1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi

Namanya Adela Putri Wijaya, anak dari seorang pejabat daerah yang kini harus terbaring di rumah sakit karena penyakit jantung bawaanya kembali kambuh. Gadis yang sedang menjalani pendidikan di salah satu universitas terkenal di Jakarta itu harus rela menuda masa belajarnya, mungkin untuk beberapa minggu ke depan.

"Pah...," katanya lirih, tubuhnya masih lemas tidak berdaya berbaring di ranjang rumah sakit.

Kegiatan pendakian membuat kondisinya down. Padahal seingat Adel tidak ada kegiatan yang benar-benar menguras tenaga, namun ketika kejadian menghilangnya salah satu temannya di hutan membuat Adel terkejut bukan main, sampai jantungnya terasa sangat sakit.

"Bima gimana Pah, dia udah ketemu?" Adel menanyakan teman seangkatannya itu. Ia sungguh khawatir dan ingin tahu kabar terbarunya.

Sang Ayah yang setia menunggu di kursi sebelah ranjang rumah sakit, mengelus lembut rambut Adel dengan penuh rasa kasih sayang. "Sayang, kamu tenang aja Bima sedang dievakuasi oleh tim sar. Dia sudah ditemukan beberapa jam yang lalu."

Adel menghela napas lega, matanya memejam bersyukur teman dekatnya itu sudah ditemukan.

"Maafin Adel Pah, nggak nurutin perkataan Papah dan lagi-lagi Adel nyusahin Papah," katanya berubah sedih.

Acara pendakian ke salah satu objek wisata di Kota Bandung tersebut memang menantang. Adel suka hal-hal yang berbau dengan alam. Dia menghiraukan kondisi tubuhnya yang tidak normal seperti kebanyakan teman yang lain, hingga membuatnya mendapatkan karma 'instan'.

"Nggak apa-apa sayang, ini sudah kewajiban Papah untuk menjaga satu-satunya wanita yang ada di keluarga Wijaya. Kamu istirahat saja, jangan berpikiran macem-macem tentang hal lain. Pokuskan dulu dengan kesehatan tubuh. Papah mau keluar, nyari makanan. Bentar lagi, ada dokter yang ke sini."

Adel hanya bisa mengangguk, pertanda memahami ucapan Papahnya.

Tidak lama kemudian, setelah Papah keluar dari kamar rawat. Seorang dokter dengan satu perawat membuka pintu. Adel taksir dokter tersebut berumur dua puluh lima tahunan.

Tapi ketika melihat wajahnya Adel merasa asing. Apa dokter baru? Karena biasanya yang menangani Adel adalah Dokter Fatma, wanita paruh bayah yang sudah memiliki cicit lima. Adel sudah hampir hapal dokter-dokter yang berada di rumah sakit ini, karena setengah umurnya dihabiskan di sini.

"Hai, Adel? Gimana keadaanya sudah merasa baikkan?" tanyanya menghampiri ranjang Adel. Tangan dokter tersebut mengambil stetoskop yang menggantung di lehernya. Kemudian menempelkan benda tersebut di bagian dada Adel yang tertutup baju khusus rumah sakit.

Adel tersenyum, jantungnya berdetak cepat bahkan membuat jam pendeteksi detak jantung yang melingkar di lengannya terus-terusan berbunyi, persis ketika dokter itu memajukan sedikit tubuhnya untuk memeriksa.

Adel mengerjap dengan rasa gugup dia berbicara. "Dok, aku nggak apa-apa, gausah khawatir. Kebiasaan nih, jamnya udah mulai rusak suka bunyi tiba-tiba."

Dokter itu mengangguk, mengulum senyum. Nampaknya pasien muda satu ini sedang terpesona dengan wajah tampannya. Bukan dia terlalu percaya diri, tapi pembuktiannya sudah banyak. Pipinya bersemu merah.

"Nama dokter siapa?" Adel menghela napas lega saat jamnya sudah tidak berbunyi lagi.

Adel bisa lihat, dokter itu

menyuruh perawat yang berada di sampingnya untuk menuliskan sesuatu yang tidak Adel mengerti.

"Saya Tomi dokter baru kamu."

"Emang Dokter Fatma kemana?"

"Oh, Ayah kamu belum bilang kalau Dokter Fatma sudah pensiun?"

Mendegar hal itu, Adel menampilkan mimik sedihnya. Tidak rela dokter yang menanganinya sejak kecil itu harus pensiun.

"Kenapa kamu keliatan nggak senang?" tanya Dokter Tomi, tangannya mengambil wadah infus yang isinya hampir habis. Ia menggantinya dengan yang baru.

"Dokter Fatma udah aku anggap Ibu kedua, dia baik banget suka ngasih semangat. Terus waktu kecil kalau aku nangis karena kesakitan sering dibeliin hadiah," balas Adel dengan nada polos.

"Wah, kira-kira kalau saya yang menangani kamu dari kecil. Kamu bakal anggap saya apa?"

Adel kebingungan dengan pertanyaan dokter itu, mungkin sedang melawak?

"Nggak lucu ya?" Dokter Tomi tertawa garing.

"Dokter aneh."

"Kamu orang kesekian yang bilang saya aneh." Dokter tersebut tertawa, membuat Adel bergidik ngeri. Ganteng sih tapi aneh!

"Sudah ya ngajak ngobrolnya. Saya mau keliling dulu ke pasien lain," pamit Dokter Tomi membuat Adel mendelik. Memang siapa yang mengajak dokter itu mengobrol? Bukannya dia yang nanya duluan, nyebelin banget.

Adel menatap dokter itu sampai pintu tertutup rapat. Ada satu hal yang Adel sukai dari dokter aneh itu dia memiliki kharisma yang mempesona. Tubuhnya yang tegap dengan dada bidang, kalau kata anak zaman sekarang itu sangat pelukable. Ah, Adel jadi membayangkan bagaimana rasanya bersandar di sana.

***

Tomi Bagus Alamsyah, Dokter Spesialis Jantung. Ia berumur tiga puluh tahun, sekarang bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Dokter yang masih terbilang muda itu tengah menerima telepon.

Setelah memeriksa salah satu pasiennya, dia langsung kembali ke ruangannya karena pasien yang berada di kamar rawat sudah selesai di-check up.

Tomi duduk di kursi yang baru beberapa hari menjadi miliknya. Dia menyender santai dengan ponsel menempel di telinga.

"Halo kesayangan ayah?" tanyanya setelah mendial nomor dengan nama 'Little Girl'.

"Ayah! Kiki di sekolah dapet bintang lima, kata Bu gulu gambal punya Kiki bagus."

"Anak Ayah hebat sekali! Emang Kiki gambar apa?"

"Gambal boneka belbie, hihi tapi Kiki ndak bisa bikin palanya. Palanya gede ndak bulet sempulna, tapi kata Bu gulu tetep bagus, Ayah!"

"Keren! Nanti Ayah masukin les gambar mau?"

"Ih, ndak mau Ayah! Kiki capek pagi sekolah, pulang sekolah telus les piano, belum les nyanyi. Ndak mau les-les lagi!"

"Yaudah iya maafin Ayah ya sayang. Sebagai permintaan maaf, Kiki mau dibeliin hadiah apa?"

"Eummm... Ayah ndak usah kasih hadiah. Tapi... Ayah harus nginep sini rumah mama, Kiki kangen."

"Maaf sayang, Ayah ada shift malam hari ini."

"Nanti-nanti telus tapi nggak pernah jadi. Kiki ndak suka!"

"Hari minggu nginep di rumah Ayah, oke?"

"Ndak mau, nenek galak." Terdengar nada kecewa dari suaranya, membuat Dokter Tomi menghela napas.

"Jangan sedih, nanti Ayah ikutan sedih."

"Ayah yang bikin Kiki sedih."

"Maafin, Ayah janji nggak akan begini lagi. Ayah akan luangin waktu yang banyak buat Kiki."

"Bohong telus, udah ah males ngomong sama Ayah."

Tut.. Tut... Tut...

Sambungan dimatikan secara sepihak, Dokter Tomi memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing. Dia merasa bersalah dengan gadis kecil itu, tapi ada beberapa alasan yang membuatnya tidak bisa mengabulkan permintaannya.

"Maafin Ayah sayang," katanya lirih seraya mengelus layar ponsel yang menampilkan foto anak perempuan berumur lima tahun yang sedang menunjukan giginya. Anak itu terlihat bahagia berdiri di tengah-tengah kedua orangtuanya.

