Bab 20 : Khawatir

Cecilion memandang nanar ke depan kelas, tetapi tidak menyimak pelajaran yang sedang diterangkan oleh Pak Guru.

Pikiran pemuda itu melayang tak pada tempatnya, air mukanya pun nampak khawatir seperti sedang memikirkan sesuatu.

Sejak pelajaran pertama hari ini, Cecilion sama sekali tidak fokus mengikuti pelajaran.

Dia hanya diam, menatap lurus ke papan tulis seolah sedang memperhatikan membuat Pak Guru merasa bahwa Cecilion sedang memperhatikan apa yang sedang beliau terangkan.

"Kees, serius tidak tahu kenapa Mawar absen hari ini?" tanya Cecilion dengan suara berbisik kepada Kees yang duduk di belakangnya.

Kees menggeleng lesu. "andai aku tahu, aku pasti akan memberitahu kamu tanpa perlu kamu tanya."

Baru kali ini putri keluarga De Haas itu tidak masuk sekolah, membuat para guru dan beberapa sahabat Mawar merasa khawatir terlebih hal ini terasa sangat janggal mengingat tidak ada kabar sama sekali terkait alasan absennya Mawar hari ini. Meski itu hal yang dianggap melegakan bagi mereka yang suka merundung Mawar, tetapi perasaan Cecilion merasa khawatir.

Intuisi pemuda tampan itu seperti memberitahu bahwa Mawar sedang tidak baik-baik saja dan ia harus segera melakukan sesuatu.

"Sepertinya aku harus memastikan sendiri bagaimana keadaan Mawar di rumahnya," ucap Cecilion lagi.

"Apa kamu sudah gila?! Kamu mau datang ke rumah keluarga De Haas seorang diri?! Kamu sudah bosan hidup, hah?!" pekik Kees tertahan.

Pemuda itu cemas, dia tahu betul jika keluarga Van Der Linen dan keluarga De Haas adalah musuh bebuyutan bahkan semenjak kedua Meneer itu masih sama-sama belum menikah.

Hal itu masih belum jelas penyebabnya, tetapi yang jelas Kees tahu bahwa akan sangat bahaya jika Cecilion datang ke rumah keluarga De Haas seorang diri.

Meski Kees tidak tahu apa yang menyebabkan kedua kepala keluarga terpandang itu menjadi musuh bebuyutan sejak masih muda yang jelas itu bukan hal yang menguntungkan bagi Cecilion jika dia nekat pergi sendiri ke kediaman keluarga De Haas. Salah sedikit saja, bisa-bisanya terjadi pertumpahan darah yang mengerikan apalagi Meneer Van Der Linen terkenal tak segan-segan menyakiti orang lain secara fisik semenjak berkuasa sebagai gubernur di Batavia.

"Tidak boleh, mari kita susun rencana yang lebih matang setelah jam istirahat, Cecilion. Ingat, kamu harus mendengarkan aku sepenuhnya," bisik Kees dengan air muka tegas.

"Baiklah, apa boleh buat."

...****************...

Setelah beberapa jam berlalu, waktu istirahat akhirnya tiba. Saat semua teman sekelas mereka keluar dari kelas, Kees dan Cecilion masih berada di dalam kelas hendak berdiskusi dengan serius seperti sedang menyusun strategi perang.

Kees membuka kotak bekalnya, menunjukkan beberapa potong Ontbijtkoek kepada Cecilion agar ia turut memakannya.

Cecilion juga membuka kotak bekal miliknya, dia membawa sandwich yang berisi sayuran dan keju.

"Jadi, rencana apa yang kamu punya?" tanya Cecilion serius setelah menelan sandwich yang sudah ia kunyah.

"Kita akan datang berdua. Aku akan mengajak orang tua Mawar atau siapa pun yang ada di sana berbicara lalu kamu bisa menyelinap ke jendela kamar Mawar untuk memastikan kondisinya," jawab Kees sambil memotong Ontbijtkoek miliknya.

"Bagaimana kalau aku ketahuan oleh Babu atau Jongos di rumah Mawar?" Cecilion kembali bertanya, takut-takut kalau rencana mereka akan berakhir sia-sia.

"Ini adalah hari Jum'at di akhir bulan, banyak Babu dan Jongos yang bekerja pada keluarga De Haas mengambil libur mereka pada hari ini. Hanya ada tidak sampai lima orang yang masih bekerja, tetapi untuk pencegahan agar rencana ini tidak gagal aku sudah menyiapkan rencana B," terang Kees serius, dia sudah memperhitungkan dengan matang rencana mereka.

"Bagaimana kamu bisa tahu detail seperti itu?" tanya Cecilion tak habis pikir, membuat Kees terkekeh geli.

"Aku sering datang ke rumah Mawar dan lagi kami adalah teman sejak kecil jadi aku tahu betul bagaimana kebiasaan di rumah itu," papar Kees.

"Sebenarnya aku pun tak mengerti kenapa Papa dan Meneer De Haas jadi bermusuhan seperti itu," kata Cecilion sedih.

"Entahlah, padahal meski memiliki perangai yang dingin Meneer De Haas tetaplah seorang pria yang baik," balas Kees yang sudah sangat sering bertemu kepala keluarga De Haas.

"Ah sudahlah, bagaimana dengan rencana B?" tanya Cecilion tak sabaran.

"Kita sogok saja kalau yang ada di rumah itu hanya seorang Jongos atau Babu. Bukankah kamu punya banyak uang?"

Rencana yang disusun oleh Kees boleh juga, membuat Cecilion mengangguk setuju.

Mereka berdua lalu sepakat untuk pergi ke rumah Mawar setelah pulang sekolah.

...****************...

Bermodalkan uang saku mereka berdua yang terbilang banyak, Kees dan Cecilion memulai misi mereka untuk menjenguk Mawar siang itu sepulang sekolah. Kedua pemuda itu berjalan kaki setelah mengatakan pada sopir mereka masing-masing bahwa mereka akan belajar bersama selama beberapa jam ke depan.

Para sopir itu tidak memiliki pilihan lain selain tetap menunggu kedua pemuda itu pulang di depan gerbang sekolah menuruti perintah sang Tuan muda, takut menghadap Tuan dan Nyonya mereka kalau pulang tanpa membawa Tuan muda mereka.

"Aku lupa kalau sopir selalu menjemput setiap hari," keluh Cecilion.

"Ya, aku juga sampai tak memperhitungkan hal itu. Untung saja mereka tak berani melawan perintah," timpal Kees sambil menendang kerikil kecil di ujung sepatunya.

Langkah mereka lantas terhenti di depan sebuah rumah megah dengan halaman yang begitu luas serta memiliki beberapa pohon rimbun itu.

Rumah keluarga De Haas yang nampak lebih sepi siang ini, hanya ada dua orang Jongos yang sedang menyapu halaman depan rumah.

"Ayo kita coba memastikan keadaan," ajak Kees sambil melangkah masuk ke dalam area pekarangan rumah mewah itu.

Seiring dengan kesuksesan yang berhasil dihimpun oleh pasangan suami istri De Haas, mereka juga terus membangun rumah itu dengan semakin megah. Tak lupa, mereka juga sering mengadakan acara perjamuan atau pesta di setiap kesuksesan bisnis yang mereka berhasil raih.

"Permisi, Paman. Saya Kees dan ini teman saya Lio. Apa Mawar ada di rumah? Kami teman Mawar," sapa Kees santun, tak peduli bahwa lawan bicaranya adalah seorang pribumi.

Kees menyapa lebih ramah karena dia tahu bahwa kedua Jongos itu baru bekerja di rumah keluarga De Haas.

"Nona ada di rumah. Tapi apa keperluan Anda berdua, Meneer?"

"Kami harus mengerjakan tugas sekolah bersama-sama. Bolehkah kami masuk?" tanya Cecilion yang kini berusaha keras untuk bersikap santun kepada para Jongos itu seperti Kees.

Maklum, Cecilion yang biasa hidup bersama orang-orang berstatus sosial tinggi agak bingung bagaimana cara menghadapi para Jongos seperti ini dengan baik.

Kedua pria yang lebih tua itu nampak menimbang sejenak, berdiskusi kecil mengenai keputusan apa yang sebaiknya mereka ambil untuk kedua Tuan muda Belanda yang tengah berdiri di hadapan mereka berdua.

"Baiklah, tapi hanya satu jam. Karena sebenarnya Tuan tidak mengizinkan siapa pun bertemu Nona Mawar apalagi orang dari luar."

Cecilion dan Kees saling bertukar pandangan bingung kemudian.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini?

Episodes
1 Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2 Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3 Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4 Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5 Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6 Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7 Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8 Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9 Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10 Bab 10 : Keputusan Besar
11 Bab 11 : Langkah Baru
12 Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13 Bab 13 : Batavia
14 Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15 Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16 Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17 Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18 Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19 Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20 Bab 20 : Khawatir
21 Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22 Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23 Bab 23 : Taktik Cecilion
24 Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25 Bab 25 : Voogd Ridder
26 Bab 26 : Langit Biru Batavia
27 Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28 Bab 28 : Pesta
29 Bab 29 : Dappere Bekentenis
30 Bab 30 : Balada sang Bunga
31 Bab 31 : Persimpangan
32 Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33 Bab 33 : Beledigd
34 Bab 34 : Perjalanan Jauh
35 Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36 Bab 36 : Familie Discussie
37 Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38 Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39 Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40 Bab 40 : Pebisnis Handal
41 Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42 Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43 Bab 43 : Een wijze Leider
44 Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45 Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46 Bab 46 : Vreselijk Voorval
47 Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48 Bab 48 : Pelarian
49 Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50 Bab 50 : Langkah Mawar
51 Bab 51 : Kehidupan di Desa
52 Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53 Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54 Bab 54 : Dokter Nathan
55 Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56 Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2
Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3
Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4
Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5
Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6
Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7
Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8
Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9
Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10
Bab 10 : Keputusan Besar
11
Bab 11 : Langkah Baru
12
Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13
Bab 13 : Batavia
14
Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15
Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16
Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17
Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18
Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19
Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20
Bab 20 : Khawatir
21
Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22
Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23
Bab 23 : Taktik Cecilion
24
Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25
Bab 25 : Voogd Ridder
26
Bab 26 : Langit Biru Batavia
27
Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28
Bab 28 : Pesta
29
Bab 29 : Dappere Bekentenis
30
Bab 30 : Balada sang Bunga
31
Bab 31 : Persimpangan
32
Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33
Bab 33 : Beledigd
34
Bab 34 : Perjalanan Jauh
35
Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36
Bab 36 : Familie Discussie
37
Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38
Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39
Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40
Bab 40 : Pebisnis Handal
41
Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42
Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43
Bab 43 : Een wijze Leider
44
Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45
Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46
Bab 46 : Vreselijk Voorval
47
Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48
Bab 48 : Pelarian
49
Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50
Bab 50 : Langkah Mawar
51
Bab 51 : Kehidupan di Desa
52
Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53
Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54
Bab 54 : Dokter Nathan
55
Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56
Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!