Episode 15.

Hariadi sedang sarapan bersama Nino, tiba-tiba Naya turun dengan memakai seragam sekolah dan berjalan menghampiri mereka.

"Selamat pagi," sapa Naya dan langsung duduk di hadapan Nino.

"Selamat pagi," balas Hariadi dan Nino bersamaan.

"Wah, akhirnya tuan putri mau juga kembali ke sekolah. Ini pasti karena bujukan Prince of Tunas Bangsa," ledek Nino.

Wajah Naya merona, "Apaan, sih?"

"Jangan menggodanya! Nanti dia sesak napas," seloroh Hariadi lalu terkekeh.

"Ayah, ish ...," rajuk Naya.

"Sepertinya kita harus mengundang dia untuk makan malam sebagai bentuk rasa terima kasih karena sudah berhasil membujuk Naya," sambung Nino antusias.

"Jangan berlebihan, deh!" sahut Naya.

"Iya, Ayah setuju dengan Nino. Kalau begitu ajak dia makan malam di sini! Sepertinya Ayah menyukai anak itu," sambung Hariadi tak kalah antusias.

"Ayah! Kenapa ikut-ikutan, sih?" protes Naya.

"Bukankah kita harus berterima kasih kepada orang yang sudah berbuat baik? Jadi undang dia dan kabari Ayah kapan dia sempat datang," lanjut Hariadi.

Naya hanya menghela napas pasrah, "Terserahlah!"

"Kalau begitu nanti Ayah akan masak yang banyak untuk menyambutnya," ujar Hariadi semangat.

"Iya, aku akan membantu Ayah mencicipinya," sela Nino kemudian tertawa.

Hariadi langsung menjitak kepala sang putra, "Kau enggak punya kemampuan lain apa? Bantu Ayah mengupas bawang merah!"

"Yaaaaa, jangan, dong! Mataku perih, Ayah," rengek Nino.

"Ayah enggak mau tahu, pokoknya itu tugas kamu."

Naya tak lagi menggubris ocehan ayah dan saudaranya itu, dia lebih memilih untuk menghabiskan sarapannya.

***

Seperti hari sebelumnya, Hariadi mengantarkan Naya dan Nino ke sekolah, sebelum dia berangkat bekerja.

"Kita sudah sampai."

Naya masih tertegun memandangi gerbang sekolahnya, masih ada rasa was-was dan takut di hatinya untuk masuk ke dalam sana.

"Nay, kenapa enggak turun?" tanya Hariadi bingung.

"Hem, a-aku takut." Naya mendadak gugup.

"Lo jangan takut! Kali ini, gue enggak akan biarin lo di bully siapa pun lagi. Gue akan menjaga lo dengan segenap jiwa dan raga," cicit Nino yang duduk di bangku belakang.

"Tuh kau dengar, Nino akan menjaga mu. Walaupun Ayah enggak percaya," seloroh Hariadi.

"Ayah!" sungut Nino kesal.

"Ayah cuma bercanda," balas Hariadi, lalu menatap Naya dalam-dalam, "Nay, kau harus melawan rasa takut dan kecemasan itu. Kau enggak boleh kalah!"

"Tapi aku takut bertemu dia lagi." Naya tertunduk lesu.

"Dia siapa?" Hariadi mengerutkan keningnya.

"Maksudnya Galang, Ayah," sela Nino.

"Oh. Kau harus melawannya, jangan takut! Kalau bisa tampar dia jika masih berani mengganggu mu. Kau enggak boleh lemah! Karena kalau kau lemah, dia pasti akan terus mengganggu dan mem-bully mu. Kau ingat delapan tahun lalu, karena kau enggak melawan, mereka semena-mena terhadap mu," pinta Hariadi.

Naya mengembuskan napas berkali-kali untuk mengurangi kecemasan dan rasa takutnya.

"Baiklah."

Naya dan Nino akhirnya keluar dari mobil setelah berpamitan dengan ayah mereka dan mencium punggung tangannya.

Saat Naya dan Nino baru memasuki gerbang, Riva pun datang. Bocah lelaki berlesung pipi itu segera memarkirkan motornya dan bergegas menghampiri mereka.

"Wah, akhirnya lo kembali ke sekolah."

"Setelah gue pikir-pikir, gue enggak boleh lemah. Gue harus ngelawan rasa takut ini," sahut Naya.

"Nah, gitu, dong! Bagus kalau lo akhirnya sadar dan mau bangkit!"

"Ehem, kalau gitu, gue masuk duluan, ya?" sela Nino yang sudah tiba di depan kelasnya.

"Oh, oke. Saudara lo biar gue yang jaga, tenang aja!" sahut Riva.

"Sip." Nino mengacungkan jempolnya dan berlalu pergi.

"Yuk, buruan!" Riva menarik lengan Naya.

Keduanya berjalan menuju kelas, dan pemandangan itu sontak menjadi perhatian siswa-siswi lain. Seketika terdengar desas-desus jika ada sesuatu antara Riva dan si anak baru, Naya.

Bahkan saat memasuki pintu kelas, keduanya langsung mendapat sambutan hangat dari Aruna yang menjerit heboh saat melihat Naya.

"Yee, Naya masuk lagi!"

Tepat bersamaan Galang datang dan melihat mereka, tatapan tajam pemuda jangkung itu tertuju pada tangan Riva yang menggandeng tangan Naya.

Dari sudut ruangan, Rachel yang sudah lama menyukai Riva juga menatap sinis mereka sambil menahan geram. Dia kesal minta ampun melihat kedekatan Naya dan pemuda yang dia cintai.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!