8. Penawaran

"Selamat siang, Pak," sapa Tomi begitu sampai di ruang kerja Bapak Alfa Wiyaja. Ia berjalan dengan rasa hormat menuju tempat di mana Papah Adel itu duduk. Ruangannya terlihat luas dan minimalis. Banyak foto keluarga yang tertempel di dinding serta barang-barang antik yang disimpan di etalase.

"Ah, Dokter Tomi!" Alfa yang sedang merenung itu langsung berdiri. Kemudian mempersilahkan Tomi untuk duduk.

"Silahkan duduk, Dokter Tomi. Saya sudah siapkan minuman hanya juice semoga bisa menyegarkan," katanya sambil menunjukan Juice Jeruk yang sengaja dibuatkan oleh Bi Narsih.

Tomi mengangguk, lalu duduk di salah satu soffa yang tersedia di ruangan itu. "Bagaimana kabarnya, Pak Alfa?"

"Yah, begini... Saya sedang tidak baik-baik saja, sepertinya tekanan darah saya naik lagi," jawabnya seraya memegang kepalanya yang terasa nyut-nyutan.

"Mau sekalian saya periksa?"

"Ah, tidak usah minum obat saja akan sembuh," tolak Alfa. Kemudian melanjutkan ucapannya tentang kondisi Adel. Tidak ada yang lebih dikhawatirkannya untuk saat ini, selain kesehatan serta kesembuhan sang anak.

"Adel sudah stabil, namun jantungnya sangat lemah. Jadi sewaktu-waktu bisa kambuh kembali, apalagi kalau Adel banyak pikiran. Dari riwayat datanya, saya membaca jika Adel sudah memiliki penyakit ini dari kecil ya?"

Alfa mengangguk membenarkan, Adel sudah memiliki penyakit itu dari kecil dan baru diagnosis ketika umurnya lima tahun. Kata dokter terdahulu, ini penyakit jantung bawaan karena almarhumahmah mamanya juga memiliki penyakit yang sama.

"Iya benar hanya saja saya belum berani untuk melakukan pengobatan selain menggunakan obat-obatan, ya resikonya terlalu besar."

Tomi mengangguk paham, sebagian orang punya ketakutan yang sama termasuk Pak Alfa, Tomi sebagai dokter sangat memakluminya. Namun, jika bergantung pada obat sementara kondisi Adel tidak juga ada perubahan, menurutnya perlu dilakukan upaya lain.

"Jika saya menyarankan untuk operasi jantung bagaimana? Kondisi Adel memang tidak separah pasien-pasien saya yang lain, tapi hal ini bisa dilakukan jika Adel dan kelurga menyetujuinya."

Alfa terlihat menggelengkan kepalanya. "Saya belum siap, tapi bukan berarti saya tidak mau. Hanya saja ketakutan untuk kehilangan selalu menghantui saya. Dulu, almarhumahmah mamanya meninggal juga karena hal itu, operasi yang gagal. Saat ini saya hanya bergantung pada obat-obatan serta check-up rutin dan mengawasi kegiatan Adel."

Tomi menghela napas tidak mau memaksa kliennya. Ia tahu bagaimana rasanya kehilangan orang tersayang, mungkin tidak untuk sekarang Tomi melakukan hal terbaik untuk Adel. Tomi hanya berharap semoga pasien mudanya itu bisa cepat pulih. "Yasudah, jika itu pilihan Pak Alfa."

"Ah, saya hampir lupa sesuatu. Orangtua yang berada di hadapan kamu ini teman lama mamamu. Haduh, kenapa tadi kita berbicara formal sekali! Harusnya kita ngobrol sambil main catur atau menyeduh kopi!" Alfa berbicara kembali ketika ingat sesuatu, selain membicarakan kondisi Adel. Hal ini juga ingin ia bahas dengan Tomi.

"Iya Pak, kemarin saya baru diberitahu Mama."

