15. Terjebak

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit berfoto bersama badut, mereka hendak melanjutkan wisatanya. Namun, ketika Tomi menoleh ke belakang ia masih mendapati Adel bersama Dea yang sedang menatapnya.

"Dokter..." panggil Adel seraya menghampiri mereka, tidak lupa tangannya menarik Dea untuk mengikutinya dari belakang.

"Kita boleh gabung nggak?"

"Nggak!"

Bukan Tomi yang menjawab melainkan Putra, lelaki dengan perangai cuek itu menatap Adel tidak suka.

Adel kicep, sementara Dea berbisik. "Dari pada nantinya lo malu di tolak sama Dokter itu, mending udah kita jalan-jalan bertiga aja."

Adel menjauhkan muka Dea dengan tangannya, kemudian malah berjongkok menyapa Kiki. "Hai, nama kamu siapa? Kenalin nama aku Adel."

Seperti reaksi Putra yang notabene adalah Omnya, anak kecil itu menatap Adel tidak suka dan terkesan jutek. "Kiki ndak kenal kalian!"

"Nggak boleh gitu sayang, ini namanya Kak Adel pasien Ayah, dan yang satunya lagi Kak Dea."

Mendapat ucapan itu dari ayahnya membuat Kiki semakin tidak suka. "Kakak pasti yang buat ayah sibuk kelja?" tanyanya dengan marah. "Ayah Kiki ndak suka sama Kakak ini!"

"Udah saya bilang kan?" Tomi mengalihkan tatapannya ke Adel yang memasang wajah cemberut. Namun, bukan Adel namanya jika tidak mencoba beberapa kali. Dia harus meluluhkan terlebih dahulu anaknya, sebelum meluluhkan ayahnya bukan?

"Kiki tahu nggak Ayah Kiki hebat loh, bisa buat sembuh Kakak. Jadi harusnya Kiki bangga sama pekerjaan Ayah Kiki, beliau udah banyak bantu orang," kata Adel dengan nada lembut, bahkan tangannya terangkat untuk mengelus rambut Kiki. Namun turun kembali karena dihempas paksa.

Adel meyakinkan dirinya untuk bersabar. Namanya juga anak kecil, jadi tidak masalah melakukan segala hal, bebas.

"Jangan gitu, Nak!" tegur Tomi membuat Kiki cemberut dan menjauh dari Adel. Dia beralih ke samping Putra, kemudian mengajak Omnya untuk membelikan gulali.

"Om, Kiki ndak suka deket Kakak itu. Ayo kita beli gulali!"

Mereka berdua sudah berjalan ke arah si mas-mas penjual itu, tersisa Tomi, Adel dan Dea.

Adel sudah berdiri, itupun dipaksa oleh Dea karena menurutnya yang dilakukan temannya itu sangat memalukan.

"Rencana kalian mau naik wahana apa?"

"Naik yang paling ekstrem!" balas Adel dengan tampang berani.

"Yakin jantung kamu akan selamat?"

"Dokter nyumpahin Adel mati?"

Tomi menggelengkan kepalanya. "Baperan kamu, Del."

"Abisnya ngomongnya kayak gitu, nggak disaring dulu!"

"Udah, Del kita cari Lana yuk!" Dea sudah tidak nyaman, semakin lama dia merasa jadi kambing congek karena diabaikan.

"Nan__"

"Gue marah, bye!"

"ih, De, Dea tungguin!"

Adel menyusul temannya itu, jika sudah begini Adel tidak bisa memaksakan kehendaknya. Mungkin ada kesempatan yang lain, Adel yakin nanti dia bisa jalan-jalan bersama Dokter Tomi dan anaknya.

Sementara Tomi hanya menggelengkan kepalanya melihat kepergian Adel. Gadis itu memang unik, meski di dalamnya rapuh tapi selalu ceria dan tersenyum.

***

Adel menyedot es kelapa dengan serius sampai tandas, setelah itu ia melakukan kebiasaannya menggigiti sedotan, persis sekali seperti orang tidak ada kerjaan.

Mereka berdua, Adel dan Dea sudah berkeliling dan mencoba permainan yang paling aman untuk jantung Adel, tentu tanpa kehadiran Lana.

Temannya satu itu, tidak ada kabar bahkan sudah dihubungi beberapa kali. Sekarang mereka sedang beristirahat di salah satu kursi panjang dekat Pohon Beringin.

"Del kita balik yo!" ajak Dea yang terlihat lelah.

"Lana gimana?"

