16. Baper

Tragedi Biang Lala yang berhenti membuat mereka berlima panik, namun setelah menunggu beberapa menit diperbaiki, akhirnya mereka bisa turun. Katanya ada kesalahan teknis yang disebabkan oleh pegawai yang lalai menjalankan tugas.

Tomi, Kiki dan Putra pun sudah pulih dari keterkejukan, bahkan Kiki sudah terlihat ceria lagi sambil memakan ice cream disuapi oleh Putra.

Sedangkan, gadis muda yang berada di hadapan mereka bertiga yaitu Adel dan Dea masih nampak shock.

"Adel? Dea? Are you oke?" tanya Tomi hati-hati, tidak bisa dipungkiri dirinya khawatir. Namun, tidak ada sahutan.

Adel masih menutup wajahnya dengan kedua tangan, sementara Dea melamun tatapannya mengarah ke luar Caffe yang mereka kunjungi, ada hal yang sedang menjadi beban pikirannya.

Adel merasakan ponselnya bergetar disaku celana. Melihat nama Kak Friska yang berada di layar ponselnya, ia buru-buru mengangkat.

"ADELLLLLLL!" Adel menjauhkan ponselnya, suara Kak Friska benar-benar memekakkan telinga.

"KAMU ITU YA KEBIASAAN SUKA BIKIN KHAWATIR! CEPET PULANG!"

Nah, kan tidak di loudspeaker saja bisa membuat orang yang disekitar Adel mendengarnya, bukannya menjawab dengan kurang ajarnya Adel langsung mematikan sambungan, siap-siap sampai rumah diomeli.

"Biar saya antar kamu sama Dea," tawar Tomi membuat Dea langsung bereaksi. Dia sudah sadar dari lamunannya karena mendengar suara Kak Friska.

"Nggak usah Dok, saya sama Adel bawa mobil," balas Dea.

"De..." Meski rasa malu akibat menangis di sangkar Biang Lala masih ada, Adel tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Kapan lagi pulang bareng Dokter Tomi?

"Adel please jangan berulah lagi..."

"Bukan gitu, aku tau gara-gara tadi kamu pasti masih kaget dan lelah. Toh, rumah kita kan nggak searah. Lebih menghemat waktu kalau aku ikut sama Dokter Tomi."

Dea menatap Adel berang. "Lo bisa pulang bareng pengawal."

"Sebelum masuk sini, udah Adel suruh pulang."

"Del!" bentak Dea gregetan. Pantas saja, pengawal itu tidak keliatan dari tadi. Dasar, Adel menyebalkan!

"Maaf ya aku pulang sama Dokter Tomi. Ini kan menguntungkan juga buat kamu, De. Biar bisa cepet-cepet pulang ke rumah."

Dea mendelik, dia berdiri. Kemudian mengambil tasnya yang ditaruh di meja, tanpa sepatah katapun Dea pergi meninggalkan tempat itu. Adel tidak mengerti, jika Papahnya yang super galak itu sudah memerintah Dea untuk menjaga Adel. Jika beliau tahu Dea tidak amanah, siapa yang dirugikan?

"Terserah!" bentaknya sebelum pergi.

"Dea nggak pengertian banget," gumam Adel kesal, harusnya sebagai sahabat, Dea mendukungnya untuk dekat dengan Dokter Tomi.

"Mau pulang kapan Dok?" tanya Adel pada Dokter Tomi yang sedari tadi hanya menyimak percakapan keduanya.

"Saya nggak suka sikap kamu sama Dea," kata Tomi dengan tatapan serius.

"Hah? Emang salah ya? Itu kan biar Dea nggak bolak-balik, Dok," balas Adel merasa tidak bersalah.

"Pikir saja sendiri."

Loh? kok jadi Dokter Tomi yang marah, perasaan sikap yang Adel tampilkan biasa saja.

"Kak, kayaknya gue nggak bisa balik bareng Kakak sama Kiki. Gue ada urusan sama temen," celetuk Putra membuat Tomi mengalihkan tatapannya pada Putra.

Putra mengambil sesuatu di celananya. "Nih, kuncinya. Bilangin sana mama gue pulang agak maleman."

"Ngedadak?" tanya Tomi bingung, padahal ketika Putra diajak untuk bermain ke Dufan, adiknya itu mengatakan sedang free alias sedang tidak ada kerjaan.

Putra mengangguk, dia mencium pipi chubby milik Kiki, anak itu sedang menyuapkan ice creamnya ke mulut asyik dengan dunianya sendiri. "Ki, Om pergi dulu yah?"

Kiki mengangguk, tanpa mengalihkan tatapannya.

"Hati-hati Put!" kata Tomi ketika Putra sudah berjalan menuju ke luar restoran.

"Hai Kiki, enak ice cream-nya?" tanya Adel yang akhrinya bisa mendekati Kiki, sebab tadi ada Putra yang memasang wajah antisipasi, seolah Adel tidak boleh menyentuh Kiki.

Kiki mengangguk, "enak."

"Mau lagi nggak ice cream-nya?" tawar Adel, melihat pipi bapau Kiki tangan Adel terangkat mencubitnya membuat anak itu mendongkak.

"Jangan cubit-cubit!" marahnya dengan mata melotot. "Kakak jangan ganggu Kiki! Kata Ayah kalau lagi makan jangan sambil ngoblol!"

Adel nyengir. "Maaf."

Kemudian menatap Dokter Tomi. "Dokter nggak pesen ice cream?"

Tomi menggelengkan kepalanya. Walaupun dia tidak suka dengan sikap Adel pada temannya, Tomi tetap menanggapi pertanyaan Adel. "Saya nggak suka manis."

Adel mengangguk paham. "Tapi kalau orang yang manis, Dokter suka nggak?" tanya Adel mulai berani menggoda bapak beranak satu itu.

"Eh, saya mau tanya dulu definisi orang manis itu seperti apa? Orang yang dipenuhi gulakah atau orang yang dikerubuti semut?"

Tomi mengulum senyumnya ketika Adel memasang wajah cemberut.

"Payah, dokter Tomi nggak bisa diajak becanda."

"Saya kan maunya yang serius-serius. Kamu mau serius sama saya?"

Deg!

Adel merasakan jantungnya berdetak kencang. Tolong kondisikan pipinya yang mulai terasa panas, jangan sampai Dokter Tomi tau Adel salting

"Dokter nggak lagi ngelamar Adel kan?" tanya Adel dengan nada hati-hati.

Dokter Tomi tertawa ngakak. "Ternyata kamu juga nggak bisa diajak becanda."

Adel mendengus kesal. Tiba-tiba jari jempol dan telunjuk kiri kanan menyatu, membuat sebuah Love. "Dokter tahu, tadi pas dokter ngajak serius hati Adel masih utuh."

"Terus pas bilang cuman becanda, ambyar jadi potek!" lanjutnya seraya menjauhkan jari-jarinya plus dengan raut wajah kecewa.

"Adel-Adel kamu harus belajar supaya nggak mudah baperan," ucap Tomi masih tersisa tawanya.

Sejak kenal dengan Adel, Tomi jadi sering tertawa. Ada saja kelakuannya yang membuat perutnya tergelitik.

"Ayah udah habis!" celetuk Kiki dengan sekitar mulut cemong, bahkan bajunya juga terkena cipratan ice cream yang dimakannya. "Ayah pulang yuk! Kiki ngantuk pengen bobo."

Tomi membersihkan bibir Kiki dengan telaten menggunakan tisu. "Ayah ingetin lagi ya, jangan makan belepotan begini harus rapih Kiki kan sudah besar mau enam tahun. Masa cara makannya belepotan gini?"

Kiki menatap ayahnya sendu. "Maaf, ayah tadi Kiki mau minta suapin. Tapi, ayah lagi ngobrol sama Kakak itu."

Tomi membuang tisunya ke tong sampah yang berada di dekat mejanya, kemudian mengelus rambut Kiki. "Yaudah nggak apa-apa. Maafin ayah juga, nggak nyuapin Kiki."

Kiki mengangguk, lalu mencoba turun dari kursi. "Ayah ayo pulang."

Adel yang masih terpukau dengan perlakuan dan kasih sayang yang diberikan oleh Dokter Tomi pada Kiki hanya bisa senyum-senyum tidak jelas.

Beruntungnya Adel jika mendapat suami seperti Dokter Tomi yang perhatian. Duda idaman!

Namun, tiba-tiba Adel tersentak saat tangannya terasa hangat, dia melihat ke bawah. Ternyata ada seseorang yang menggegam tangannya.

"Ayo pulang," ajaknya membuat jantung Adel semakin menggila.

Kenapa Dokter Tomi romantis banget sih?

Terpopuler

Comments

Umriyah Purnawati Sholikhah

Umriyah Purnawati Sholikhah

para tokohnya bnyk yg menyebalkan

2022-02-13

0

Ima Yuliantina

Ima Yuliantina

ga solid banget demi cow

2021-08-13

0

Fitri Sasa

Fitri Sasa

lanjut

2020-06-08

2

lihat semua
Episodes
1 Prakata
2 1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3 2. Awal yang manis
4 3. Masalalu dokter Tomi
5 4. Kebetulan atau Takdir?
6 5. Kambuh lagi
7 6. Bertemu Mantan Istri
8 7. Kemarahan Tuan Wijaya
9 8. Penawaran
10 9. Rencana Makan Malam
11 10. Kecewa
12 11. Heels yang patah
13 12. Teror
14 13. Jalan-jalan
15 14. Tidak Sengaja Bertemu
16 15. Terjebak
17 16. Baper
18 17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19 18. Marah
20 19. Kejahilan Adel
21 20. Berita mengejutkan
22 21. Koma
23 22. Mimpi
24 23. Kebenaran
25 24. Hanya Adik
26 25. Terpaksa
27 26. Bangun
28 27. Lelaki tidak jelas
29 28. Tidak mau saling menyakiti
30 29. Will You Marry Me?
31 30. Rencana Piknik
32 31. Marah
33 32. Alasan Bercerai
34 33. Apa yang terjadi pada Dea?
35 34. Dea:(
36 35. Bocah Edan
37 36. Kelakuan Adit
38 37. Teror (2)
39 38. Gaun Pernikahan
40 39. Mencari Bukti
41 40. H-2
42 41. H-1
43 42. Wedding
44 43. Wedding (2)
45 44. Baper (2)
46 45. Berita Putra
47 46. Malam itu
48 47. Bingung
49 48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50 49. Putra Bertemu Ana
51 50. Bertemu Adit Lagi
52 51. Titik terang
53 52. Tentang Lana
54 53. Cemburu
55 54. Gagal
56 55. Masak dan Adnan
57 56. Lana harus mati
58 57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59 58. Mencari Adnan dan perceraian
60 59. Sudahi
61 60. Superhero
62 61. Rencan yang gagal
63 62. Ternyata
64 63. Permintaan Kayla
65 64. Bohong
66 65. Kedatangan Arsel
67 66. Kambing hitam
68 67. Khawatir
69 68. Pencarian
70 69. Pencarian (2)
71 70. Akankah?
72 71. Harus Selamat
73 72. Kabar baik dan buruk
74 73. Berniat Pergi
75 74. Benar Pergi
76 1 Menjadi Sosok baru (S2)
77 2 Saling merindu (S2)
78 3 Sakit Hati (S2)
79 4 Sheira Namira (S2)
80 5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81 6 Privasi (S2)
82 7 Sosial media (S2)
83 8. Balasan (S2)
84 9 Kehilangan Kontrol (S2)
85 10 Bukan Bercanda (S2)
86 11. Akhirnya (S2)
87 12 Melepas rindu (S2)
88 13 Bertemu Mama (S2)
89 14 Rasa yang tidak salah (S2)
90 15. Ketakutan terdalam (S2)
91 16. Terkejut dan Bingung (S2)
92 17. Tentang Percaya (S2)
93 18 Pilihan (S2)
94 19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95 BONCHAP
96 Lihat dulu, kuy
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Prakata
2
1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3
2. Awal yang manis
4
3. Masalalu dokter Tomi
5
4. Kebetulan atau Takdir?
6
5. Kambuh lagi
7
6. Bertemu Mantan Istri
8
7. Kemarahan Tuan Wijaya
9
8. Penawaran
10
9. Rencana Makan Malam
11
10. Kecewa
12
11. Heels yang patah
13
12. Teror
14
13. Jalan-jalan
15
14. Tidak Sengaja Bertemu
16
15. Terjebak
17
16. Baper
18
17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19
18. Marah
20
19. Kejahilan Adel
21
20. Berita mengejutkan
22
21. Koma
23
22. Mimpi
24
23. Kebenaran
25
24. Hanya Adik
26
25. Terpaksa
27
26. Bangun
28
27. Lelaki tidak jelas
29
28. Tidak mau saling menyakiti
30
29. Will You Marry Me?
31
30. Rencana Piknik
32
31. Marah
33
32. Alasan Bercerai
34
33. Apa yang terjadi pada Dea?
35
34. Dea:(
36
35. Bocah Edan
37
36. Kelakuan Adit
38
37. Teror (2)
39
38. Gaun Pernikahan
40
39. Mencari Bukti
41
40. H-2
42
41. H-1
43
42. Wedding
44
43. Wedding (2)
45
44. Baper (2)
46
45. Berita Putra
47
46. Malam itu
48
47. Bingung
49
48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50
49. Putra Bertemu Ana
51
50. Bertemu Adit Lagi
52
51. Titik terang
53
52. Tentang Lana
54
53. Cemburu
55
54. Gagal
56
55. Masak dan Adnan
57
56. Lana harus mati
58
57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59
58. Mencari Adnan dan perceraian
60
59. Sudahi
61
60. Superhero
62
61. Rencan yang gagal
63
62. Ternyata
64
63. Permintaan Kayla
65
64. Bohong
66
65. Kedatangan Arsel
67
66. Kambing hitam
68
67. Khawatir
69
68. Pencarian
70
69. Pencarian (2)
71
70. Akankah?
72
71. Harus Selamat
73
72. Kabar baik dan buruk
74
73. Berniat Pergi
75
74. Benar Pergi
76
1 Menjadi Sosok baru (S2)
77
2 Saling merindu (S2)
78
3 Sakit Hati (S2)
79
4 Sheira Namira (S2)
80
5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81
6 Privasi (S2)
82
7 Sosial media (S2)
83
8. Balasan (S2)
84
9 Kehilangan Kontrol (S2)
85
10 Bukan Bercanda (S2)
86
11. Akhirnya (S2)
87
12 Melepas rindu (S2)
88
13 Bertemu Mama (S2)
89
14 Rasa yang tidak salah (S2)
90
15. Ketakutan terdalam (S2)
91
16. Terkejut dan Bingung (S2)
92
17. Tentang Percaya (S2)
93
18 Pilihan (S2)
94
19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95
BONCHAP
96
Lihat dulu, kuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!