11. Heels yang patah

Adel menatap jalanan, di sana banyak kendaraan roda dua maupun empat yang hilir mudik di depannya. Adel dan Dokter Tomi masih setia berdiri di samping trotoar. Mereka sedang terlarut dengan pikiran masing-masing.

"Dokter nggak berniat menikah lagi?" tanya Adel, mulutnya tidak tahan untuk tidak mengeluarkan pertanyaan tersebut.

Tomi menatap Adel dari samping. Tidak bisa dipungkiri gadis itu terlihat cantik dengan balutan dress selutut berwarna putih dan rambut yang terurai dihiasi jepit rambut di sisi kanannya. Ditambah polesan makeup yang tidak terlalu berlebihan. Sederhana dan menarik.

"Kamu takut saya nikah dengan orang lain?" Tomi malah membalikan pertanyaan. Niat hati ingin bergurau, tetapi ditanggapi serius oleh Adel.

Adel mendelik, sewot. "Jangan kepedean! Jujur, Adel memang sempet tertarik sama perjodohan ini tapi setelah dipikir-pikir, kenapa harus sama duda? Sementara di dunia ini masih banyak lelaki yang single?"

Tomi hanya mengulum senyum, dia ingin berkata sesuatu kepada Adel tentang dirinya. "Sebelumnya saya tidak pernah berhubungan dengan gadis lebih muda. Katakanlah selera saya selalu jatuh pada perempuan-perempuan yang sudah banyak pengalaman. Saya___"

"Stop! Jangan dilanjutin." Adel malas mendengarkan ocehan Dokter Tomi dengan tipe perempuan idamannya. "Mending sekarang dokter tepati janji yang waktu itu, temani Adel jalan-jalan."

Tomi mengangkat alisnya, dia berpikir tentang janjinya. Ah, perasaan Tomi tidak pernah berjanji apapun. "Janji? Saya tidak pernah berjanji apapun dengan kamu."

Adel tersenyum masam. Dasar dokter nyebelin! batinnya kesal. Tangannya menarik, pergelangan tangan milik Tomi.

"Deket sini ada mall, Adel pengen belanja!"

Tomi berdecak. "Sudah malam, kita balik ke resto. Angin malam tidak baik untuk kesehatan kamu. Kita bisa lain kali jalan-jalannya."

Adel menghentikan langkahnya, berbalik menatap Tomi. Matanya menatap tajam dengan bibir yang mengerucut sebal. "Oke, kalau nggak mau nemenin nggak apa-apa, Adel bisa sendiri!"

Tomi mencekal tangan Adel yang hendak berbalik, gadis itu otomatis kembali menghadap Tomi. Pandangan mereka bertemu, mata bulat Adel menatap mata hitam legam milik Tomi. Lewat pancaran mata, mereka seperti sedang berbicara. Tanpa kata, namun tersampaikan. Entah berapa waktu yang mereka habiskan untuk saling tatap.

Tomi tersadar ketika ada motor dengan suara bising melewati mereka. Ia memejamkan matanya, keadaan menjadi canggung. "Ayo! Saya nggak bisa biarin kamu jalan-jalan sendiri!"

"Adel bisa sendiri!"

Tomi menarik tangan Adel, mereka berdua berjalan menuju mall yang seingat Tomi lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki.

Sebenarnya Tomi sudah merasakan ada hal yang tidak beres, ia merasa ada yang memperhatikan mereka berdua dari tadi. Namun, dia tidak bisa mengatakan pada Adel secara gamblang. Tomi takut gadis itu terkejut dan stress. Karena tidak bisa mengajaknya pulang, mau tidak mau Tomi harus menemani Adel.

Sementara di belakang Adel mencoba mengimbangi langkahnya dengan kaki panjang milik Dokter Tomi. Tadi Adel sedikit shock dengan tatapan yang ditampilkan oleh Dokter Tomi. Dokter tersebut seperti sedang menyelami dirinya hingga Adel sulit berkata-kata.

"Argh!" ringis Adel ketika kakinya yang memakai sepatu heels itu menginjak batu. Tidak sakit, namun Adel terkejut. Dia memang tidak terbiasa memakai sepatu setinggi 5 cm milik Kak Friska ini. Adel memakainya karena paksaan dari sang kakak ipar.

Tomi menghentikan langkahnya, genggaman tangan mereka lepas. Dia berbalik, kemudian menatap gadis kecil itu dengan tatapan khawatir.

"Kamu nggak apa-apa, Del?"

"Gara-gara Dokter jalannya cepet, heelsnya jadi patah!" Adel berkata dengan nada sebal, lalu mengambil heels yang sudah terbagi dua antara penyangga dan sepatunya. Dia menatapnya dengan pandangan naas, Kak Friska sempat memberitahu jika ini adalah heels kesayangannya. Ah, nanti Adel harus bilang apa pada kakak iparnya itu.

Tomi tidak tertarik dengan heels yang patah, dia jongkok kemudian memeriksa salah satu kaki Adel yang terlihat memar.