"Dia udah besar kali, nggak mungkin kesasar juga. Kita tinggalin pesan aja, kalau kita udah pulang duluan," balas Dea tidak mau mencari keberadaan Lana yang seperti hilang ditelan bumi.

"Yaudah deh, aku udah bosen juga." Adel berdiri dari duduknya kemudian melangkah bersama Dea menuju parkiran.

Belum sampai beberapa langkah, Adel tiba-tiba berhenti di dekat Wahana Biang Lala yang hanya berjarak beberapa langkah dari kursi yang tadi mereka duduki.

"Kenapa lagi, Del? Katanya tadi setuju mau pulang!" kesal Dea sudah tidak tahan dengan cuaca panas dan pegal di kakinya akibat berjalan kesana-kemarin.

"Kayaknya kita nggak bisa pulang sekarang deh." Mata Adel menatap kerumunan orang yang mengantri di wahana itu, di posisi paling akhir ada Dokter Tomi, Putra dan Kiki. Adel harus cepat berlari ke sana sebelum posisi di belakang mereka terisi.

"Del jangan bilang lo mau naik wahana itu?" Dea mendongkrak, menatap Wahana Biang Lala yang super duper tinggi itu, ia meneguk ludah kelu.

Namun, merasa tidak ada sahutan dari temannya Dea menoleh ke samping. "Adel lo bener-bener mau buat gue mati!"

Meski begitu, Dea tetap berlari menyusul Adel. Kenapa di saat seperti ini tidak ada yang membantunya untuk mengontrol Adel, buat apa dong pengawal kalau kerjanya hanya diam saja! Huh, menyebalkan sekali.

"Del, sumpah ya! Gue nggak bisa kalau harus naik ini!" keluh Dea ketika berada di belakang Adel untuk mengantri.

"Kita buat pengalaman baru, kapan lagi naik wahana ini." Adel tersenyum saja, menghiraukan raut wajah Dea yang sudah tidak karuan, Dea takut ketinggian sama seperti Adel.

Ah, Dea tahu apa yang membuat Adel nekad menaiki wahana yang bisa saja membuat mereka berdua terancam. Tepat di hadapan mereka ada Dokter Tomi, Kiki dan lelaki itu.

Sudahlah Dea pasrahkan semuanya, jika ini memang akhir dari segalanya.

Sampailah pada bagian Dea dan Adel, namun tanpa diduga Adel menerobos masuk ke dalam sangkar yang berisi Dokter Tomi dan Kiki, membuat Putra yang hendak naik langsung tersingkir.

Dea melotot kesal, rasanya dia ingin lari. Awas saja dia tidak akan meloloskan Adel setelah ini.

"Mari masuk," titah petugas itu membuat Dea mau tidak mau masuk ke dalam sangkar bersama lelaki itu.

Dea mengigit bibirnya saat sangkar ini mulai naik ke atas. Tangannya memegang besi dengan kuat, kepalanya mengarah ke bawah, menunduk. Tidak mau melihat lelaki di hadapannya dan suasana Dufan dari ketinggian.

"Lo ternyata masih sama kayak dulu, takut ketinggian."

Sekarang Dea ingin sekali mencakar wajahnya sendiri. Kenapa, kenapa harus dengannya Dea terjebak dalam keadaan akward ini. Suara itu menandakan sinyal bahaya yang akan Dea alami.

"Gimana keadaan lo, De? Apa kita bisa mengulang kejadian malam itu? Sekarang kita sudah sama-sama dewasa, bukan?" tanya Putra sambil tersenyum manis membuat Dea membuang muka. Dia tidak habus pikir, kenapa dia kembali lagi ke hadapan Dea.

Sementara sangkar lain, kondisi Adel tidak jauh berbeda. Gadis itu tidak duduk di kursi, tapi di bawah sambil memegang pintu besi.

Adel terlihat memejamkan matanya ketakutan, sekarang dia merasa menyesal telah menaiki wahana ini.

"Kakak kenapa? Kakak jangan kalah sama Kiki. Kiki aja ndak takut!"

Walupun tadi Kiki dan Tomi merasa kaget karena tiba-tiba Adel menyerobot posisi Putra. Tapi tidak mungkinkan mereka mendorong Adel keluar saat sangkar sudah menaik ke atas?

"Del?" tanya Tomi khawatir.

"Dok bisa turunin saya dari ini? Sumpah saya takut banget." Adel masih memejamkan matanya.