Alfa menonjok bahu Tomi. "Halah, kamu kalau sudah tau kenapa diam saja! Panggil saya Om, jangan terlalu formal!"

"Baik, Om. Saya juga ingin memberitahu tapi agak sungkan!"

"Anggap saja saya seperti Papahmu sendiri tidak perlu sungkan dan canggung. Ah, berapa umurmu sekarang?" tanya Alfa penasaran.

"Sudah lumayan tua, Om. Tiga puluh tahun."

Alfa sebandnya sudah tahu, namun dia sedang berbasa-basi.

"Lah, ngelawak kamu segitu masih muda. Apalagi sekarang kamu sudah terlihat mapan!"

"Ah, Om bisa saja." Tomi terlihat merendah.

"Mamamu cerita katanya sudah punya istri dan anak? Ajaklah kapan-kapan makan malam bersama di rumah ini, tangan Om selalu terbuka untuk semua anggota keluarga kamu." Hal ini sempat membuatnya terkejut dan ingin membatalkan rencananya yang sudah ia susun dari jauh-jauh hari.

Tomi menelan ludahnya kelu, lagi-lagi mamanya tidak berbicara jujur. Padahal Tomi sudah mewanti-wanti untuk tidak berbohong. Sudah cukup dengan Adel dan Tante Alin, jangan ada lagi. Sebab, ketika satu kali berbohong otomatis akan lahir kebohangan-kebohongan yang lain.

"Begini, Om. Saya memang sudah punya istri dan anak tapi kita sudah lama berpisah," jelasnya membuat Alfa terkejut bukan main. Loh? Berarti Riska berbohong padanya.

"Kenapa pisah? Sayang sekali, padahal kamu mapan dan tampan," balasnya antara senang dan terkejut.

"Sudah tidak cocok lagi dan sudah keputusan bersama, Om."

"Sebenarnya Om mau berbicara satu hal sama kamu," ujarnya dengan nada hati-hati. "Selama ini Om mencari pasangan yang cocok untuk Adel. Namun, entah kenapa ketika melihat kamu hati Om merasa cocok dan berpikir kamu itu pilihan tepat. Seorang dokter yang sangat perhatian dan tanggung jawab. Walaupun, Om tidak pernah menyangka kalau kamu itu pernah menikah. Tapi hal itu sama sekali tidak masalah. Sepertinya lebih bagus jika Adel dibimbing oleh pasangan yang dewasa dan berpengalaman. Apa kamu mau jika menikah dengan anak Om?"

Jantung Tomi sesaat berhenti berdetak. Runtutan kata itu sedang dicerna oleh otaknya. What! Bagaimana bisa Om Alfa berniat menjodohkan anaknya dengan duda seperti Tomi? Apa stok lelaki di dunia sudah tidak ada. Tomi menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

"Om, mohon maaf apa tidak terlalu dini untuk mengambil keputusan seperti ini? Soal pasangan Adel tidak semudah hanya dengan mengikuti kata hati. Bagaimana kalau saya tidak sebaik apa yang Om pikirkan?"

"Saya tidak pernah salah pilih dalam menjamin kebahagiaan anak-anak saya."

"Tapi, Om saya nggak bisa..."

"Tidak apa-apa kamu menolak sekarang, tapi nanti jika kedua kalinya saya memberikan penawaran. Bahkan tanpa saya memaksa, kamu tidak akan bisa menolak."

"Maksud Om?" tanya Tomi kurang mengerti.

"Tidak, tidak usah dipikirkan," balasnya. "Oiya, berapa umur anak kamu?"

"Hah?" Tomi sedikit bingung karena topiknya sudah berganti. Ia jadi sangsi kalau pembahasan tadi hanyalah gurauan semata. Namun tetap menjawab. "Lima tahun, namanya Kinara."

"Wah, seperti si kembar dong. Cucu saya sudah tiga, Gema dan Gemi sikembar yang umurnya masih tiga tahun. Lalu si sulung Gilang udah TK. Yah, anak-anak kecil menggemaskan itu ketika kerja selalu membuat Om kangen rumah."

Tomi hanya tersenyum. Apa yang dirasakan Om Alfa sama persis yang sedang dirasakannya. Tomi rindu dengan Kiki, gadis kecilnya.

"Sekali-kali bawa ke sini ajak main dengan Gilang."

Tomi mengangguk. "Siap, Om!"

Meski pembicaraan selanjutnya terasa ringan dan membuat Tomi semakin akrab dengan Om Alfa. Di otaknya Tomi terus memikirkan penawaran yang tadi dilontarkan oleh ayah Adel. Dia tidak menyangka ini akan terjadi.

Orangtua mana, yang setuju anaknya dijodohkan dengan seorang lelaki berstatus duda dan memiliki anak satu. Bukankah terdengar aneh? Walaupun alasannya karena sifat, tapi tetap saja banyak lelaki lain yang lebih baik dari Tomi.

Saya memang tampan tapi umur saya tidak cocok jika disandingkan dengan anak kecil seperti Adel! Tomi berguman dalam hati.

Terpopuler

Comments

Pengghosting novel T_T

Pengghosting novel T_T

Cocok cocok ajalah kalo berjodoh lagian juga gak ada yang mau menolak kalo di suguhi duren sawit(Duda keren sarang duit) plus buy one get one dapet bapak geratis anak😂😋

2021-07-05

2

🐈 petit chat 🐈

🐈 petit chat 🐈

jodohkan sama aku aja deh.. ga nolak aku tuuh 🤣🤣🤣

2021-04-17

1

Tatikkim

Tatikkim

ya udah sama aq j om🤭🤭

2021-04-16

0

lihat semua
Episodes
1 Prakata
2 1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3 2. Awal yang manis
4 3. Masalalu dokter Tomi
5 4. Kebetulan atau Takdir?
6 5. Kambuh lagi
7 6. Bertemu Mantan Istri
8 7. Kemarahan Tuan Wijaya
9 8. Penawaran
10 9. Rencana Makan Malam
11 10. Kecewa
12 11. Heels yang patah
13 12. Teror
14 13. Jalan-jalan
15 14. Tidak Sengaja Bertemu
16 15. Terjebak
17 16. Baper
18 17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19 18. Marah
20 19. Kejahilan Adel
21 20. Berita mengejutkan
22 21. Koma
23 22. Mimpi
24 23. Kebenaran
25 24. Hanya Adik
26 25. Terpaksa
27 26. Bangun
28 27. Lelaki tidak jelas
29 28. Tidak mau saling menyakiti
30 29. Will You Marry Me?
31 30. Rencana Piknik
32 31. Marah
33 32. Alasan Bercerai
34 33. Apa yang terjadi pada Dea?
35 34. Dea:(
36 35. Bocah Edan
37 36. Kelakuan Adit
38 37. Teror (2)
39 38. Gaun Pernikahan
40 39. Mencari Bukti
41 40. H-2
42 41. H-1
43 42. Wedding
44 43. Wedding (2)
45 44. Baper (2)
46 45. Berita Putra
47 46. Malam itu
48 47. Bingung
49 48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50 49. Putra Bertemu Ana
51 50. Bertemu Adit Lagi
52 51. Titik terang
53 52. Tentang Lana
54 53. Cemburu
55 54. Gagal
56 55. Masak dan Adnan
57 56. Lana harus mati
58 57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59 58. Mencari Adnan dan perceraian
60 59. Sudahi
61 60. Superhero
62 61. Rencan yang gagal
63 62. Ternyata
64 63. Permintaan Kayla
65 64. Bohong
66 65. Kedatangan Arsel
67 66. Kambing hitam
68 67. Khawatir
69 68. Pencarian
70 69. Pencarian (2)
71 70. Akankah?
72 71. Harus Selamat
73 72. Kabar baik dan buruk
74 73. Berniat Pergi
75 74. Benar Pergi
76 1 Menjadi Sosok baru (S2)
77 2 Saling merindu (S2)
78 3 Sakit Hati (S2)
79 4 Sheira Namira (S2)
80 5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81 6 Privasi (S2)
82 7 Sosial media (S2)
83 8. Balasan (S2)
84 9 Kehilangan Kontrol (S2)
85 10 Bukan Bercanda (S2)
86 11. Akhirnya (S2)
87 12 Melepas rindu (S2)
88 13 Bertemu Mama (S2)
89 14 Rasa yang tidak salah (S2)
90 15. Ketakutan terdalam (S2)
91 16. Terkejut dan Bingung (S2)
92 17. Tentang Percaya (S2)
93 18 Pilihan (S2)
94 19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95 BONCHAP
96 Lihat dulu, kuy
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Prakata
2
1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3
2. Awal yang manis
4
3. Masalalu dokter Tomi
5
4. Kebetulan atau Takdir?
6
5. Kambuh lagi
7
6. Bertemu Mantan Istri
8
7. Kemarahan Tuan Wijaya
9
8. Penawaran
10
9. Rencana Makan Malam
11
10. Kecewa
12
11. Heels yang patah
13
12. Teror
14
13. Jalan-jalan
15
14. Tidak Sengaja Bertemu
16
15. Terjebak
17
16. Baper
18
17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19
18. Marah
20
19. Kejahilan Adel
21
20. Berita mengejutkan
22
21. Koma
23
22. Mimpi
24
23. Kebenaran
25
24. Hanya Adik
26
25. Terpaksa
27
26. Bangun
28
27. Lelaki tidak jelas
29
28. Tidak mau saling menyakiti
30
29. Will You Marry Me?
31
30. Rencana Piknik
32
31. Marah
33
32. Alasan Bercerai
34
33. Apa yang terjadi pada Dea?
35
34. Dea:(
36
35. Bocah Edan
37
36. Kelakuan Adit
38
37. Teror (2)
39
38. Gaun Pernikahan
40
39. Mencari Bukti
41
40. H-2
42
41. H-1
43
42. Wedding
44
43. Wedding (2)
45
44. Baper (2)
46
45. Berita Putra
47
46. Malam itu
48
47. Bingung
49
48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50
49. Putra Bertemu Ana
51
50. Bertemu Adit Lagi
52
51. Titik terang
53
52. Tentang Lana
54
53. Cemburu
55
54. Gagal
56
55. Masak dan Adnan
57
56. Lana harus mati
58
57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59
58. Mencari Adnan dan perceraian
60
59. Sudahi
61
60. Superhero
62
61. Rencan yang gagal
63
62. Ternyata
64
63. Permintaan Kayla
65
64. Bohong
66
65. Kedatangan Arsel
67
66. Kambing hitam
68
67. Khawatir
69
68. Pencarian
70
69. Pencarian (2)
71
70. Akankah?
72
71. Harus Selamat
73
72. Kabar baik dan buruk
74
73. Berniat Pergi
75
74. Benar Pergi
76
1 Menjadi Sosok baru (S2)
77
2 Saling merindu (S2)
78
3 Sakit Hati (S2)
79
4 Sheira Namira (S2)
80
5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81
6 Privasi (S2)
82
7 Sosial media (S2)
83
8. Balasan (S2)
84
9 Kehilangan Kontrol (S2)
85
10 Bukan Bercanda (S2)
86
11. Akhirnya (S2)
87
12 Melepas rindu (S2)
88
13 Bertemu Mama (S2)
89
14 Rasa yang tidak salah (S2)
90
15. Ketakutan terdalam (S2)
91
16. Terkejut dan Bingung (S2)
92
17. Tentang Percaya (S2)
93
18 Pilihan (S2)
94
19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95
BONCHAP
96
Lihat dulu, kuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!