TBC

***

Jangan lupa vote, coment, like dan rate. Makasih 😁

Terpopuler

Comments

LANY SUSANA

LANY SUSANA

waw dokter nya duren ya 😂😂🤭

2022-04-04

1

Arin

Arin

wah kirain msih single,ech gtaunya udh ada buntutnya....🤭

2022-04-03

1

Aeyma Rahma

Aeyma Rahma

owh duda anak satu ya thor😁

2022-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Prakata
2 1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3 2. Awal yang manis
4 3. Masalalu dokter Tomi
5 4. Kebetulan atau Takdir?
6 5. Kambuh lagi
7 6. Bertemu Mantan Istri
8 7. Kemarahan Tuan Wijaya
9 8. Penawaran
10 9. Rencana Makan Malam
11 10. Kecewa
12 11. Heels yang patah
13 12. Teror
14 13. Jalan-jalan
15 14. Tidak Sengaja Bertemu
16 15. Terjebak
17 16. Baper
18 17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19 18. Marah
20 19. Kejahilan Adel
21 20. Berita mengejutkan
22 21. Koma
23 22. Mimpi
24 23. Kebenaran
25 24. Hanya Adik
26 25. Terpaksa
27 26. Bangun
28 27. Lelaki tidak jelas
29 28. Tidak mau saling menyakiti
30 29. Will You Marry Me?
31 30. Rencana Piknik
32 31. Marah
33 32. Alasan Bercerai
34 33. Apa yang terjadi pada Dea?
35 34. Dea:(
36 35. Bocah Edan
37 36. Kelakuan Adit
38 37. Teror (2)
39 38. Gaun Pernikahan
40 39. Mencari Bukti
41 40. H-2
42 41. H-1
43 42. Wedding
44 43. Wedding (2)
45 44. Baper (2)
46 45. Berita Putra
47 46. Malam itu
48 47. Bingung
49 48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50 49. Putra Bertemu Ana
51 50. Bertemu Adit Lagi
52 51. Titik terang
53 52. Tentang Lana
54 53. Cemburu
55 54. Gagal
56 55. Masak dan Adnan
57 56. Lana harus mati
58 57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59 58. Mencari Adnan dan perceraian
60 59. Sudahi
61 60. Superhero
62 61. Rencan yang gagal
63 62. Ternyata
64 63. Permintaan Kayla
65 64. Bohong
66 65. Kedatangan Arsel
67 66. Kambing hitam
68 67. Khawatir
69 68. Pencarian
70 69. Pencarian (2)
71 70. Akankah?
72 71. Harus Selamat
73 72. Kabar baik dan buruk
74 73. Berniat Pergi
75 74. Benar Pergi
76 1 Menjadi Sosok baru (S2)
77 2 Saling merindu (S2)
78 3 Sakit Hati (S2)
79 4 Sheira Namira (S2)
80 5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81 6 Privasi (S2)
82 7 Sosial media (S2)
83 8. Balasan (S2)
84 9 Kehilangan Kontrol (S2)
85 10 Bukan Bercanda (S2)
86 11. Akhirnya (S2)
87 12 Melepas rindu (S2)
88 13 Bertemu Mama (S2)
89 14 Rasa yang tidak salah (S2)
90 15. Ketakutan terdalam (S2)
91 16. Terkejut dan Bingung (S2)
92 17. Tentang Percaya (S2)
93 18 Pilihan (S2)
94 19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95 BONCHAP
96 Lihat dulu, kuy
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Prakata
2
1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3
2. Awal yang manis
4
3. Masalalu dokter Tomi
5
4. Kebetulan atau Takdir?
6
5. Kambuh lagi
7
6. Bertemu Mantan Istri
8
7. Kemarahan Tuan Wijaya
9
8. Penawaran
10
9. Rencana Makan Malam
11
10. Kecewa
12
11. Heels yang patah
13
12. Teror
14
13. Jalan-jalan
15
14. Tidak Sengaja Bertemu
16
15. Terjebak
17
16. Baper
18
17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19
18. Marah
20
19. Kejahilan Adel
21
20. Berita mengejutkan
22
21. Koma
23
22. Mimpi
24
23. Kebenaran
25
24. Hanya Adik
26
25. Terpaksa
27
26. Bangun
28
27. Lelaki tidak jelas
29
28. Tidak mau saling menyakiti
30
29. Will You Marry Me?
31
30. Rencana Piknik
32
31. Marah
33
32. Alasan Bercerai
34
33. Apa yang terjadi pada Dea?
35
34. Dea:(
36
35. Bocah Edan
37
36. Kelakuan Adit
38
37. Teror (2)
39
38. Gaun Pernikahan
40
39. Mencari Bukti
41
40. H-2
42
41. H-1
43
42. Wedding
44
43. Wedding (2)
45
44. Baper (2)
46
45. Berita Putra
47
46. Malam itu
48
47. Bingung
49
48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50
49. Putra Bertemu Ana
51
50. Bertemu Adit Lagi
52
51. Titik terang
53
52. Tentang Lana
54
53. Cemburu
55
54. Gagal
56
55. Masak dan Adnan
57
56. Lana harus mati
58
57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59
58. Mencari Adnan dan perceraian
60
59. Sudahi
61
60. Superhero
62
61. Rencan yang gagal
63
62. Ternyata
64
63. Permintaan Kayla
65
64. Bohong
66
65. Kedatangan Arsel
67
66. Kambing hitam
68
67. Khawatir
69
68. Pencarian
70
69. Pencarian (2)
71
70. Akankah?
72
71. Harus Selamat
73
72. Kabar baik dan buruk
74
73. Berniat Pergi
75
74. Benar Pergi
76
1 Menjadi Sosok baru (S2)
77
2 Saling merindu (S2)
78
3 Sakit Hati (S2)
79
4 Sheira Namira (S2)
80
5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81
6 Privasi (S2)
82
7 Sosial media (S2)
83
8. Balasan (S2)
84
9 Kehilangan Kontrol (S2)
85
10 Bukan Bercanda (S2)
86
11. Akhirnya (S2)
87
12 Melepas rindu (S2)
88
13 Bertemu Mama (S2)
89
14 Rasa yang tidak salah (S2)
90
15. Ketakutan terdalam (S2)
91
16. Terkejut dan Bingung (S2)
92
17. Tentang Percaya (S2)
93
18 Pilihan (S2)
94
19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95
BONCHAP
96
Lihat dulu, kuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!