"Kakak, buka matanya liat deh pemandangannya indah banget!" kata Kiki antusias, anak kecil itu tidak merasa ketakutan karena ada sang ayah di sampingnya. Walaupun sempat tidak suka dengan Adel, namanya anak kecil pikirannya cepat berubah.

"Ayah liat ada burung banyak!" Kiki menunjuk burung yang berterbangan di langit, membuat Adel membayangkan jika dirinya seperti burung itu lalu sayapnya patah dan say good bye pada dunia. Adel bergidik ngeri.

"Paa...maafin Adel, hiks!" Tanpa terasa gadis berumur 19 tahun ini menangis menarik perhatian Kiki yang sedang menikmati pemandangan.

"Kakak nangis?" tanyanya dengan nada lugu. "Kakak ndak boleh nangis nanti keluar ail mata."

Adel menghentikan tangisannya, kemudian membuka matanya jawaban anak itu sangat menganggu telinganya. Yaiyalah, sejak kapan nangis tidak mengeluarkan air mata? Untung masih anak-anak, sabar Del.

"Ayah, kakaknya buka mata!" Kiki mendekat ke arah Adel lalu merentangkan tangannya untuk menangkup wajah Adel. Kiki mengarahkan wajah Adel ke arah bawah.

Adel melotot, kemudian dia berteriak membuat Kiki dan Tomi tertawa.

"Ya Allah tolong selamatkan Adel dari sini. Sumpah Adel janji nggak akan melakukan hal konyol lagi!"

Tomi menggelengkan kepalanya maklum. "Kamu jangan mau kalah sama anak saya, dia aja berani."

Adel menatap dokter Tomi dengan pandangan kesal lalu menggerutu dalam hati. Iya itu karena anakmu nggak phobia ketinggian!

Namun tiba-tiba...

"Loh? Loh? Ini kenapa berhenti?" tanya Tomi panik.

"Dok jangan buat saya makin takut."

Tomi menatap sangkar lain, mereka juga berhenti, tidak maju. Ia juga bisa melihat keadaan di bawa sana semakin ramai. Orang-orang berteriak panik, membuat keadaan di setiap sangkar semakin kacau.

"Ayah, Kiki takut." Kiki yang merasa keadaan tidak baik-baik saja langsung mendekat pada Tomi.

Sementara Adel yang sadar akan keadaan malah menangis kencang, membuat Kiki juga ikut-ikutan menangis.

"Papah Adel takut!"

Tomi berdecak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung mau melakukan apa. Sebab, dia tidak pernah menangani orang menangis secara bersamaan.

***

Maaf ya kalau makin gaje, semoga terhibur dengan tingkah Adel:)

