Sedang asyik-asyiknya mencurahkan isi hati, tiba-tiba Riva balik lagi lalu duduk di sampingnya sembari meletakkan dua bungkus roti bertabur keju dan dua kaleng minuman bersoda di atas meja.
Naya sontak beringsut dan segera menutup buku bersampul merah muda itu lalu menyimpannya ke dalam tas.
"Lo sedang nulis apa?" tanya Riva penasaran.
"Hem ... bu-bukan apa-apa kok," jawab Naya gugup, lalu mengernyit heran, "lo kenapa balik lagi?"
"Oh, gue malas makan di kantin, soalnya cewek-cewek pada mandangin gue terus, habis gue tampan banget," seloroh Riva penuh percaya diri.
Naya tercengang mendengar ucapan Riva, dia baru tahu ternyata pemuda itu sangat narsis.
"Kenapa? Lo enggak percaya?" tanya Riva.
Naya mengulum senyum sembari mengangguk. Baru kali ini dia bertemu dengan orang yang kadar kepedean nya di atas rata-rata. Tentu saja, sebab selama ini Naya selalu menutup diri dari semua orang, mana mungkin dia tahu karakter orang-orang di luar.
Sejujurnya Naya mengakui bahwa Riva itu memang tampan bahkan sangat cute. Wajah putih bersih dengan lesung pipi yang dalam, serta hidung mancung dan senyum yang manis. Ditambah lagi sikap ramah dan hangatnya, gadis mana yang tidak akan terpesona?
"Nih, buat lo!" Tiba-tiba Riva menyodorkan sebungkus roti dan sekaleng minuman bersoda di hadapan Naya.
Sebenarnya Naya sangat lapar, tapi rasa sungkan dan malunya lebih mendominasi. Lagipula dia tak pernah menerima apa pun dari orang lain.
"Enggak usah! Gue kenyang," tolak Naya.
"Gue tahu lo lapar, wajah lo aja udah pucat itu!" seloroh Riva yang membukakan bungkus roti bertabur keju tersebut lalu menyodorkannya ke depan mulut Naya.
Naya tertegun dengan ulah Riva itu, namun dia semakin merasa gugup dan salah tingkah, "Gue beneran kenyang, Riv!
Kruuuk ....
Tiba-tiba perut Naya berbunyi, menandakan jika saat ini dia sedang lapar. Wajah manis Naya langsung bersemu merah menahan malu.
"Mungkin lo kenyang, tapi sepertinya cacing-cacing di perut lo kelaparan. Nih makan! Sebelum mereka pada demonstrasi di dalam perut lo," ujar Riva dengan nada bercanda.
Naya bergeming memandangi roti di hadapannya itu namun kemudian dengan perlahan dia membuka mulutnya dan memakan roti tersebut.
"Nah, gitu, dong! Gue udah bela-belain beli buat lo, masa lo enggak mau makan."
"Terima kasih, ya," ucap Naya pelan.
"Sama-sama," balas Riva lalu memberikan roti itu ke tangan Naya, "Nih, lo bisa makan sendiri, kan? Soalnya gue juga mau makan."
Naya mengangguk malu-malu, kemudian melahap roti itu lagi. Dia sungguh kelaparan.
Riva pun ikut makan sambil memandangi Naya yang tertunduk, dia bahkan tersenyum saat melihat gadis itu makan dengan mulut yang penuh.
Naya yang sadar jika Riva terus menatapnya semakin merasa gugup bercampur risih, dia memberanikan diri menoleh ke arah bocah itu dan heran melihat Riva senyum-senyum sendiri.
"Kenapa lo senyum-senyum begitu?"
"Tampang lo lucu kalau lagi makan gitu, pipi lo jadi gembung kayak bakpao," kelakar Riva lalu tertawa.
Naya terkesiap mendengar kata-kata Riva, seketika dia teringat kejadian beberapa tahun lalu saat si bocah nakal bernama David mengejeknya. Wajah Naya sontak berubah sendu.
Riva yang melihat perubahan ekspresi wajah Naya merasa bingung, "Lo kenapa?"
Naya menggeleng lemah, "Enggak apa-apa."
"Tapi kenapa tiba-tiba lo jadi sedih begitu?" tanya Riva penasaran.
"Siapa yang sedih, gue baik-baik saja, kok!" Naya pura-pura tersenyum untuk menutupi perasaannya.
Riva merasa ada yang aneh, sepertinya Naya sedang menutupi sesuatu. Tapi dia tak ingin memaksa gadis itu untuk bicara sekarang.
"Oh iya, rumah lo di mana?" Riva mengalihkan pembicaraan.
"Di jalan kenanga kompleks perumahan Griya Asri," sahut Naya lugas.
Riva terhenyak, "Wah, ternyata kita satu kompleks, loh! Kok enggak pernah ketemu, ya?"
"Gue enggak pernah keluar rumah."
"Masa enggak pernah, sih? Terus ke sekolah gimana?"
"Selama ini gue homeschooling."
Riva terkesiap, "Oh. Tapi kan lebih seru kalau pergi ke sekolah, banyak teman."
Naya terdiam, dia tak mungkin menceritakan penyebab dia homeschooling pada Riva. Namun tiba-tiba bel sekolah berbunyi pertanda bahwa jam istirahat telah usai dan beberapa siswa sudah mulai masuk ke dalam kelas.
Riva segera membereskan sampai plastik dan kaleng bekas yang isinya sudah wasallam lalu beranjak dan membuangnya ke tempat sampah.
Naya masih tertegun, dia tak menyadari jika saat ini dia sudah mulai terbiasa dan nyaman berteman dengan orang baru. Dia bahkan tak terlalu takut lagi berdekatan dan menatap Riva yang baru dia kenal beberapa jam yang lalu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments