Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo

Tepat setelah empat puluh hari kelahiran Mawar De Haas, malam ini rumah keluarga De Haas sudah ramai disambangi oleh orang-orang Belanda dari berbagai macam kalangan.

Mulai dari sesama pebisnis seperti sang kepala keluarga, para pejabat pemerintahan dan militer sampai para staff yang bekerja di bidang produksi semuanya datang untuk menghadiri pesta penyambutan kelahiran anak pertama De Haas yang diselenggarakan di rumah keluarga De Haas malam ini.

Alunan musik mengiringi pesta yang megah itu, dekorasi yang indah juga kian mempercantik rumah keluarga De Haas.

Semua orang nampak asyik bercengkrama satu sama lain, membahas bisnis mau pun mengenai soal pekerjaan mereka masing-masing.

Tuan De Haas juga nampak sibuk mengobrol dengan kolega bisnisnya, sedangkan Nyonya De Haas yang sedang berada di dekat pintu rumah tengah menjadi buah bibir para Nyonya Belanda yang berdarah Eropa murni.

"Apa Nyonya De Jaeger tidak lihat? Ibu dari anak Tuan De Haas ternyata adalah seorang pribumi," bisik Nyonya Van Kessel bernada tajam, melirik Nyonya De Haas yang nampak anggun dengan gaun pesta berwarna biru muda.

Nyonya De Jaeger menaikkan alis kirinya, memandang Nyonya De Haas dengan tatapan mencela.

"Aku juga menghadiri pernikahan mereka, meski dia cantik tetap saja Tuan De Haas tidak sepatutnya menikah dengan wanita itu."

Nyonya Van Hoffman juga turut menimpali dengan nada satir. "ya, kita hanya tinggal menunggu kapan wanita itu akan dicampakkan oleh Tuan De Haas. dia sama sekali tidak pantas untuk mendampingi lelaki hebat seperti Tuan De Haas."

Sarinah, wanita malang yang menjadi bahan pergunjingan keji para Nyonya Belanda itu dapat mendengar semua yang mereka katakan dengan sangat jelas. Namun ia memilih untuk diam, meski sang suami selalu meminta Sarinah untuk melawan saat orang-orang menghina dirinya.

Meski kini sudah menjadi Nyonya De Haas, Sarinah tetaplah Sarinah, perempuan desa yang lugu lagi bersahaja. Walau kini sudah hidup bergelimang harta, dia tetap memilih untuk bersikap sederhana.

Tak jarang, kebaikan hati Nyonya De Haas yang suka membantu rakyat pribumi yang miskin mendapatkan apresiasi dari pribumi lainnya namun mendapatkan kecaman keras dari orang-orang Belanda di sekitarnya.

"Nyonya De Haas, tidak sepatutnya Anda mendengarkan kata-kata jahat mereka," ucap Nyonya Van Ross ramah, menggiring Nyonya De Haas menjauh dari orang-orang yang mengatakan hal jahat kepadanya.

Nyonya Van Ross memang terkenal akan sikapnya yang berbeda dari para Nyonya Belanda yang lain, beliau memang selalu memperlakukan semua orang dengan baik termasuk para pribumi.

Nyonya De Haas hanya tersenyum sendu, melihat anaknya yang sedang bermain dengan jemari tangannya sambil berjalan mengikuti arah kemana Nyonya Van Ross menuntunnya.

"Entah kesalahan apa yang pernah saya lakukan, Nyonya Van Ross. Mereka selalu memandang saya rendah bagaikan sampah," balas Nyonya De Haas setibanya mereka di dekat meja perjamuan.

Meski bukan seorang pribumi, namun Nyonya Van Ross mengerti bagaimana perasaan Nyonya De Haas saat ini. Wanita itu tahu betul, apa saja yang harus dilalui oleh Sarinah yang malang.

Mendapatkan suami Belanda bukan jaminan bahwa hidupnya akan menjadi jauh lebih baik, namun terlepas dari semua itu Sarinah tetap merasa bersyukur karena memiliki suami yang selalu memperlakukan dirinya dengan baik.

Walau suaminya memberikan status sosial yang tinggi dengan harta berlimpah, orang-orang Belanda tentunya tak mau serta merta menghormati Nyonya De Haas yang merupakan seorang pribumi.

"Mereka memang selalu begitu, Nyonya De Haas. Tetapi bagi saya memandang rendah orang lain bukanlah perilaku yang terpuji. Biar pun tidak banyak, sebenarnya masih ada orang-orang yang bersikap seperti saya," Nyonya Van Ross berujar lembut, membawa Nyonya De Haas untuk duduk.

Pesta yang meriah itu sama sekali tidak terasa spesial untuk Sarinah, sang Nyonya De Haas.

Dia merasa hampa, tak ada yang memperhatikan keberadaan dirinya selain suaminya dan Nyonya Van Ross.

Keadaan ini adalah pil pahit yang harus ditelan oleh Sarinah selaku istri pribumi dari seorang Meneer.

Orang Belanda lain akan memperlakukan dirinya dengan baik saat sedang membutuhkan bantuannya, selebihnya orang-orang enggan bahkan hanya untuk sekedar menyapanya.

Sungguh miris, namun inilah kenyataan hidup.

"Meneer dan Mevrouw sekalian mohon perhatiannya sejenak," suara Tuan De Haas menginterupsi, menarik perhatian semua mata yang ada di ruangan itu.

Mereka yang sudah mendengar suara Tuan De Haas mulai datang mendekat, penasaran agaknya apa yang akan dikatakan oleh sang Tuan rumah.

Tuan De Haas menghampiri istrinya yang sedang mengobrol dengan Nyonya Van Ross, lagi-lagi menarik perhatian semua orang.

"Semuanya, dengarkan aku. Dia adalah istriku yang harus kalian panggil sebagai Nyonya De Haas, sedangkan anak yang ada dalam gendongannya adalah putri kami yang bernama Mawar De Haas."

Perkataan tegas dari Tuan De Haas membuat ruangan itu seketika senyap. Orang-orang Londo itu tidak menyangka akan mendengar kalimat seperti itu dari mulut Tuan De Haas langsung.

"Apa? Namanya Mawar? Bukankah itu sangat kampungan?" cela Tuan Van Kessel.

"Kenapa Anda tidak memberikan nama yang lebih baik untuk anakmu? Setidaknya jika ibunya adalah seorang pribumi yang menjijikan maka dia harus memiliki nama yang baik," Tuan De Jaeger berkata pedas, membuat hati Sarinah terasa sakit sekali.

Kenapa ia harus hidup menderita seperti ini di negerinya sendiri? Hidup di negeri terjajah memang sangat menyakitkan, membuat wanita muda yang malang itu tak kuasa menahan tangisnya.

Buru-buru Sarinah masuk ke dalam kamarnya, membawa serta sang anak yang sedang menangis tanpa memikirkan apa yang ada di dalam pikiran orang-orang di ruangan itu.

Melihat hal itu, wajah Tuan De Haas menjadi merah padam karena darahnya menggelegak marah. Tentu saja dia tidak terima istrinya dijelek-jelekkan seperti itu.

"Dari mana hartamu yang berlimpah itu berasal kalau bukan dari kerja keras mereka para pribumi yang bahkan upahnya kau bayar sesuka hatimu, Tuan De Jaeger? Harusnya kau tidak mengatakan hal seperti itu!" balas Tuan De Haas tak kalah tajam.

"Walau istriku bukan wanita Eropa yang kalian sebut sebagai wanita yang paling mulia, tapi dia adalah wanita dibalik suksesnya semua bisnisku belakang ini. Apa istri kalian bisa melakukan pembukuan keuangan seperti istriku? Belum tentu," Tuan De Haas menambahkan.

Lelaki itu sudah terlalu marah untuk bisa mengendalikan dirinya hingga beberapa Tuan Belanda lain mulai menjauhkan Tuan De Jaeger darinya sebelum terjadi tindakan kekerasan.

"Suami istri De Jaeger memang keterlaluan. Mereka terus saja menjelekkan istri Anda sejak tadi," desis Tuan Van Ross, menarik lengan Tuan De Haas untuk menjauhi kerumunan yang kini mulai bergunjing dengan topik baru.

"Peter Van Ross, tolong katakan kepada semua orang bahwa pestanya sudah selesai."

"Baik, Tuan."

Malang nasib Sarinah dan anaknya.

Bahkan saat Mawar masih bayi pun ia sudah harus terlibat dalam masalah.

"Mawar, apa pun yang terjadi aku tidak akan mengganti namamu, Nak," gumam Tuan De Haas sambil berjalan menyusuri lorong rumahnya menuju kamar.

Episodes
1 Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2 Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3 Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4 Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5 Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6 Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7 Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8 Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9 Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10 Bab 10 : Keputusan Besar
11 Bab 11 : Langkah Baru
12 Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13 Bab 13 : Batavia
14 Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15 Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16 Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17 Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18 Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19 Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20 Bab 20 : Khawatir
21 Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22 Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23 Bab 23 : Taktik Cecilion
24 Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25 Bab 25 : Voogd Ridder
26 Bab 26 : Langit Biru Batavia
27 Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28 Bab 28 : Pesta
29 Bab 29 : Dappere Bekentenis
30 Bab 30 : Balada sang Bunga
31 Bab 31 : Persimpangan
32 Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33 Bab 33 : Beledigd
34 Bab 34 : Perjalanan Jauh
35 Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36 Bab 36 : Familie Discussie
37 Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38 Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39 Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40 Bab 40 : Pebisnis Handal
41 Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42 Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43 Bab 43 : Een wijze Leider
44 Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45 Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46 Bab 46 : Vreselijk Voorval
47 Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48 Bab 48 : Pelarian
49 Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50 Bab 50 : Langkah Mawar
51 Bab 51 : Kehidupan di Desa
52 Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53 Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54 Bab 54 : Dokter Nathan
55 Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56 Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2
Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3
Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4
Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5
Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6
Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7
Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8
Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9
Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10
Bab 10 : Keputusan Besar
11
Bab 11 : Langkah Baru
12
Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13
Bab 13 : Batavia
14
Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15
Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16
Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17
Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18
Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19
Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20
Bab 20 : Khawatir
21
Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22
Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23
Bab 23 : Taktik Cecilion
24
Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25
Bab 25 : Voogd Ridder
26
Bab 26 : Langit Biru Batavia
27
Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28
Bab 28 : Pesta
29
Bab 29 : Dappere Bekentenis
30
Bab 30 : Balada sang Bunga
31
Bab 31 : Persimpangan
32
Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33
Bab 33 : Beledigd
34
Bab 34 : Perjalanan Jauh
35
Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36
Bab 36 : Familie Discussie
37
Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38
Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39
Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40
Bab 40 : Pebisnis Handal
41
Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42
Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43
Bab 43 : Een wijze Leider
44
Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45
Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46
Bab 46 : Vreselijk Voorval
47
Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48
Bab 48 : Pelarian
49
Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50
Bab 50 : Langkah Mawar
51
Bab 51 : Kehidupan di Desa
52
Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53
Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54
Bab 54 : Dokter Nathan
55
Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56
Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!