3. Masalalu dokter Tomi

Lelaki dewasa yang berprofesi sebagai dokter itu terlihat keluar dari mobil Avanzanya, ia berjalan santai menuju rumah mewah milik keluarganya. Rumah yang dua tahun belakangan ini, ia tempati. Isinya hanya ada Ayah dan Ibu.

Tomi lahir dari keluarga yang berkecukupan, Ayahnya seorang pengusaha di bidang properti sementara Ibunya dulu juga menjadi seorang dokter, tetapi pensiun muda karena Tomi memiliki adik yang dari kecil sudah mengidap penyakit leukimia membuat Ibunya memutuskan untuk menjaganya di rumah. Meski akhirnya dia meninggal diumur lima belas tahun. Tomi dan adiknya hanya terpaut umur lima tahun.

Selain adiknya yang sudah tiada, Tomi juga memiliki adik bungsu laki-laki yang sekarang sedang mengemban pendidikan di salah satu universitas di luar negeri.

Tomi adalah seorang duda, ia sudah pernah menikah ketika umurnya 21 tahun. Namun harus berujung perceraian di umur pernikahan yang ketiga tahun. Dan rela berpisah dengan anaknya yang masih kecil. Anaknya tidak bersama Tomi karena hak asuh anak berada di tangan ibunya.

Perceraian memang sangat ditentang dalam keluarganya, Tomi pun sudah berjanji pada dirinya hanya menikah satu kali. Tetapi takdir berkata lain, Tomi dan mantan istrinya harus berpisah karena sesuatu hal yang sebenarnya masih bisa Tomi terima. Namanya sudah keputusan mantan istrinya, Tomi harus melepaskannya dengan hati terpaksa.

"Kenapa nggak angkat telepon Mama?" sambut seorang wanita setengah bayah yang dari tadi berdian diri di mulut pintu dengan cemas. Beliau adalah Ibu Tomi yang sangat protektif.

Tomi tersenyum menenangkan, tangannya merangkul sang Ibu dan menggiringnya untuk duduk di salah satu soffa.

"Banyak kerjaan jadi lembur. Mama kenapa belum tidur?" tanyanya. Tomi menyenderkan bahunya, melonggarkan sedikit dasinya. "Ini udah jam sebelas malem, loh."

"Ini gara-gara kamu!" bentak Riska-nama Ibu Tomi-dia khawatir sekali dengan anak sulungnya, semenjak bercerai hidupnya jadi tidak sehat. Gila kerja, sering lembur bahkan Riska yakin, Tomi jarang makan. Lihat tubuhnya yang dulu berisi, di mata Riska terlihat semakin menyusut.

"Ma... Tomi udah punya anak, masih aja diperlakuin kayak anak kecil. Mending Mama jaga kesehatan, tidur yang cukup. Tomi takut darah tinggi mama naik."

"Peduli apa sama kesehatan Mama? Kamu aja nggak menjaga kesehatan diri sendiri." Riska mendelik, sebal.

"Ma..." Tomi terlihat meminta pengertian, kepalanya sudah pusing diterpa banyak pekerjaan di rumah sakit, apa harus diwaktu semua orang tertidur mamanya tetap mengomel?

"Kamu harus moveon dan hidup tenang, Tom. Kamu nggak malu sama mantan istri nggak tau dirimu itu, dia udah bahagia dengan lelaki pilihannya. Sementara kamu masih menjalani hidup seperti ini."

Tomi memijat keningnya, lagi-lagi mamanya membahas hal ini. "Mama ngomong gini karena mama malu sama temen-temen mama?"

"Bukan seperti itu, mama hanya ingin kamu bahagia!"

"Tomi udah bahagia, Ma! Mama aja yang terlalu gengsi punya anak seorang duda!" Tomi sebenarnya belum pernah membentak mamanya, namun dirinya sudah tidak tahan setiap dirinya pulang malam. Mamanya selalu mengomel tentang kehidupan masa lalunya dan mengkhawatirkan masa depannya.

Padahal Tomi sedang mencoba mengikhlaskan semuanya dengan sibuk bekerja. Untuk sekarang, tanpa pasangan dirinya merasa lebih baik.

"Kamu nggak pernah ngertiin perasaan Mama! Mama itu nggak terima sama mereka yang selalu memojokan kamu! Mama pengen membuktikan bahwa kamu bukan seperti apa yang mereka pikirkan!" Riska menatap Tomi kasihan. Setiap kali perkumpulan di salah satu rumah di kompleknya, Ibu-Ibu itu selalu memojokan anaknya walaupun secara halus. Tetap saja Riska tidak terima.

"Mama gausah ikut-ikutan genk nggak jelas itu, nggak baik buat pikiran Mama. Percuma, genk yang katanya berlandaskan kenyamanan dan kebersamaan, isinya ghibah semua. Mending Mama di rumah aja," jelas Tomi mulai mengontrol emosinya. Tidak ingin sampai ibunya merasa sakit hati dengan ucapan yang keluar dari bibirnya.

"Mama cukup dukung keputusan Tomi dengan bijak dan selalu mendoakan yang terbaik."

"Tomi...." Riska hanya pasrah menatap sang anak yang berjalan menuju lantai atas.

Dirinya tidak malu dengan status anaknya, namun rasanya sakit sekali ketika melihat Tomi tidak bisa bangkit dari keterpurukannya. Sebagai Ibu, Riska memahami apa yang dirasakan Tomi tiga tahunan ini, anaknya itu pasti kesepian karena separuh jiwa yang selama ini dijaga tega meninggalkannya.

Sementara Tomi, sudah masuk ke dalam kamarnya. Menaruh tas kerja dan jasnya di kasur. Ketika pertama kali masuk, Tomi sudah disuguhkan pemandangan foto seukuran jendela yang sengaja disimpan di dinding yang berhadapan dengan pintu. Di sana ada foto pernikahannya dengan mantan istrinya, foto yang menurutnya sangat indah.

"Apa kabar Ay? Apa sekarang kamu bahagia dengan pilihanmu?" tanya Tomi sembari melihat ke arah foto tersebut.

Tomi memejamkan matanya, dia memang pengecut tidak ingin keluar dari lembah kesakitan yang selama ini mengurung dirinya. Dia memang sudah terjebak dengan masalalunya sendiri dan belum bisa bangkit. Entah apa alasanya selain masih cinta. Hatinya masih terikat.

Disaat sedang mengenang masa-masa indah bersama keluarga kecilnya. Ponselnya berdering menandakan ada pesan masuk. Pandangannya jadi teralihkan, ia mengambil ponsel itu yang sempat ditaruh di meja kerja.

*From: 0858xxxxxxx

Selamat malam, Dok. Adel udah sehat, besok boleh pulang yah? Bosen nih di kamar terus, mohon pengertiannya. Kata Papah semua keputusan ada di tangan dokter, semoga dokter memutuskan dengan bijak*:)

Sudut bibir Tomi tertarik, Adela Putri Wijaya. Pasien yang baru ditanganinya, tingkahnya lucu dan menggemaskan. Melihatnya membuat Tomi teringat dengan adiknya yang sudah meninggal. Postur tubuh dan wajahnya sekilas mirip. Tomi suka sekali melihatnya, karena merasa rindu kepada adiknya terbalaskan.

Tanpa mau menunggu lama, ia langsung mengetikan sesuatu di ponselnya.

*To: 0858xxxxxxxx

Malam juga, sepertinya kamu sudah tidak sabar untuk saya ajak jalan-jalan*

Sebenarnya Tomi tidak pernah seperti ini kepada lawan jenis kecuali mantan istrinya. Namun, entah kenapa kepada gadis itu Tomi tertarik untuk menggoda dan menjahilinya.

*From: 0858xxxxxxxx

Dokter selain aneh, tapi tukang gombal juga ya! Maaf Dok jangan mancing-mancing nanti kalau baper ribet tau!

