"Bagaimana ini bisa terjadi! Saya sudah bilang pada kalian untuk menjaga pengawasan di rumah ini, jangan sampai ada orang asing masuk rumah!" marah sang kepala keluarga Wijaya, mendengar kabar anak kesayangannya kambuh lagi membuatnya emosi. Ia jadi harus buru-buru pulang, meninggalkan terlebih dahulu rekan-rekannya yang berada di pengungsian korban banjir.
Padahal Alfa sudah memerintah beberapa pengawal dan satpam untuk menjaga rumah. Jangan sampai orang asing masuk, karena dalam kondisi seperti ini rentan sekali orang-orang melakukan apapun untuk menjatuhkan dirinya. Termasuk menyasar Adel, anaknya.
"Maaf, Pah. Ini salah Friska yang tidak hati-hati menerima tamu. Perempuan itu mengaku sebagai adik dari Bima," sahut Friska mengaku bersalah, air matanya yang sempat berhenti mengalir lagi tanpa dapat dicegah. Albar sang suami yang berada di sampingnya memeluknya dari samping.
"Kamu memang tidak pernah becus menjaga keluarga saya!" tunjuk Alfa, entah apa yang meracuni anak sulungnya itu hingga memilih Friska menjadi istrinya, sebab selama ini yang ia tahu menantunya itu selalu ceroboh dan selalu melakukan kesalahan lalu menangis meminta maaf. Tidak ada tindakan, setidaknya mencoba membantu memperbaiki masalah yang terjadi.
"Cukup, Pah! Jangan menghina istriku lagi! Dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga rumah inil! Papah seharusnya berterima kasih. Karena lambat laun walau kita menyembunyikannya tetap hal seperti ini bisa terjadi."
Alfa menghela napas mendengar pernyataan Albar. Anaknya ada benarnya juga. Ia yang tadi berdiri langsung duduk, lalu memijat kepalanya pening. "Dimana perempuan yang mengaku adik dari Bima?"
Albar yang sempat menunjukkan emosi karena tidak terima dengan ucapan sang ayah, tetap menjawab. "Dia sudah pergi tanpa diusir, mungkin dia merasa urusannya sudah selesai."
"Terus pantau media-media yang ada, jika ada berita tentang Adel di pendakian itu, langsung beritahu Papah."
"Baik, Pah." Albar mengangguk.
Salah satu pengawal masuk ke dalam rumah dan memberitahukan sesuatu. "Maaf, tuan Dokter Tomi sudah menunggu di ruang tamu."
"Albar temui dia, jika sudah selesai memeriksa Adel beritahu untuk datang ke ruangan Papah," titahnya kepada Albar. "Dan kalian semua boleh keluar."
Mendengar perintah, satu persatu orang yang berada di dalam ruangan itu keluar menuruti apa yang dikatakan oleh sang tuan.
Hanya ada Alfa berada di ruangan itu. Duduk di kursi dengan otak yang tengah bergulat mencemaskan nasib sang anak dan reputasinya sebagai kepala daerah.
****
"Selamat siang dokter Tomi, maaf jika kami sudah menganggu aktivitas dokter. Sebab hal sperti ini tidak bisa diprediksi, bukan begitu Dok?" Friska menghampiri dokter Tomi yang terlihat sedang duduk sembari matanya mengamati ruang tamu. Di sampingnya Albar setia menempel.
"Ah, tidak apa-apa. Hal ini sering terjadi dan sudah kewajiban saya sebagai dokter untuk memenuhi panggilan dari pasien." Tomi berdiri, mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan. "Saya Dokter Tomi, dokter yang menggantikan Dokter Fatma."
"Saya Albar kakak dari Adel dan ini istri saya Friska," balas Albar menerima jabatan tangan dari Tomi. Kemudian mengajak dokter tersebut untuk ke lantai atas menuju kamar Adel.
"Jika boleh tau, sebenarnya apa yang menyebabkan Adel kembali kambuh? Kemarin sudah saya check dan normal semua."
"Mungkin untuk hal itu, nanti Dokter bisa berbicara dengan Papah saya."
