Episode 13.

Sorenya Riva datang lagi dengan membawa banyak bungkusan, dia beserta Hariadi dan Nino menyusun rencana untuk membuat Naya keluar dari kamar.

"Tolong!"

Naya yang sedang berbaring lemas karena lapar tiba-tiba mendengar suara teriakan Nino dari luar jendela kamarnya.

"Ayah! Nay, tolong Ayah!" teriak Nino histeris.

"Ada apa, sih?" Naya yang penasaran mengintip dari balik jendela kamarnya.

Seketika matanya membulat saat melihat Nino berjongkok di samping Hariadi yang tergolek dengan mata terpejam di halaman depan.

"Ya ampun, Ayah!" pekik Naya. Dia bergegas membuka jendela kamarnya dan mengeluarkan kepala.

"Nino, Ayah kenapa?" tanya Naya panik.

"Enggak tahu, Ayah tiba-tiba pingsan. Cepat turun! Bantu gue angkat Ayah!" pinta Nino heboh.

Naya tertegun mendengar permintaan Nino itu.

"Buruan, Nay!" desak Nino tak sabar.

"I-iya." Mau tak mau, Naya pun berlari keluar kamar.

Sesampainya di tempat kejadian perkara, dia tak lagi melihat sang ayah maupun Nino. Suasana begitu sepi, baik di dalam maupun di luar rumah.

"Ke mana mereka?" Naya celingukan mencari ayah dan saudaranya itu.

"Surprise!" Riva tiba-tiba keluar dari tempat persembunyiannya.

Naya sontak berbalik dan mendapati sosok Riva sedang berdiri dengan memakai jaket Hoodie merah maroon, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih.

"Lo kok bisa ada di sini? Tahu dari mana rumah gue?" Naya bertanya dengan bingung.

"Bisalah! Gue cari di Google map."

"Gue nanya nya serius, Riva!"

"Gue khawatir dan kangen sama lo, makanya gue tanya alamat lo ke Pak Iwan dan gue datang ke sini, " jawab Riva.

Wajah Naya merona merah, bibirnya pun tersenyum samar. Baru kali ini ada seorang pemuda yang mengkhawatirkan dan merindukan dirinya.

"Lalu di mana Ayah dan Nino?" Naya kembali celingukan mencari-cari wujud sang ayah dan saudaranya itu, mereka seperti lenyap ditelan bumi.

"Kami di sini. Sudah enggak usah pikirkan kami, bersenang-senanglah," sahut Nino yang sudah berada di jendela kamar Naya bersama sang Ayah.

Ternyata setelah berakting pura-pura pingsan tadi, Nino dan Hariadi segera berlari masuk melalui pintu belakang. Dan ketika Naya sudah keluar rumah, mereka justru naik ke kamar gadis itu demi bisa memantau interaksi kedua orang di bawah sana.

Naya kembali membulatkan matanya saat melihat sang ayah ternyata baik-baik saja dan sedang menikmati ice cream vanilla berlapis coklat.

"Oh, jadi kalian ngerjain aku, ya?" sungut Naya sembari memelototi Nino dan Hariadi.

Tawa Nino sontak pecah saat Naya menyadari tipuan mereka, sementara Hariadi lebih memilih mengacuhkan pertanyaan sang putri dan masih setia menikmati ice cream pemberian Riva itu.

Naya mendadak kesal karena dibohongi, dia bergegas hendak kembali masuk ke dalam rumah, tapi Riva menahan lengannya.

"Nay ...! Lo mau ke mana?"

"Gue mau masuk." Naya menarik lengannya dan melangkah menuju pintu. Tapi Riva bergegas mengejarnya.

Naya buru-buru hendak menutup pintu tapi dengan cepat Riva menyelipkan sebelah kakinya agar pintunya tidak tertutup dan ....

"Aduuuhh ... aduuuhh .... kaki gue!" pekik Riva saat kakinya terjepit pintu yang ditutup oleh Naya.

Naya langsung membuka kembali pintunya dan mendadak panik.

"Lo apa-apaan, sih?"

"Gue mau lo keluar, Nay!"

"Gue enggak mau!" tolak Naya.

"Naya, please! Ada yang mau gue tunjukkin ke lo." Riva menatap Naya penuh harap.

Naya mengerut keningnya, "Apa?"

"Ikut gue!" Riva segera menarik tangan Naya untuk mengikutinya sebelum gadis itu berubah pikiran.

Tanpa mereka sadari, dari seberang rumah Hariadi, Galang sedang mengamati mereka dengan perasaan kesal. Sebenarnya tadi dia berniat untuk kembali mampir ke rumah Naya sebelum berangkat ke restoran, tapi dia malah melihat Riva di sana dan Galang merasa iri karena keluarga Naya memperlakukan Riva dengan baik.

***

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***