To: 0858xxxxxxxx

Kamu baper sama saya?

From: 0858xxxxxxxx

Tergantung, kalau ini berkelanjutan Adel bisa baper

To: 0858xxxxxxxx

Dasar bocil

From: 0858xxxxxxxx

Jadi gimana boleh apa nggak?

To: 0858xxxxxxxx

Nggak, minimal tiga hari lagi, setelah benar-benar pulih boleh pulang

From: 0858xxxxxxxx

Ih, susah banget minta izin sama dokter! Mendingan sama Dokter Fatma, beliau itu baik dan lebih pengertian.

To: 0858xxxxxxxx

Seperti yang Papah kamu bilang, keputusan ada di tangan saya.

From: 0858xxxxxxxx

Terserah, gausah dibales Adel sibuk*!

Melihat pesan terakhir itu, membuat Tomi mengangkat alisnya heran. Kemudian menggeleng maklum, namanya anak muda masih labil. Tomi memaklumi sebab dirinya punya adik sepantaran Adel.

Ia menuruti pengirim pesan tersebut untuk tidak membalas, lalu menaruh ponselnya kemudian memilih untuk membersihkan diri menuju kamar mandi.

Terpopuler

Comments

Nur Atikah

Nur Atikah

thor maaf nih kayaknya agak gk singkron..tomi nikah di usia 21 th..cerai di usia pernikahan thun ke 3,pas cerai udah ada anak,,nah sekarng kok tomi umurnya 30 th,tapi anaknya masih 5 th..

2021-07-31

1

ZARA AMORA♥

ZARA AMORA♥

tertarik w sama sikap dewasa tomi.
smngat author..