Terpopuler

Comments

Aeyma Rahma

Aeyma Rahma

Aduh chapter yg bikin ngakak

2022-03-22

0

Ajeng Ajeng

Ajeng Ajeng

visual dong

2021-12-26

0

Lia

Lia

Ngakak thor

2021-02-01

1

lihat semua
Episodes
1 Prakata
2 1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3 2. Awal yang manis
4 3. Masalalu dokter Tomi
5 4. Kebetulan atau Takdir?
6 5. Kambuh lagi
7 6. Bertemu Mantan Istri
8 7. Kemarahan Tuan Wijaya
9 8. Penawaran
10 9. Rencana Makan Malam
11 10. Kecewa
12 11. Heels yang patah
13 12. Teror
14 13. Jalan-jalan
15 14. Tidak Sengaja Bertemu
16 15. Terjebak
17 16. Baper
18 17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19 18. Marah
20 19. Kejahilan Adel
21 20. Berita mengejutkan
22 21. Koma
23 22. Mimpi
24 23. Kebenaran
25 24. Hanya Adik
26 25. Terpaksa
27 26. Bangun
28 27. Lelaki tidak jelas
29 28. Tidak mau saling menyakiti
30 29. Will You Marry Me?
31 30. Rencana Piknik
32 31. Marah
33 32. Alasan Bercerai
34 33. Apa yang terjadi pada Dea?
35 34. Dea:(
36 35. Bocah Edan
37 36. Kelakuan Adit
38 37. Teror (2)
39 38. Gaun Pernikahan
40 39. Mencari Bukti
41 40. H-2
42 41. H-1
43 42. Wedding
44 43. Wedding (2)
45 44. Baper (2)
46 45. Berita Putra
47 46. Malam itu
48 47. Bingung
49 48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50 49. Putra Bertemu Ana
51 50. Bertemu Adit Lagi
52 51. Titik terang
53 52. Tentang Lana
54 53. Cemburu
55 54. Gagal
56 55. Masak dan Adnan
57 56. Lana harus mati
58 57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59 58. Mencari Adnan dan perceraian
60 59. Sudahi
61 60. Superhero
62 61. Rencan yang gagal
63 62. Ternyata
64 63. Permintaan Kayla
65 64. Bohong
66 65. Kedatangan Arsel
67 66. Kambing hitam
68 67. Khawatir
69 68. Pencarian
70 69. Pencarian (2)
71 70. Akankah?
72 71. Harus Selamat
73 72. Kabar baik dan buruk
74 73. Berniat Pergi
75 74. Benar Pergi
76 1 Menjadi Sosok baru (S2)
77 2 Saling merindu (S2)
78 3 Sakit Hati (S2)
79 4 Sheira Namira (S2)
80 5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81 6 Privasi (S2)
82 7 Sosial media (S2)
83 8. Balasan (S2)
84 9 Kehilangan Kontrol (S2)
85 10 Bukan Bercanda (S2)
86 11. Akhirnya (S2)
87 12 Melepas rindu (S2)
88 13 Bertemu Mama (S2)
89 14 Rasa yang tidak salah (S2)
90 15. Ketakutan terdalam (S2)
91 16. Terkejut dan Bingung (S2)
92 17. Tentang Percaya (S2)
93 18 Pilihan (S2)
94 19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95 BONCHAP
96 Lihat dulu, kuy
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Prakata
2
1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3
2. Awal yang manis
4
3. Masalalu dokter Tomi
5
4. Kebetulan atau Takdir?
6
5. Kambuh lagi
7
6. Bertemu Mantan Istri
8
7. Kemarahan Tuan Wijaya
9
8. Penawaran
10
9. Rencana Makan Malam
11
10. Kecewa
12
11. Heels yang patah
13
12. Teror
14
13. Jalan-jalan
15
14. Tidak Sengaja Bertemu
16
15. Terjebak
17
16. Baper
18
17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19
18. Marah
20
19. Kejahilan Adel
21
20. Berita mengejutkan
22
21. Koma
23
22. Mimpi
24
23. Kebenaran
25
24. Hanya Adik
26
25. Terpaksa
27
26. Bangun
28
27. Lelaki tidak jelas
29
28. Tidak mau saling menyakiti
30
29. Will You Marry Me?
31
30. Rencana Piknik
32
31. Marah
33
32. Alasan Bercerai
34
33. Apa yang terjadi pada Dea?
35
34. Dea:(
36
35. Bocah Edan
37
36. Kelakuan Adit
38
37. Teror (2)
39
38. Gaun Pernikahan
40
39. Mencari Bukti
41
40. H-2
42
41. H-1
43
42. Wedding
44
43. Wedding (2)
45
44. Baper (2)
46
45. Berita Putra
47
46. Malam itu
48
47. Bingung
49
48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50
49. Putra Bertemu Ana
51
50. Bertemu Adit Lagi
52
51. Titik terang
53
52. Tentang Lana
54
53. Cemburu
55
54. Gagal
56
55. Masak dan Adnan
57
56. Lana harus mati
58
57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59
58. Mencari Adnan dan perceraian
60
59. Sudahi
61
60. Superhero
62
61. Rencan yang gagal
63
62. Ternyata
64
63. Permintaan Kayla
65
64. Bohong
66
65. Kedatangan Arsel
67
66. Kambing hitam
68
67. Khawatir
69
68. Pencarian
70
69. Pencarian (2)
71
70. Akankah?
72
71. Harus Selamat
73
72. Kabar baik dan buruk
74
73. Berniat Pergi
75
74. Benar Pergi
76
1 Menjadi Sosok baru (S2)
77
2 Saling merindu (S2)
78
3 Sakit Hati (S2)
79
4 Sheira Namira (S2)
80
5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81
6 Privasi (S2)
82
7 Sosial media (S2)
83
8. Balasan (S2)
84
9 Kehilangan Kontrol (S2)
85
10 Bukan Bercanda (S2)
86
11. Akhirnya (S2)
87
12 Melepas rindu (S2)
88
13 Bertemu Mama (S2)
89
14 Rasa yang tidak salah (S2)
90
15. Ketakutan terdalam (S2)
91
16. Terkejut dan Bingung (S2)
92
17. Tentang Percaya (S2)
93
18 Pilihan (S2)
94
19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95
BONCHAP
96
Lihat dulu, kuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!