Tomi mengangguk paham, kemudian masuk ke dalam kamar Adel. Ketika berada di ruangan itu, matanya sedikit sakit karena cat dinding dan warna barang yang ada di dalamnya, berwarna-warni persis sekali seperti kamar anak kecil. Bahkan, Tomi menemukan satu set barbie dengan rumahnya, di dekat meja belajar. Ah, Tomi jadi ingat dengan Kiki, kira-kira sedang apa anaknya itu? Menangis kah? Tomi tahu ketika dia mengingkari janji, Kiki pasti tidak akan baik-baik saja.
Kembali ke kamar Adel, melihatnya Tomi sangsi jika kamar ini milik anak berumur sembilan belas tahun.
"Ini memang kamar Adel, kamarnya dari kecil. Yang memilih warna almarhumah mamanya, meski sudah dewasa Adel tidak berniat menggantinya. Padahal suami saya sudah memaksanya. Suami saya khawatir Adel tidak bisa memiliki pasangan karena selera dan sifatnya masih seperti anak kecil. Tapi buat saya, selama Adel nyaman dan bahagia. Tidak apa-apa kan? Saya hanya berharap siapapun yang akan menjadi pasangan Adel, dia bisa menerimanya apa adanya."
Tomi tersenyum maklum. "Adel anak baik dan polos. Dia hanya belum menemukan jati dirinya, sebagai seorang yang sudah dewasa perlu sekali mendukung dan mengawasinya."
Tomi membuka peralatan yang berada di tasnya. Kemudian mulai memeriksa Adel yang sedang terlelap tenang di kasurnya.
Beberapa menit kemudian, Tomi sudah selesai memeriksa Adel. Dia berdiri menghampiri Albar dan Friska yang dari tadi mengamatinya.
"Kondisinya sudah stabil, Adel harus istirahat total dan jauhkan dia dari hal-hal yang bisa memicu stress. Setelah tiga atau empat hari, kalian bisa bawa Adel jalan-jalan atau refresing. Jantungnya lemah sekali, jangan sampai telat minum obat dan paksa Adel untuk memakan sayuran dan buah-buahan."
"Itu saja dok?"
Tomi mengangguk. "Karena obatnya dari rumah sakit masih ada, saya tidak memberikan resep." Tomi memasukan peralatannya ke dalam tasnya.
"Sebelum pulang dokter bersedia untuk berbicara dengan Papah saya? Sebab beliau sudah menunggu di ruang kerjanya, ada beberapa hal yang ingin dibicarakan."
Tomi mengangguk. "Baik, antarkan saya kepada Pak Alfa. Saya pun ingin berbicara tentang keadaan Adel dan mencarikan solusinya."
Albar dan Friska berjalan lebih dulu keluar kamar Adel, sementara Tomi mengekornya dari belakang.
***
NOTE
Hai salam kenal, terima kasih kalian yang sudah mampir.
Sebelumnya, maaf jika ada kesalahan informasi yang saya sampaikan apapun itu, karena saya masih belajar. Sebenarnya novel yang kali ini saya tulis, temanya cukup berat dari beberapa yang pernah saya tulis yaitu genre teenfic tentang dunia anak sekolah, yang tentu saja pernah saya rasakan.
Sementara untuk kali ini, saya mengambil profesi dokter dan masalalu dokter Tomi yang sudah menikah. Agak susah dan harus putar otak, soalnya takut jatuhnya tidak nyambung dan nggak jelas.
Sekali lagi mohon maaf, jika ada kesalahan informasi. Kalian bisa mengkoreksinya dan saya akan senang hati menerima hal itu. Terima kasih, semoga kalian terhibur dengan kisah Dokter Tomi dan Adel yang masih permulaan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Arin
hehe udh bgus Thor,sy mah hnya tinggl baca trs menarik Thor critnya...ya klo mslh ada slh nulis mah wjar orng yg nulis komen doang aja kdng sy slh nulis....😍sy mlh salut sma orng"yg pada bisa bkin novel"keren....👍
2022-04-03
1
Lily Poet
udah bagus kok, 😍
2020-07-08
4
Rabaniyasa
semangat terusss
2020-06-10
4