2. Awal yang manis

Seminggu sudah Adel berada di rumah sakit 'Bunda' dan belum diperbolehkan untuk pulang, tapi kondisinya sudah lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Adel sudah bisa bangun, bahkan jalan-jalan pagi ke taman yang berada di sekitar rumah sakit.

Pagi ini Adel mengawali harinya dengan menonton televisi, yang menampilkan sebuah kartun zaman dirinya kecil, Tom and Jerry.

Gadis yang beranjak dewasa itu tertawa ketika Tom yang selalu mengejar Jerry, lagi-lagi terkena batunya. Tontonan yang tidak pernah membuatnya bosan.

Ceklek!

Adel menoleh ke arah pintu, ketika melihat siapa orang tengah menatapnya di mulut pintu. Ia langsung beranjak dan berlari ke arah orang itu.

"Abangg!"

Layaknya gadis manja berumur sepuluh tahun, Adel bergelendot manja kepada cowok jangkung yang dipanggilnya dengan 'Abang'. 

Lain lagi dengan ekspresi yang ditunjukan Adel, cowok itu malah mendelik terkesan malas. "Berhenti panggil gue abang!"

Adel tertawa geli, kemudian mencubit pipinya. "Ihh, gemes! Abang udah besar ya! Satu minggu nggak ketemu kangen!"

"Kak!" bentaknya dengan nada tidak suka, tangannya menghempaskan tangan Adel dari pipinya.

"Masih pagi jangan marah-marah, Bang."

Cowok itu dengan raut wajah ngambek, menubruk boddy Adel kemudian duduk di salah satu soffa sambil melipat tangan di dada. "Gue adek lo, berhenti panggil gue Abang!"

"Dih, emang kenapa? Orang-orang sering nyangka kamu Abangnya."

"Iya, makanya gue nggak suka kalau jalan bareng lo. Males banget, gue masih muda disamain sama lo yang udah tua!"

"Ih, Alfi umur Kakak masih 19 tahun!"

"Dan gue baru 15 tahun!"

Adel cemberut. "Beda empat tahun doang."

"Tetep aja lo udah tua," balasnya. Kemudian menunjuk kantung berbahan dari kain yang tergeletak di dekat pintu yang sudah tertutup. "Tuh gue bawa titipan Papah."

Adel mengambilnya, lalu melihat isinya. "Kenapa buah-buahan terus, sih?" cebik Adel kesal, dirinya tidak suka dengan buah. Aneh memang, Adel lebih memilih suplemen yang mengandung buah daripada memakan buah tersebut secara langsung.

"Lo harus biasain makan buah, ini kan buat kesehatan lo juga." Alfi memang terlihat cuek pada kakaknya itu tapi lebih dari apapun dia sangat mencintainya.

Adel menatap adiknya dengan tatapan haru. "Fi, kamu nggak salah makan kan? Sejak kapan khawatir sama kondisi Kakak?"

"Salah terus." Alfi sudah malas berbicara, dirinya mending diam saja.

Adel tertawa geli melihat raut wajah Alfi. "Oiya, kamu ke sini sama siapa?" tanya Adel kemudian, gadis itu berjalan menuju ranjangnya dan duduk di sana.

"Kak Friska."

"Terus Kak Friska di mana sekarang?" Adel menanyakan Kakak Iparnya yang menikah dengan Kakak pertamanya, Kak Albar.

"Balik lagi, dia ada kerjaan."

Adel mendesah kecewa. "Padahal Kakak mau nanya."

"Nanya apa?"

"Itu Kakak udah chat Bima tapi nggak ada balesan. Temen-temen juga pada nggak respon. Sebenernya ada apa sih? Bima baik-baik aja kan?"

Alfi terdiam sebentar, ada suatu hal yang ingin dia beritahu kepada kakaknya tentang kondisi Bima tapi teringat dengan Papahnya yang sudah mewanti-wantinya duluan, Alfi mengangkat bahunya pura-pura tidak tahu. "Gue nggak tahu, Kak."

"Aneh aja, mereka kayak nutup informasi tentang pendakian kemarin. Mana nggak satu pun yang jengkuk."

"Postive thingking, mereka mungkin sibuk."

"Mungkin ya, mungkin." Adel mengangguk pelan, mencoba menuruti saran sang adik. Positive thingking.

"Mau kemana lo?" tanya Alfi ketika melihat sang kakak turun dari ranjang.

"Bosen Kakak ngobrol sama kamu, mau nyari angin segar dulu, ah."

"Udah boleh sama dokter?" tanya Alfi khawatir. "Lo masih sakit."

Adel mengangguk, kemudian berjalan menuju keluar ruangan. "Tenang aja udah sehat kok."

Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang mengusik dipikirannya dan sepertinya Adel harus menyegarkan dengan menghirup udara sejuk di pagi hari.

"Kalau ada apa-apa, telpon gue!"

"Iyaa bawel!"

Adel menutup pintu dan berjalan menuju taman.

***

Di taman Adel duduk di kursi taman, di sekitarnya tidak hanya dirinya yang berada di sini. Banyak pasien-pasien yang lain, mereka sedang bercengkrama dengan kerabat. Bahkan ada yang termenung sendiri dengan kursi rodanya. Adel menghela napas sesak, terkadang dia ingin menangis melihat pasien-pasien yang berada di rumah sakit. Adel memiliki kesakitan dan ketakutan yang sama seperti mereka.

Sedang merenung seraya memperhatikan pasien lain, Adel mengerjap melihat ke arah depan di sana ada yang menarik minatnya. Dokter Tomi, ah setelah satu minggu dia tidak berkunjung ke kamar rawat Adel dokter tersebut akhirnya menampakan diri. Adel sempat bertanya ke dokter pengganti, katanya Dokter Tomi ada training di Bandung.

Dilihat-lihat Dokter Tomi semakin tampan dengan rambut barunya. Wajahnya semakin bersinar terkena cahaya matahari. Adel mengigit bibirnya dirinya tidak tahan untuk tidak mengabadikan moment ini.

Adel mengambil ponselnya, kemudian mempusatkan benda tersebut di hadapan mukanya. Jarak mereka tidak terlalu jauh, dokter Tomi terlihat sedang berbicara dengan salah satu pasien.

Cekrek!

Adel tersenyum senang mendapat foto yang engelnya pas membuat Dokter Tomi semakin tampan. Namun, beberapa detik kemudian Adel tersentak karena dokter Tomi tiba-tiba berteriak ke arahnya.

"Hei!"

Adel melotot, dia bertanya dalam hati. Kenapa dia manggil?

Ponsel yang masih dipegangnya masih menampilkan mode kamera. Seketika Adel menepuk jidatnya dan memaki dirinya sendiri. Bodoh kamu, Del!

Kecerobohan yang fatal, Adel lupa mematikan blizt!

Dengan malu yang tidak terkira, Adel berbalik membelakangi dokter Tomi lalu berlari meninggalkan dokter itu yang terus memanggilnya.

"Hei! Berhenti! Jangan lari!"

Adel terus berlari, dia tidak pernah tercyduk seperti ini dan rasanya malu sekali. Di koridor, Adel diam napasnya ngos-ngosan. Alat pendeteksi detak jantungnya berbunyi kembali, menandakan kondisinya tidak baik.

Gadis itu duduk di kursi mengatur nafasnya, ia meringis saat dadanya terasa sakit.

"Saya bilang jangan lari!"

"Dok...ter?" Adel mendongkrak, ucapannya tergagap. Detak jantungnya belum normal.

"Tenangin diri kamu."

Adel mengangguk, kemudian memejamkan matanya. Mengambil dan membuang napas secara perlahan. Manjur, beberapa kali cara itu diulangi. Adel mulai tenang.

"Gimana?"

Adel mengangguk. "Makasih, dok."

"Mana ponsel kamu? Saya pinjam," pinta Dokter Tomi dengan senyuman miringnya.

"Dok, maaf. Adel nggak bermaksud, janji deh Adel langsung hapus fotonya," balas Adel buru-buru, kemudian mengambil ponselnya dan menghapus foto tersbut.

"Nih, udah nggak ada," beritahunya seraya menunjukan ponselnya ke hadapan Dokter Tomi.

Dokter Tomi mengangguk. "Kenapa dihapus?"

Adel mengerutkan keningnya. "Loh, bukannya tadi dokter ngejar karena nggak terima aku foto?"

"Kata siapa?" tanya Dokter Tomi, tiba-tiba tangannya menepuk puncak rambut Adel, membuat pipi gadis itu bersemu merah. "Saya manggil kamu biar kamu nggak lari. Saya khawatir sama jantung kamu, baru pulih sudah diajak olahraga."

Adel nyengir. "Tadi malu ketauan."

"Yaudah, ponsel kamu mana?" Dokter Tomi kembali meminta ponselnya. Adel mengangsurkannya perlahan.

Tanpa diduga dokter Tomi, mengarahkan kamera depan ke arah Adel dengan dirinya berdiri di depan. "Satu, dua, tiga, senyum!"

Adel yang masih tercengang tidak sempat menarik bibirnya untuk senyum, dokter itu memang aneh tapi...perlakuannya sangat manis.

"Lain kali kalau minta foto tidak usah sungkan."

Adel mengangguk, mengambil ponselnya dari tangan Dokter Tomi.

"Saya ke sana duluan ya. Jaga kesehatan dan makan buah!" pamit Dokter Tomi, ia berjalan masuk menuju ruangan yang tidak Adel ketahui.

Sementara Adel menangkupkan tangannya di pipi. Kenapa manis banget sih!

***

Terpopuler

Comments

Dhay conan

Dhay conan

hahaha si dokter bikin jantungan eh malah tmbh ngajak selfir bareng🤣🤣🤣

2021-09-16

1

Pengghosting novel T_T

Pengghosting novel T_T

Akang dokter, kalo saya bilang terima cinta saya terima ya...terima terima terima
/\_/\
( ¤ ¤ )
>❤<

