Episode 17.

Riva dan Aruna mencari tahu apa yang terjadi, kenapa Naya bisa berseteru dengan Galang.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Riva.

"Tadi sewaktu gue di kelas sendirian, dia tiba-tiba masuk dan menutup pintu. Dia bilang ada yang mau dia bicarakan, tapi gue menolak dan hendak pergi. Dia malah narik tangan gue, jadinya gue refleks nampar dia," terang Naya, dia masih gemetaran.

"Dia benar-benar keterlaluan! Gue bakal buat perhitungan dengannya!" geram Riva.

"Sudah enggak usah, Riv! Gue enggak mau lihat lo berkelahi lagi dengan dia," tolak Naya, dia sungguh membenci kekerasan.

"Tapi, Nay. Itu anak kalau enggak dikasih pelajaran, dia bakal terus gangguin lo," sahut Riva emosi.

"Gue akan berusaha jaga jarak darinya, jadi dia enggak bisa ganggu gue lagi," jawab Naya.

"Eh, tapi lo keren deh, Nay. Lo berani nampar Galang, padahal semua orang takut loh sama dia," sela Aruna mengalihkan pembicaraan agar Riva tak semakin emosi.

"Gue aja kaget saat sadar udah nampar dia," tutur Naya.

"Mudah-mudahan itu bisa buat dia sadar, bahwa orang yang disakiti juga bisa membalas perbuatannya. Andai semua korbannya Galang bersatu dan ngelawan, pasti dia jera," ujar Aruna.

"Iya, tapi sayangnya cuma gue yang berani ngelawan dia. Yang lain lebih milih diam," gerutu Riva.

"Tapi kan lo jadi dianggap pahlawan, Riv," ledek Aruna lalu terkekeh.

"Memangnya itu keren apa? Lama-lama wajah tampan gue rusak gara-gara keseringan di tonjok," cibir Riva.

Aruna hanya tertawa melihat wajah babak belur Riva yang berubah masam.

"Hem ... Run, memang se-nakal apa si Galang itu?" Entah kenapa Naya jadi penasaran dengan pemuda tengil itu.

"Wah, nakal banget deh pokoknya. Dia dan anak buahnya sering nge-bully dan ngerampok uang anak-anak lain, berkelahi, bolos sekolah dan ngelawan guru. Gue aja pernah tuh jadi korbannya," ungkap Aruna antusias.

Naya tercengang, "Lo juga pernah?"

Aruna mengangguk, "Hem, si Galang pernah buat semua buku pelajaran gue basah. Dia kesal karena guru-guru sering muji gue karena nilai gue bagus, dan nyuruh dia belajar dengan gue."

Naya kembali tercengang mendengar cerita Aruna itu, dia benar-benar tak menyangka Galang se-nakal itu.

"Tapi anehnya, dia enggak pernah nge-bully Riva," sambung Aruna.

"Loh, kok bisa? Tapi bukannya mereka sering berkelahi?"

Aruna menaikkan kedua bahunya, "Entah. Gue juga enggak tahu."

"Udah, ah! Berhenti bahas dia! Mending bahas yang lain," sela Riva demi mengalihkan pembicaraan.

Sementara itu di teras gudang belakang sekolah, Galang sedang duduk termenung. Tampak sisa darah mengering di sudut bibirnya dan lebam kebiruan di tulang pipinya.

"Gue cuma ingin minta maaf sama lo, tapi kenapa susah banget? Kenapa lo enggak beri gue kesempatan untuk bicara dan malah membuat harga diri gue hancur," gumam Galang, dia kemudian teringat dengan Riva.

"Dasar berengsek lo, Riv! Lo selalu aja ngerusak hidup gue," geram Galang.

***

Akhirnya jam pelajaran pun selesai, semua siswa termasuk Naya sedang bersiap untuk pulang kecuali Galang, bocah nakal itu tidak kembali ke kelas setelah perkelahiannya dengan Riva tadi.

"Gue antar pulang, ya?" tanya Riva.

"Hem ... apa enggak ngerepotin?" Naya balas bertanya sembari memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Enggak sama sekali, rumah kita kan dekat," jawab Riva.

"Wah ... lo viral, Nay. Satu sekolah memuji lo karena berani ngelawan si Galang," sela Aruna heboh dengan mata yang berbinar menatap layar ponselnya.

Naya pun ikut melirik layar ponsel Aruna.

"Anak-anak pada bahas lo di grup sekolah," lanjut Aruna.

Tiba-tiba seorang bocah laki-laki datang menghampiri meja Riva, "Riv, lo dipanggil Pak Iwan."

"Cckk, ke ruang duka lagi, deh," seloroh Riva lalu segera beranjak pergi.

"Riva mau ke mana?" tanya Naya bingung.

"Biasa, temu kangen dengan Pak Iwan."

Naya mengerutkan dahi, dia bingung dengan jawaban Aruna.

"Udah, enggak usah dipikirin! Yuk, kita tunggu Riva di parkiran!"

Kedua gadis remaja itu pun beranjak meninggalkan kelas. Tapi belum lagi tiba di parkiran, mereka sudah disuguhi dengan pemandangan mengagetkan, beberapa siswa berlarian menuju belakang sekolah.

Aruna yang kepo pun bertanya kepada salah seorang siswa yang berdiri di dekat mereka, "Ada apaan, sih?"

"Galang lagi berkelahi dengan anak SMK."

"Anak SMK?" Perasaan Naya mendadak tidak enak, dia teringat Nino.

"Kenapa, Nay?" Aruna menatap heran wajah tegang Naya.

"Yuk lihat!"

"Buat apa?"

"Sudah, yuk!" Naya langsung menarik lengan Aruna, dan keduanya berlari ke belakang sekolah.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!