2020-10-25

5

Elis Suhartini

Elis Suhartini

duda lbih dewasa,lbih pnglmn...😜😜

2020-09-25

1

lihat semua
Episodes
1 Prakata
2 1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3 2. Awal yang manis
4 3. Masalalu dokter Tomi
5 4. Kebetulan atau Takdir?
6 5. Kambuh lagi
7 6. Bertemu Mantan Istri
8 7. Kemarahan Tuan Wijaya
9 8. Penawaran
10 9. Rencana Makan Malam
11 10. Kecewa
12 11. Heels yang patah
13 12. Teror
14 13. Jalan-jalan
15 14. Tidak Sengaja Bertemu
16 15. Terjebak
17 16. Baper
18 17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19 18. Marah
20 19. Kejahilan Adel
21 20. Berita mengejutkan
22 21. Koma
23 22. Mimpi
24 23. Kebenaran
25 24. Hanya Adik
26 25. Terpaksa
27 26. Bangun
28 27. Lelaki tidak jelas
29 28. Tidak mau saling menyakiti
30 29. Will You Marry Me?
31 30. Rencana Piknik
32 31. Marah
33 32. Alasan Bercerai
34 33. Apa yang terjadi pada Dea?
35 34. Dea:(
36 35. Bocah Edan
37 36. Kelakuan Adit
38 37. Teror (2)
39 38. Gaun Pernikahan
40 39. Mencari Bukti
41 40. H-2
42 41. H-1
43 42. Wedding
44 43. Wedding (2)
45 44. Baper (2)
46 45. Berita Putra
47 46. Malam itu
48 47. Bingung
49 48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50 49. Putra Bertemu Ana
51 50. Bertemu Adit Lagi
52 51. Titik terang
53 52. Tentang Lana
54 53. Cemburu
55 54. Gagal
56 55. Masak dan Adnan
57 56. Lana harus mati
58 57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59 58. Mencari Adnan dan perceraian
60 59. Sudahi
61 60. Superhero
62 61. Rencan yang gagal
63 62. Ternyata
64 63. Permintaan Kayla
65 64. Bohong
66 65. Kedatangan Arsel
67 66. Kambing hitam
68 67. Khawatir
69 68. Pencarian
70 69. Pencarian (2)
71 70. Akankah?
72 71. Harus Selamat
73 72. Kabar baik dan buruk
74 73. Berniat Pergi
75 74. Benar Pergi
76 1 Menjadi Sosok baru (S2)
77 2 Saling merindu (S2)
78 3 Sakit Hati (S2)
79 4 Sheira Namira (S2)
80 5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81 6 Privasi (S2)
82 7 Sosial media (S2)
83 8. Balasan (S2)
84 9 Kehilangan Kontrol (S2)
85 10 Bukan Bercanda (S2)
86 11. Akhirnya (S2)
87 12 Melepas rindu (S2)
88 13 Bertemu Mama (S2)
89 14 Rasa yang tidak salah (S2)
90 15. Ketakutan terdalam (S2)
91 16. Terkejut dan Bingung (S2)
92 17. Tentang Percaya (S2)
93 18 Pilihan (S2)
94 19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95 BONCHAP
96 Lihat dulu, kuy
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Prakata
2
1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3
2. Awal yang manis
4
3. Masalalu dokter Tomi
5
4. Kebetulan atau Takdir?
6
5. Kambuh lagi
7
6. Bertemu Mantan Istri
8
7. Kemarahan Tuan Wijaya
9
8. Penawaran
10
9. Rencana Makan Malam
11
10. Kecewa
12
11. Heels yang patah
13
12. Teror
14
13. Jalan-jalan
15
14. Tidak Sengaja Bertemu
16
15. Terjebak
17
16. Baper
18
17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19
18. Marah
20
19. Kejahilan Adel
21
20. Berita mengejutkan
22
21. Koma
23
22. Mimpi
24
23. Kebenaran
25
24. Hanya Adik
26
25. Terpaksa
27
26. Bangun
28
27. Lelaki tidak jelas
29
28. Tidak mau saling menyakiti
30
29. Will You Marry Me?
31
30. Rencana Piknik
32
31. Marah
33
32. Alasan Bercerai
34
33. Apa yang terjadi pada Dea?
35
34. Dea:(
36
35. Bocah Edan
37
36. Kelakuan Adit
38
37. Teror (2)
39
38. Gaun Pernikahan
40
39. Mencari Bukti
41
40. H-2
42
41. H-1
43
42. Wedding
44
43. Wedding (2)
45
44. Baper (2)
46
45. Berita Putra
47
46. Malam itu
48
47. Bingung
49
48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50
49. Putra Bertemu Ana
51
50. Bertemu Adit Lagi
52
51. Titik terang
53
52. Tentang Lana
54
53. Cemburu
55
54. Gagal
56
55. Masak dan Adnan
57
56. Lana harus mati
58
57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59
58. Mencari Adnan dan perceraian
60
59. Sudahi
61
60. Superhero
62
61. Rencan yang gagal
63
62. Ternyata
64
63. Permintaan Kayla
65
64. Bohong
66
65. Kedatangan Arsel
67
66. Kambing hitam
68
67. Khawatir
69
68. Pencarian
70
69. Pencarian (2)
71
70. Akankah?
72
71. Harus Selamat
73
72. Kabar baik dan buruk
74
73. Berniat Pergi
75
74. Benar Pergi
76
1 Menjadi Sosok baru (S2)
77
2 Saling merindu (S2)
78
3 Sakit Hati (S2)
79
4 Sheira Namira (S2)
80
5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81
6 Privasi (S2)
82
7 Sosial media (S2)
83
8. Balasan (S2)
84
9 Kehilangan Kontrol (S2)
85
10 Bukan Bercanda (S2)
86
11. Akhirnya (S2)
87
12 Melepas rindu (S2)
88
13 Bertemu Mama (S2)
89
14 Rasa yang tidak salah (S2)
90
15. Ketakutan terdalam (S2)
91
16. Terkejut dan Bingung (S2)
92
17. Tentang Percaya (S2)
93
18 Pilihan (S2)
94
19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95
BONCHAP
96
Lihat dulu, kuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!