini mau apa? Nggak mungkin kalau hanya berwisata."
"Tuh!" Tomi menunjuk ke arah Kiki dan Putra. "Saya sedang menghabiskan waktu bersama adik dan anak saya."
"Ah, lagi ngasuh," gumam Adel dengan suara pelan. "Eum, boleh nggak Adel kenalan sama anaknya dokter Tomi?"
Tomi mengangguk. "Boleh, tapi anak saya agak judes kalau ketemu orang baru."
"Gapapa Dok, soal menarik perhatian anak kecil Adel jago kok." Adel meyakinkan Tomi, meski dirinya tidak tahu bagaimana caranya sebab Gema yang dari dulu dibujukmya tidak pernah luluh.
"Del! Lo gue panggil nggak nyaut-nyaut, lagi ngobrol sama siapa sih?" suara Dea dari belakang membuat Adel menoleh ke arah temannya itu.
"Kenalin, De ini Dokter Tomi. Dokter yang nanganin Adel selama sakit kemarin."
"Wah, kebetulan banget ketemu di sini. Salam kenal Dok, nama saya Dea." Dea mengulurkan tangannya, ingin berjabat tangan.
Namun, melihat gerak-gerik Dea yang mulai kecentilan apalagi pada Dokter Tomi. Adel langsung mengambil alih.
"Lo apa-apan sih, Del! Nggak liat gue seneng dikit gue kan cuman mau kenalan!" bisik Dea kesal saat Adel sudah melepaskan jabatannya dengan Dokter Tomi.
Adel melirik tajam pada Dea. Kemudian menatap kembali pada Dokter itu. "Salamannya, Adel wakilin karena Dea lupa tanganya lagi kena penyakit kulit, takut nular."
"Del! Lo!" kata Dea geram, bisa-bisa Adel berkata seperti itu sejak kapan kulitnya penyakitan?
Tomi tersenyum saja, tidak terlalu menanggapi perkataan Adel. "Kalian sudah kan fotonya?"
"Bel__"
Adel langsung mengangguk. "Udah kok, silahkan giliran Dokter Tomi."
Tomi memberi kode pada Kiki dan Putra untuk menghampirinya. "Sini!"
Dengan tangan yang digandeng oleh Putra, Kiki berseru senang. Tomi mulai mengambil foto Kiki dan Putra. "Nah disitu pas. Satu...dua...tiga... senyum!"
Sementara di belakang Tomi, Adel dan Dea terus beradu omongan.
"Del gue kan belum sempet foto sendiri, lo licik!"
"Biarin dokter Tomi dulu sama anaknya."
"What? itu anaknya gue kira dia masih single soalnya dari gelagat lo, lo kayaknya suka sama itu dokter." Dea tidak percaya dengan status dokter itu, mukanya tidak seperti bapak-bapak beranak satu. Masih muda dan terlihat maskulin.
Mulut Adel mendekat ke arah telinga Dea. "Dia Duda."
"HAH DUDA?"
"Ish, jangan kenceng-kenceng! Kamu gila ya, nanti kalau Dokter Tomi denger gimana!"
"Lo serius suka sama Duda?"
"Kenapa nggak?"
"Del sumpah gue tau lo baru bangun dari sakit, tapi setau gue jantung lo yang bermasalah bukan otak lo!"
Adel tersenyum tidak menghiraukan ucapan Dea, matanya terus menatap punggung Dokter Tomi. "Kita ganti rencana, kita bakal habisin waktu bersama Dokter Tomi selama di Dufan."
"Loh, kok gitu? Gue nggak mau, Lana juga pasti nggak setuju," balasnya tanpa mau ada kata nego.
"Eh, iya Lana mana?" tanyanya saat tidak menemukan Lana bersama Dea. Bukannya tadi dia berfoto bersama Dea?
"Pas tadi lo ngobrol sama Dokter itu Lana izin ke toilet."
Adel mengangguk paham. "Ouh, gitu."
"Yaudah ayo, kita susul Lana!" Dea hendak menarik tangan Adel, namun temannya itu malah diam saja.
"Kita tetep. tunggu sampai Dokter Tomi selesai, lalu kita ajak dia buat jalan-jalan bareng kita."
"Del kan ini quality time kita bertiga masa lo bawa-bawa mereka sih. Nggak seru!" Dea masih mecoba menolak.
Adel menempelkan telunjuknya di bibir. "Jangan berisik, oke? Turutin aja mau aku!"
Dea kalah, dia melipat tangannya di dada. Apa-apaan Adel ini, kenapa harus bersama mereka? Asal Adel tahu dia tidak nyaman dengan salah satu dari mereka. Apalagi ketika tadi lelaki yang sekilas mirip dengan Dokter Tomi itu melewatinya, masih sama selalu menatapnya datar. Semesta tidak adil. Setelah semua yang terjadi diantara mereka. Kenapa Dea harus bertemu dengan dia lagi?
****
NOTE
Semoga kalian suka dengan chap kali ini, jangan lupa kasih bintang 5 nya ya biar makin semangat nulisnya. Makasih:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Arin
haha spertny Kiki emng bukan anak pak dokter...semoga nanti cpet terbongkar amiin
2022-04-03
1
Titik Widiawati
wkwkwkwk putra mantan ya dea ya thor
2020-12-25
3
Mafuyu
aku datang bawa like semangat mampir kk🔥
2020-06-07
1