Episode 2.

Seorang gadis cantik sedang duduk dengan wajah yang masam karena tak terima dengan keputusan sepihak sang ayah.

Malam ini dia benar-benar kesal setengah mati.

Bagaimana tidak? Ayahnya yang bernama Hariadi itu diam-diam telah mendaftarkan nya sekolah, sang ayah sengaja melakukan semua itu tanpa sepengetahuannya sebab tahu dia akan menolak.

Hal ini tentu saja membuat gadis bernama Naya itu merasa dikhianati.

"Bukannya Ayah bilang akan membiarkan ku tetap homeschooling? Kenapa sekarang Ayah berubah pikiran?" sungut Naya dengan nada suara yang hampir meninggi.

"Nay, kau sudah SMA sekarang, mau sampai kapan kau terus menutup dirimu dari dunia luar? Lagipula Ayah sudah enggak sanggup membayar biaya homeschooling mu, kebutuhan kita semakin banyak, belum lagi biaya untuk Nino. Kita bisa jadi gelandangan kalau begini terus." Hariadi mencoba memberi pengertian kepada anak gadis satu-satunya ini, dia benar-benar sudah tak sanggup melihat Naya menutup dirinya dari dunia luar, terlebih biaya homeschooling nya semakin mahal, hal itu sungguh membuat Hariadi kesusahan.

"Pokoknya aku nggak mau! Aku takut teman-temanku mem-bully ku lagi seperti dulu," balas Naya nyaris frustasi. Dia benar-benar tidak ingin ke sekolah.

Hariadi mengembuskan napas berat, lalu menatap lekat lekat wajah putri kesayangannya itu, "Keputusan Ayah sudah bulat! Besok kau sudah mulai masuk sekolah, Nino akan menjagamu."

"Tapi Ayah ...." Naya memelas.

"Nay, sudah saatnya kau keluar dan hidup normal, bertemanlah dengan seseorang. Itu enggak akan buruk!"

"Enggak ada yang mau berteman denganku, aku jelek! Semua orang pasti akan mem-bully ku lagi nanti. Aku benar-benar takut, Ayah." Naya sudah hampir menangis tapi urung saat mendengar sang adik menyela.

"Jangan kepedean deh, lo! Belum tentu juga mereka mau mem-bully lo. Belum apa-apa, udah suudzon duluan," sela Nino santai dengan mata yang fokus pada layar gadget nya.

"Eh, diam lo! Nyamber aja kayak petir!"

"Habis lo pedenya keterlaluan."

"Sudah-sudah! Sekarang kalian istirahat! Besok kalian sekolah." Hariadi menengahi.

"Tapi Ayah, aku enggak mau ke sekolah. Please izinkan aku lanjut homeschooling, aku janji deh enggak akan minta apa-apa sebagai ganti biaya homeschooling ku. Ya, Yah?" Naya kembali merengek.

"Tidak ada tawar menawar lagi. Mulai besok kau harus pergi ke sekolah dan mulai lah hidup normal," pungkas Hariadi tegas.

Mata Naya mulai memanas dan dengan cepat mengabur karena cairan bening menggenangi nya, dia benar-benar kesal dengan sikap keras sang ayah.

"Ayah jahat! Aku benci Ayah!" Naya merajuk dan berlalu sambil menghentakkan kakinya.

Hariadi kembali mengembuskan napas melihat kepergian Naya. Nino pun menghampiri sang ayah dan memegang pundaknya.

"Selamat, akhirnya Ayah bisa tegas juga dengan dia. Biasanya Ayah pasti luluh dan menuruti semua keinginannya."

"Ayah terpaksa harus tegas kali ini, semua demi kebaikan kakakmu."

"Dia bukan kakakku, Ayah. Dia hanya lahir lima menit lebih cepat dari aku." Nino protes tak terima.

"Tetap saja dia lebih tua lima menit dari kau, berarti dia kakakmu," balas Hariadi.

"Ish, tapi umur kami sama."

"Pokoknya dia tetap kakakmu!" tukas Hariadi.

"Terserahlah!" Nino melengos dan ikut merajuk.

***

Di dalam kamarnya, Naya masih merenungi keputusan sepihak Ayahnya itu, dia sungguh-sungguh tidak ingin ke sekolah. Dia masih trauma dengan kejadian yang menimpanya delapan tahun lalu.

Naya menatap langit-langit dan menerawang jauh kembali ke masa dimana dia merasa benar-benar ketakutan dan tertekan karena terkurung di kamar mandi yang gelap. Dan orang yang paling dia ingat adalah bocah berambut lurus serta berkulit putih bersih yang bernama David itu.

"Dia cocoknya dipanggil jamur, Bu! Lihat saja rambutnya yang bulat seperti jamur Shitake."

"Dia datang dari planet mana sih, Bu? Bentuknya aneh banget! Jelek lagi!"

"Karena lo jelek! Gue sebel lihat tampang lo yang kayak bakpao isi kacang itu."

"Karena lo jelek!"

"Jelek!"

"Jelek!"

Kata-kata itu terus berputar diingatkannya, semakin lama semakin jelas memenuhi ruang di kepalanya dan ....

Praaakkk ....

Tiba-tiba jendela kamarnya tertutup sendiri dengan keras, sehingga membuat Naya tersentak kaget dan lamunannya buyar seketika. Ternyata diluar angin sangat kencang, sepertinya akan turun hujan. Naya bangun dari pembaringan dan menghapus air matanya, kemudian melangkah mendekati jendela lalu menutupnya, walaupun tak pernah dia kunci, sebab kamarnya di lantai atas, tidak akan ada orang yang bisa masuk ke sini.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!