Ketika kakinya ditekan oleh jari tangan Dokter Tomi, Adel baru sadar ternyata kakinya sakit. Padahal tadi tidak terasa, walaupun saat memakainya Adel merasa tidak nyaman.

Tanpa kata-kata dokter tersebut membuka dua sepatu yang dipakainya. Kemudian memberikannya kepada Adel. "Pakai."

Adel mengerjap bingung, lalu berkata dengan wajah polos. "Kita mau tukeran sepatu? Tapi pasti nggak cukup, kaki Dokter Tomi kan gede! Sedangkan kaki Adel kecil!"

Tomi berdecak, tangannya menyentil kening Adel. "Kamu pakai sepatu saya, biar kaki kamu tidak tambah sakit."

"Bener dokter mau pakai heels Adel?" balasnya tidak nyambung.

"Nggaklah! Nanti sampai mall kamu beli yang baru dan balikin sepatu saya."

"Dokter nggak niat buat nyeker kan?"

"Pilihan terberat karena sepatu kamu nggak muat di kaki saya."

"Tapi Dok__" Adel hendak menolak. Tidak mungkin dirinya membiarkan Dokter Tomi nyeker alias tidak pakai sepatu ke mall, mau ditaruh di mana mukanya? Mending tidak jadi saja.

"Lama mikirnya." Dokter Tomi kembali jongkok untuk memakaikan sepatunya ke kaki Adel. Setelah berhasil, tanpa persetujuan Adel dokter itu malah membuang sepatunya ke tong sampah yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Adel melotot. "Ih! Kenapa dibuang? Adel masih bisa pakai heels itu!"

"Ayo ke mall!" ajaknya tanpa menghiraukan perkataan Adel.

"Dok! Dokter!" Adel ingin sekali berbicara keras kepadanya, kenapa harus berlebihan seperti ini. Padahal sepatu itu masih bisa dipakai, dengan mematahkan penyangga satunya lagi kan sudah beres. "Ih nyebelin banget sih maen tinggal aja! Dokter tungguin!"

Lihatlah sekarang pemandangan macam apa yang mereka tampilkan. Adel dengan sepatu yang kebesaran sementara Tomi yang tidak memakai sepatu. Huh, benar-benar memalukan.

Tomi sebenarnya tahu apa yang dimaksud oleh Adel. Hatinya sedikit terganggu ketika melihat luka di kaki Adel. Tomi tidak salahkan memberikan perhatian itu kepada pasiennya sendiri? Meski dalam kebutuhan yang berbeda.

***

Di lain tempat yang tidak jauh dari posisi Adel dan Tomi. Ada seseorang dengan jacket hoodie yang terus memperhatikan keduanya. Dia terlihat mengambil ponselnya terterlak di saku.

"Bos, sepertinya Adel akan pergi ke mall. Adel tidak sendiri dia bersama seorang lelaki dewasa."

"Jangan dulu bertindak, terus pantau mereka lalu laporkan kepada saya!"

"Siap bos!"

Orang itu menutup sambungan, kemudian berjalan hati-hati mengikuti mereka dari belakang. Dia tersenyum sinis dengan kedua tangannya yang mengepal.

Mangsa yang sangat menawan.

***

Terpopuler

Comments

itin

itin

bahkan cucu cucu nya alfa ketakutan lihat emaknya dokter tomy. aura neklam nya terbawa kemana mana. pantas aja kiki takut sama neneknya. seramm

