Episode 18.

Di belakang sekolah ....

"Gue udah pernah peringatkan lo untuk enggak gangguin Naya lagi, tapi lo masih aja buat masalah," sungut Nino marah.

"Udahlah, mending lo cabut deh! Gue malas ladenin lo," sahut Galang acuh tak acuh.

Bugh.

Tiba-tiba Nino memukul wajah Galang, hal itu sukses memancing emosi Galang, dia sontak menatap tajam Nino.

"Lo mau cari mati, ya? Berani banget lo mukul gue?" bentak Galang.

"Memangnya siapa lo? Kenapa gue harus enggak berani?" tantang Nino.

Galang semakin emosi mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Nino, dia benar-benar naik darah.

Bugh. Bugh.

Galang gantian meninju wajah Nino lalu menendang bocah itu sampai terduduk di lantai.

Nino meringis menahan sakit pada wajah dan perutnya.

"Gue udah kasih lo kesempatan untuk pergi, tapi lo ngeyel. Sekarang rasakan itu!"

Naya dan Aruna tiba di TKP. Melihat Nino terduduk di lantai sambil meringis kesakitan, Naya sontak panik dan berlari menghampiri saudaranya itu. Galang terkejut melihat kedatangannya.

"Lo baik-baik aja?" tanya Naya cemas sembari meraba pipi Nino yang lebam.

"Sakit," rengek Nino manja.

Naya membantu Nino berdiri, lalu menatap Galang dengan tajam.

"Kenapa lo mukul dia? Kalau lo punya masalah dengan gue, jangan libatkan saudara gue!" hardik Naya.

"Dia duluan yang mulai, dia lemah tapi sok jagoan. Berlagak mau jadi pahlawan untuk saudaranya, tapi cuma jadi pecundang," ujar Galang.

"Lo itu bisanya cuma pakai kekerasan. Memangnya salah kalau dia ingin melindungi saudaranya? Memangnya salah kalau Aruna dipuji karena nilai yang bagus? Memangnya salah mereka memiliki uang? Hingga lo harus mem-bully dan merebut uang mereka?" ucap Naya kesal dengan semua tingkah Galang.

"Gue enggak pernah merebut uang siapa pun!" bantah Galang.

"Lo memang enggak turun langsung, tapi teman-teman lo itu yang ngelakuinnya dan pasti atas perintah dari lo, kan?" sela Aruna.

Galang langsung menatap tajam teman-teman satu Genk nya, "Apa gue perintahkan kalian melakukan semua itu?"

Semua anak buah Galang hanya tertunduk takut tanpa berani menjawab. Selama ini mereka memanfaatkan nama Galang untuk melakukan semua itu, merampas uang teman-temannya.

"Bukankah kita sepakat untuk enggak merampas yang bukan hak kita, haa!" bentak Galang marah.

"Maaf, kami cuma iseng," sahut Jaka.

Bugh.

Galang memukul Jaka dengan keras, "Berengsek!"

"Sudah!" teriak Naya, "walaupun lo mukul dia, lo enggak akan terlihat lebih baik dari dia. Kalian tetap sampah masyarakat!"

Kali ini Naya benar-benar mengumpulkan semua keberaniannya untuk melawan Galang.

"Lo itu siapa sampai berani menghina gue kayak gitu?" Galang menatap tajam Naya, dia tak terima Naya menghinanya seperti ini di depan semua orang.

"Gue juga korban bully lo. Mungkin bagi kalian, membuat hidup orang lain menjadi buruk itu menyenangkan. Tapi pernah enggak sekali aja kalian pikirkan perasaan kami? Gue mohon, berhentilah mem-bully orang lain. Berhentilah mengancam orang lain dengan kekerasan," jawab Naya dengan suara bergetar, matanya mulai panas dan digenangi cairan bening.

"Lo mau gue berhenti? Ada syaratnya!"

"Apa?" tanya Naya.

"Lo harus ikut gue!"

Naya mengernyit, "Ke mana?"

"Ke suatu tempat, tapi cuma lo sendiri," ujar Galang sembari melirik Aruna yang berdiri di samping Naya.

Nino menggeleng cepat, "Jangan, Nay! Lo jangan mau! Dia pasti mau macam-macam!"

Galang tertegun mendengar tuduhan Nino, dia merasa sedikit tersinggung karena dicurigai.

"Iya, Nay. Saudara lo benar, jangan mau ikut dengannya," timpal Aruna.

Naya bergeming, dia bimbang antara menuruti Galang atau Nino dan Aruna.

"Ada apa ini?" Riva tiba-tiba datang saat tahu ada ramai-ramai di belakang sekolah.

Naya dan semua orang langsung menoleh ke arah pemuda berlesung pipi itu, Galang pun menatapnya tidak suka.

Riva mendekati Naya dan memandang penuh selidik, "Nay, apa dia ganggu lo lagi?"

Naya menggeleng, "Enggak, dia berkelahi dengan Nino."

Riva menatap Galang dengan marah, "Apa lagi yang lo lakuin? Kenapa lo selalu saja membuat keributan?"

"Harusnya lo tanya ke dia, siapa yang mulai lebih dulu!" ujar Galang seraya menunjuk Nino.

Riva menatap Nino, dia menuntut penjelasan.

"Tadi gue cuma marahin dia karena udah gangguin Naya, tapi dia ngeyel. Terus gue tonjok dia, dan dia balas mukulin gue," terang Nino gugup.

Naya, Riva dan Aruna terkesiap saat tahu rupanya Nino lah yang memulai keributan ini.

"Lo dengar? Sekarang lo tahu kan siapa yang mulai?" tanya Galang.

Riva terdiam, dia merasa sedikit malu karena sudah menuduh Galang yang berbuat onar.

"Riva, sudah. Sebaiknya sekarang kita pergi dari sini." Naya yang takut Riva berkelahi lagi dengan Galang menarik pemuda itu pergi.

Nino dan Aruna pun segera menyusul. Sementara Galang hanya memandangi kepergian mereka dengan kecewa.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!