Episode 6.

Naya mengikuti seorang guru wanita masuk ke dalam kelas barunya, takut-takut dia berjalan mengikuti langkah kaki sang guru. Dia benar-benar gugup dan gemetaran, sampai-sampai dia terus saja menunduk.

Galang dan Riva terkejut melihat gadis itu masuk ke kelas mereka.

"Ini kan cewek yang tadi? Rupanya dia masuk kelas kita," bisik Jaka di telinga Galang, tapi bocah jangkung itu tak menjawab.

Riva tersenyum menatap Naya, walaupun dia menyelamatkan gadis itu dari Galang tadi, tapi mereka belum sempat berkenalan, bahkan Riva tidak tahu siapa nama gadis itu.

Bu guru segera memperkenalkan Naya kepada semua muridnya, "Anak-anak, kita kedatangan siswi baru. Namanya Nayara Andini, Ibu harap kalian bisa bersikap yang baik kepada dia!"

"Iya, Bu," sahut semua siswa kecuali Galang.

"Sekarang kamu bisa duduk di sana." Bu guru menunjuk bangku kosong disamping Aruna dan kebetulan tepat di belakang Riva.

"Terima kasih, Bu." Naya segera melangkah menuju tempat yang ditunjukkan oleh Bu guru.

"Bu, kenapa dia menunduk terus, sih?" tanya Dio yang juga merupakan teman satu geng Galang.

"Mungkin dia lagi nyariin duit jatuh!" sahut Jaka yang sontak memancing gelak tawa siswa lain, kecuali Riva dan Aruna.

Hal itu membuat Naya seolah Dejavu, dia kembali teringat kejadian dulu, mendadak jantungnya berdetak tak karuan dengan tubuh yang semakin gemetar.

"Sudah-sudah! Jaka! Dio! Jangan membuat keributan!" bentak Bu guru yang segera menghentikan keributan akibat tawa murid-muridnya.

"Baik, Bu," jawab Dio dan Jaka serentak.

"Sekarang keluarkan buku pelajaran kalian!" pinta Bu guru.

Menyadari Naya merasa terganggu dengan ledekan teman-teman usilnya itu, Aruna berusaha menenangkan teman barunya itu.

"Sudah, enggak usah dengari mereka! Anggap saja suara nyamuk yang beterbangan," ucap Aruna sembari mengusap lembut pundak Naya, dan gadis itu hanya membalasnya dengan anggukan kepala.

"Kenalin, Gue Aruna." bisik Aruna.

"Naya," balas Naya pelan.

***

Pelajaran pun dimulai, saat Bu guru sedang menulis di papan tulis, tiba-tiba sebuah pesawat yang terbuat dari kertas terbang dan mendarat di atas meja Naya. Gadis itu terkejut, begitu juga dengan Aruna.

"Ini pasti kerjaan Galang!" tuduh Aruna, dia langsung melemparkan tatapan tajam ke arah Galang yang sedang memandang mereka.

Naya juga melirik Galang, sekarang dia tahu siapa nama bocah tengil itu. Dia lalu meraih pesawat tersebut dan hendak meremasnya, tapi urung karena dia melihat sebuah tulisan disalah satu sayapnya ....

"URUSAN KITA YANG TADI BELUM SELESAI."

Naya yang mulai tenang, mendadak kembali gemetaran dan ketakutan. Dia segera meremas pesawat kertas itu dengan jantung yang berdebar kencang. Naya tak mengerti mengapa bocah bernama Galang itu mengganggunya?

***

Jam istirahat pun tiba, Naya masih terpaku di tempat duduknya, dia terlalu takut untuk sekedar pergi ke kantin, walaupun perutnya sudah terasa lapar. Tiba-tiba Riva berbalik ke arahnya dan mengulurkan tangan.

"Hai, tadi kita enggak sempat kenalan. Gue Riva," ucap Riva dengan senyum yang mengembang.

Naya tertegun memandangnya, dengan gemetaran dia menjabat uluran tangan Riva dan segera melepasnya, "Naya."

"Tangan lo dingin banget? Lo sakit?" tanya Riva heran.

Naya menggeleng, "Enggak, kok."

"Mungkin Naya gugup karena lo ajak kenalan," ledek Aruna.

"Enggak begitu!" sanggah Naya.

Riva dan Aruna sontak tertawa melihat ekspresi wajah Naya yang tegang.

"Kalau begitu ke kantin, yuk!" ajak Riva kemudian.

"Hem, gue di sini aja," tolak Naya.

"Emangnya lo enggak lapar?" tanya Riva.

Naya terdiam sejenak, dia memang lapar karena tadi pagi tak berselera untuk sarapan sebab terlalu cemas.

"Ayolah, Nay! Buat apa hanya di kelas aja?" Aruna menimpali.

"Kalian aja." Naya masih bersikeras untuk tetap di dalam kelas. Dia masih terlalu cemas dan resah sebab suasana kantin ramai dengan orang-orang yang tidak dia kenal.

"Ya udah, gue ke kantin dulu, ya. Lapar benget, tadi enggak sempat sarapan," ucap Aruna sembari memegangi perut, Naya hanya membalasnya dengan anggukan kepala.

"Gue juga!" sambung Riva.

Keduanya pun pergi meninggalkan Naya sendirian di dalam kelas.

Setelah Aruna dan Riva pergi, Naya menghela napas lega. Sedari tadi dia berusaha mati-matian untuk menahan gejolak kecemasan dan rasa gugupnya karena berhadapan terlalu dekat dengan orang asing yang baru saja dia kenal. Naya belum terbiasa.

Naya memutuskan untuk membuka buku hariannya, dia menuliskan keluh kesahnya saat pertama kali datang ke sekolah ini dan menjadi murid baru lagi, dan tidak lupa dia juga menuliskan kekesalannya kepada Galang. Memang sejak beberapa tahun ini, dia selalu mencurahkan isi hatinya di dalam buku hariannya itu, karena Naya memang tak pernah punya teman untuk sekedar berbagi.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!