2020-12-13

3

Lamparida Hutasoit

Lamparida Hutasoit

bagus karyanya udh aku kasih rate mampir terus kecerita aku ya🤣🤣

2020-06-05

4

lihat semua
Episodes
1 Prakata
2 1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3 2. Awal yang manis
4 3. Masalalu dokter Tomi
5 4. Kebetulan atau Takdir?
6 5. Kambuh lagi
7 6. Bertemu Mantan Istri
8 7. Kemarahan Tuan Wijaya
9 8. Penawaran
10 9. Rencana Makan Malam
11 10. Kecewa
12 11. Heels yang patah
13 12. Teror
14 13. Jalan-jalan
15 14. Tidak Sengaja Bertemu
16 15. Terjebak
17 16. Baper
18 17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19 18. Marah
20 19. Kejahilan Adel
21 20. Berita mengejutkan
22 21. Koma
23 22. Mimpi
24 23. Kebenaran
25 24. Hanya Adik
26 25. Terpaksa
27 26. Bangun
28 27. Lelaki tidak jelas
29 28. Tidak mau saling menyakiti
30 29. Will You Marry Me?
31 30. Rencana Piknik
32 31. Marah
33 32. Alasan Bercerai
34 33. Apa yang terjadi pada Dea?
35 34. Dea:(
36 35. Bocah Edan
37 36. Kelakuan Adit
38 37. Teror (2)
39 38. Gaun Pernikahan
40 39. Mencari Bukti
41 40. H-2
42 41. H-1
43 42. Wedding
44 43. Wedding (2)
45 44. Baper (2)
46 45. Berita Putra
47 46. Malam itu
48 47. Bingung
49 48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50 49. Putra Bertemu Ana
51 50. Bertemu Adit Lagi
52 51. Titik terang
53 52. Tentang Lana
54 53. Cemburu
55 54. Gagal
56 55. Masak dan Adnan
57 56. Lana harus mati
58 57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59 58. Mencari Adnan dan perceraian
60 59. Sudahi
61 60. Superhero
62 61. Rencan yang gagal
63 62. Ternyata
64 63. Permintaan Kayla
65 64. Bohong
66 65. Kedatangan Arsel
67 66. Kambing hitam
68 67. Khawatir
69 68. Pencarian
70 69. Pencarian (2)
71 70. Akankah?
72 71. Harus Selamat
73 72. Kabar baik dan buruk
74 73. Berniat Pergi
75 74. Benar Pergi
76 1 Menjadi Sosok baru (S2)
77 2 Saling merindu (S2)
78 3 Sakit Hati (S2)
79 4 Sheira Namira (S2)
80 5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81 6 Privasi (S2)
82 7 Sosial media (S2)
83 8. Balasan (S2)
84 9 Kehilangan Kontrol (S2)
85 10 Bukan Bercanda (S2)
86 11. Akhirnya (S2)
87 12 Melepas rindu (S2)
88 13 Bertemu Mama (S2)
89 14 Rasa yang tidak salah (S2)
90 15. Ketakutan terdalam (S2)
91 16. Terkejut dan Bingung (S2)
92 17. Tentang Percaya (S2)
93 18 Pilihan (S2)
94 19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95 BONCHAP
96 Lihat dulu, kuy
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Prakata
2
1. Kesan pertama bertemu dokter Tomi
3
2. Awal yang manis
4
3. Masalalu dokter Tomi
5
4. Kebetulan atau Takdir?
6
5. Kambuh lagi
7
6. Bertemu Mantan Istri
8
7. Kemarahan Tuan Wijaya
9
8. Penawaran
10
9. Rencana Makan Malam
11
10. Kecewa
12
11. Heels yang patah
13
12. Teror
14
13. Jalan-jalan
15
14. Tidak Sengaja Bertemu
16
15. Terjebak
17
16. Baper
18
17. Ngaku-ngaku jadi Calon Istri
19
18. Marah
20
19. Kejahilan Adel
21
20. Berita mengejutkan
22
21. Koma
23
22. Mimpi
24
23. Kebenaran
25
24. Hanya Adik
26
25. Terpaksa
27
26. Bangun
28
27. Lelaki tidak jelas
29
28. Tidak mau saling menyakiti
30
29. Will You Marry Me?
31
30. Rencana Piknik
32
31. Marah
33
32. Alasan Bercerai
34
33. Apa yang terjadi pada Dea?
35
34. Dea:(
36
35. Bocah Edan
37
36. Kelakuan Adit
38
37. Teror (2)
39
38. Gaun Pernikahan
40
39. Mencari Bukti
41
40. H-2
42
41. H-1
43
42. Wedding
44
43. Wedding (2)
45
44. Baper (2)
46
45. Berita Putra
47
46. Malam itu
48
47. Bingung
49
48. Flashback (Masalalu Dea dan Putra)
50
49. Putra Bertemu Ana
51
50. Bertemu Adit Lagi
52
51. Titik terang
53
52. Tentang Lana
54
53. Cemburu
55
54. Gagal
56
55. Masak dan Adnan
57
56. Lana harus mati
58
57. Pembunuh Dea, bukan Lana.
59
58. Mencari Adnan dan perceraian
60
59. Sudahi
61
60. Superhero
62
61. Rencan yang gagal
63
62. Ternyata
64
63. Permintaan Kayla
65
64. Bohong
66
65. Kedatangan Arsel
67
66. Kambing hitam
68
67. Khawatir
69
68. Pencarian
70
69. Pencarian (2)
71
70. Akankah?
72
71. Harus Selamat
73
72. Kabar baik dan buruk
74
73. Berniat Pergi
75
74. Benar Pergi
76
1 Menjadi Sosok baru (S2)
77
2 Saling merindu (S2)
78
3 Sakit Hati (S2)
79
4 Sheira Namira (S2)
80
5 Rasa yang mulai hadir (S2)
81
6 Privasi (S2)
82
7 Sosial media (S2)
83
8. Balasan (S2)
84
9 Kehilangan Kontrol (S2)
85
10 Bukan Bercanda (S2)
86
11. Akhirnya (S2)
87
12 Melepas rindu (S2)
88
13 Bertemu Mama (S2)
89
14 Rasa yang tidak salah (S2)
90
15. Ketakutan terdalam (S2)
91
16. Terkejut dan Bingung (S2)
92
17. Tentang Percaya (S2)
93
18 Pilihan (S2)
94
19. Pada akhirnya semua mencoba menerima (S2) END
95
BONCHAP
96
Lihat dulu, kuy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!