2021-07-05

1

elviana

elviana

doktere selpong juga

2021-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Prakata
2 1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3 2. Awal yang manis
4 3. Masalalu dokter Tomi
5 4. Kebetulan atau Takdir?
6 5. Kambuh lagi
7 6. Bertemu Mantan Istri
8 7. Kemarahan Tuan Wijaya
9 8. Penawaran
10 9. Rencana Makan Malam
11 10. Kecewa
12 11. Heels yang patah
13 12. Teror
14 13. Jalan-jalan
15 14. Tidak Sengaja Bertemu
16 15. Terjebak
17 16. Baper
18 17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19 18. Marah
20 19. Kejahilan Adel
21 20. Berita mengejutkan
22 21. Koma
23 22. Mimpi
24 23. Kebenaran
25 24. Hanya Adik
26 25. Terpaksa
27 26. Bangun
28 27. Lelaki tidak jelas
29 28. Tidak mau saling menyakiti
30 29. Will You Marry Me?
31 30. Rencana Piknik
32 31. Marah
33 32. Alasan Bercerai
34 33. Apa yang terjadi pada Dea?
35 34. Dea:(
36 35. Bocah Edan
37 36. Kelakuan Adit
38 37. Teror (2)
39 38. Gaun Pernikahan
40 39. Mencari Bukti
41 40. H-2
42 41. H-1
43 42. Wedding
44 43. Wedding (2)
45 44. Baper (2)
46 45. Berita Putra
47 46. Malam itu
48 47. Bingung
49 48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50 49. Putra Bertemu Ana
51 50. Bertemu Adit Lagi
52 51. Titik terang
53 52. Tentang Lana
54 53. Cemburu
55 54. Gagal
56 55. Masak dan Adnan
57 56. Lana harus mati
58 57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59 58. Mencari Adnan dan perceraian
60 59. Sudahi
61 60. Superhero
62 61. Rencan yang gagal
63 62. Ternyata
64 63. Permintaan Kayla
65 64. Bohong
66 65. Kedatangan Arsel
67 66. Kambing hitam
68 67. Khawatir
69 68. Pencarian
70 69. Pencarian (2)
71 70. Akankah?
72 71. Harus Selamat
73 72. Kabar baik dan buruk
74 73. Berniat Pergi
75 74. Benar Pergi
76 1 Menjadi Sosok baru (S2)
77 2 Saling merindu (S2)
78 3 Sakit Hati (S2)
79 4 Sheira Namira (S2)
80 5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81 6 Privasi (S2)
82 7 Sosial media (S2)
83 8. Balasan (S2)
84 9 Kehilangan Kontrol (S2)
85 10 Bukan Bercanda (S2)
86 11. Akhirnya (S2)
87 12 Melepas rindu (S2)
88 13 Bertemu Mama (S2)
89 14 Rasa yang tidak salah (S2)
90 15. Ketakutan terdalam (S2)
91 16. Terkejut dan Bingung (S2)
92 17. Tentang Percaya (S2)
93 18 Pilihan (S2)
94 19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95 BONCHAP
96 Lihat dulu, kuy
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Prakata
2
1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3
2. Awal yang manis
4
3. Masalalu dokter Tomi
5
4. Kebetulan atau Takdir?
6
5. Kambuh lagi
7
6. Bertemu Mantan Istri
8
7. Kemarahan Tuan Wijaya
9
8. Penawaran
10
9. Rencana Makan Malam
11
10. Kecewa
12
11. Heels yang patah
13
12. Teror
14
13. Jalan-jalan
15
14. Tidak Sengaja Bertemu
16
15. Terjebak
17
16. Baper
18
17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19
18. Marah
20
19. Kejahilan Adel
21
20. Berita mengejutkan
22
21. Koma
23
22. Mimpi
24
23. Kebenaran
25
24. Hanya Adik
26
25. Terpaksa
27
26. Bangun
28
27. Lelaki tidak jelas
29
28. Tidak mau saling menyakiti
30
29. Will You Marry Me?
31
30. Rencana Piknik
32
31. Marah
33
32. Alasan Bercerai
34
33. Apa yang terjadi pada Dea?
35
34. Dea:(
36
35. Bocah Edan
37
36. Kelakuan Adit
38
37. Teror (2)
39
38. Gaun Pernikahan
40
39. Mencari Bukti
41
40. H-2
42
41. H-1
43
42. Wedding
44
43. Wedding (2)
45
44. Baper (2)
46
45. Berita Putra
47
46. Malam itu
48
47. Bingung
49
48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50
49. Putra Bertemu Ana
51
50. Bertemu Adit Lagi
52
51. Titik terang
53
52. Tentang Lana
54
53. Cemburu
55
54. Gagal
56
55. Masak dan Adnan
57
56. Lana harus mati
58
57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59
58. Mencari Adnan dan perceraian
60
59. Sudahi
61
60. Superhero
62
61. Rencan yang gagal
63
62. Ternyata
64
63. Permintaan Kayla
65
64. Bohong
66
65. Kedatangan Arsel
67
66. Kambing hitam
68
67. Khawatir
69
68. Pencarian
70
69. Pencarian (2)
71
70. Akankah?
72
71. Harus Selamat
73
72. Kabar baik dan buruk
74
73. Berniat Pergi
75
74. Benar Pergi
76
1 Menjadi Sosok baru (S2)
77
2 Saling merindu (S2)
78
3 Sakit Hati (S2)
79
4 Sheira Namira (S2)
80
5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81
6 Privasi (S2)
82
7 Sosial media (S2)
83
8. Balasan (S2)
84
9 Kehilangan Kontrol (S2)
85
10 Bukan Bercanda (S2)
86
11. Akhirnya (S2)
87
12 Melepas rindu (S2)
88
13 Bertemu Mama (S2)
89
14 Rasa yang tidak salah (S2)
90
15. Ketakutan terdalam (S2)
91
16. Terkejut dan Bingung (S2)
92
17. Tentang Percaya (S2)
93
18 Pilihan (S2)
94
19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95
BONCHAP
96
Lihat dulu, kuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!