Siang yang terik ini menjadi bertambah panas karena semua orang saling berkerumun dan berdesakan untuk melihat pertunjukan yang hampir setiap hari ada di sekolah Tunas Bangsa, adegan baku hantam yang lebih mirip acara Mix Martial Art (MMA) di lakoni oleh Riva, si Prince of Tunas Bangsa dan Galang, si preman sekolah. Para siswa bersorak memberi dukungan kepada petarung jagoan mereka.
"Riva."
"Galang."
"Riva."
"Galang."
Bug.
"Berengsek, lo!" maki Riva setelah satu pukulan kuat dari Galang kembali mendarat di wajahnya. Sudut bibirnya yang pecah bahkan sudah mengeluarkan darah.
"Mampus, lo!" ejek Galang dengan seringai kemenangan yang menghiasi wajah lebam nya akibat pukulan dari Riva tadi.
Seorang lelaki paruh baya bertubuh gemuk berjalan dengan tergesa-gesa menuju TKP MMA kw itu, dia membelah kerumunan siswa yang riuh.
Kedua bocah yang sedang berseteru itu kembali ingin menyerang satu sama lain, tapi urung sebab lelaki paruh baya yang bernama Iwan itu berdiri di antara mereka.
"Stop!" Teriakan Iwan menggelegar sampai ke seantero jagat, sontak membuat semua orang yang berteriak memberi semangat tadi terdiam. Hening dan sunyi seketika.
Hanya terdengar suara desiran angin dan detak jantung masing-masing.
Iwan menatap Galang dan Riva dengan mata yang menyalang, penuh kemarahan. Kedua bocah itu langsung tertunduk.
"Semuanya bubar!" pinta Iwan tegas.
Para siswa dan siswi yang berkerumun tadi segera angkat kaki sebelum terkena amukan Iwan yang terkenal kejam itu.
Iwan kemudian kembali menatap Riva dan Galang, "Kalian berdua, sekarang juga ikut saya!"
Di ruangan kesiswaan ....
Iwan menatap tajam Galang dan Riva yang duduk di hadapannya.
"Kalian lagi! Kalian lagi! Apa kalian tidak bosan hampir setiap hari berkelahi, haa?" bentak Iwan marah.
Galang dan Riva hanya diam dengan raut yang tenang dan santai. Walaupun wajah babak belur dan pakaian mereka seperti kain lap, dua bocah ganteng itu tak menunjukkan rasa penyesalan sedikitpun.
"Kalian ini di sekolahkan untuk belajar agar pintar dan kelak menjadi orang sukses, bukan jadi petinju dan tukang pukul begini!"
"Sebenarnya kalian itu ada masalah apa, sih?" Iwan menatap Galang dan Riva bergantian.
Dua bocah itu masih betah berdiam diri, tak ada satupun yang mau buka suara.
"Kenapa diam? Kalian tuli atau bisu, haa ...?" bentak Iwan lagi. Tapi suaranya bagai hilang terbawa angin, tak ada yang menyahut.
Iwan mengembuskan napas kesal. Dia benar-benar habis akal menangani dua siswa absurd nya yang selalu membuatnya pusing tujuh keliling ini.
"Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab. Sekarang juga lari keliling lapangan sebanyak seratus kali." Iwan menjatuhkan hukuman dengan seenak jidatnya.
Galang dan Riva sontak melotot menatap Iwan, membuat pria yang merupakan guru kesiswaan itu menelan ludah.
"Kenapa kalian melototi saya?" protes Iwan.
"Pak, kurangi, ya?" Galang akhirnya buka suara dan mencoba bernegosiasi dengan Iwan.
"Seperti di pasar saja, pakai acara tawar menawar segala?" gerutu Iwan.
"Iya, Pak. Dua puluh aja!" sahut Riva menimpali.
"Wah, kalian bisa kompak juga ternyata?" ledek Pak Iwan sambil memandangi Riva dan Galang bergantian.
Kedua bocah itu sontak saling melempar lirikan sinis.
"Sudah! Tidak ada nego. Keliling lapangan seratus putaran! No debat." Pak Iwan Keukeh dengan perintahnya.
Galang dan Riva menghela napas dan beranjak dari duduknya secara bersamaan.
"Eh, mau kemana kalian?" tanya Pak Iwan bingung.
"Tapi Bapak suruh keliling lapangan." sahut Riva.
"Iya, tapi kan saya belum suruh kalian keluar dari sini. Sekarang juga kalian berbaikan, ayo berjabat tangan!"
1 detik, 5 detik, 10 detik ....
Krik ... krik .... hening.
Galang dan Riva hanya diam, tak ada yang mau memulai untuk berjabat tangan lebih dulu.
"Atau kalian mau saya tambah menjadi dua ratus putaran?" ancam Pak Iwan.
Mau tidak mau, kedua bocah itu pun berjabat tangan walau saling melempar pandangan ke arah lain. Siapa pun tahu mereka terpaksa melakukannya.
Keduanya pun keluar dari ruang kesiswaan dan memulai hukumannya, berkeliling lapangan sebanyak seratus kali.
Dan adegan ini sudah menjadi pemandangan sehari-hari siswa di Tunas Bangsa, Galang dan Riva menjadi pelanggan tetap ruang kesiswaan lalu dihukum adalah rutinitas yang tak pernah terlewatkan disini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments