Bab 10 : Keputusan Besar

Tengah malam usai pesta yang digelar di kediaman keluarga De Haas berakhir dengan insiden yang cukup panas, Tuan De Haas menghisap cerutunya di serambi rumah sembari memandang ke arah gelapnya jalan depan rumahnya.

Ia mulai memikirkan cara untuk tetap dapat memberikan kehidupan yang aman dan nyaman untuk anak dan istrinya. Sungguh, pria itu menginginkan kehidupan anak dan istrinya terus berjalan dengan baik meski kelak ia akan tiada.

Tuan De Haas sangat mencintai anak dan istrinya meski ia jarang mengungkapkan hal itu dengan kata-kata. Yang dipikirkan sang Tuan hanya bagaimana ia bisa memberikan kehidupan yang terbaik untuk dua perempuan yang sangat dicintainya itu.

"Kenapa Anda belum tidur, Tuan?" sapa Paman Darijo yang baru selesai menyapu halaman depan rumah.

Dengan sapu lidi panjang di tangannya, pria paruh baya itu berjalan menghampiri sang Tuan.

"Aku hanya sedang memikirkan sesuatu," Tuan De Haas menyahut, masih dengan pandangan terpaku ke depan.

"Pasti Tuan sedang memikirkan pendapat jahat para Tuan dan Nyonya di pesta tadi, bukan begitu?"

Tuan De Haas mengangguk lesu, seketika itu juga Paman Darijo langsung paham dimana duduk masalah yang dihadapi oleh sang Tuan.

Pria paruh baya itu mengakui, walau Tuan De Haas sangat tegas dia tetap memperlakukan orang lain dengan layak sebagai seorang manusia, jauh berbeda dengan Tuan Belanda lain yang kerap kali memperlakukan para pribumi dengan begitu kejam dan tak berperikemanusiaan seperti memperlakukan seekor binatang.

Sepuluh tahun sudah Paman Darijo bekerja pada Tuan De Haas, jadi kini ia dapat memahami apa yang sedang dirasakan oleh sang Tuan.

"Saya punya satu saran untuk Tuan, apakah Tuan berkenan mendengarkan saran dari saya?" tanya Paman Darijo kepada Tuan De Haas setelah pria sepuh itu menaruh sapu lidi panjangnya pada tempat ia biasa menyimpan alat-alat kebersihan.

"Katakanlah apa saranmu, Darijo."

"Saya dengar dari berbagai sumber, bisnis gula sedang sangat naik di pulau Jawa. Apa Anda tidak berpikir untuk mencobanya juga?" ucap Paman Darijo tanpa ragu.

Paman Darijo memang sudah sering mendengar desas-desus mengenai banyaknya pembangunan pabrik gula di tanah jawa dari para Jongos lain saat mereka sedang berkumpul beberapa minggu belakangan.

Beberapa teman sesama Jongos dari Paman Darijo bilang, Tuan mereka kembali dengan banyak sekali uang setelah ikut melakukan bisnis gula di pulau Jawa.

Pada masa itu, jika kalian ingin mengetahui kehidupan di dalam rumah dari salah seorang Tuan atau Nyonya Belanda, kalian hanya tinggal menanyakannya kepada Babu atau Jongos mereka.

Budaya bergosip memang sudah ada sejak zaman itu.

Tuan De Haas menegakkan kembali bahunya setelah mendengar penuturan Paman Darijo.

"Betulkah begitu? Aku kira itu hanya isapan jempol belaka," Tuan De Haas menjawab ragu, memandang lawan bicaranya masih dengan sorot dingin khasnya.

"Tidak, Tuan. Yang saya katakan itu benar. Mungkin Tuan juga bisa memulai bisnis gula di pulau Jawa, siapa tahu di sana kehidupan Nyonya dan Nona akan menjadi lebih baik," papar Paman Darijo dengan kesungguhan.

Walau statusnya dan Tuan De Haas tak lebih dari seorang Tuan dan Jongos, Paman Darijo tetap sangat mempedulikan Tuan De Haas dan keluarganya. Ia berharap, dengan pindah ke pulau Jawa kehidupan sosial mereka akan menjadi lebih baik kedepannya.

"Aku akan mempertimbangkan saranmu. Kalau begitu pergilah beristirahat, Darijo."

...****************...

"Apa yang sedang kamu pikirkan, suamiku?" Nyonya De Haas yang baru datang dari dapur dengan secangkir teh hangat bingung melihat gelagat suaminya.

Beberapa hari ini, dia sering mendapati suaminya sedang melamun seperti sedang memikirkan hal yang sangat serius yang lama-kelamaan membuat dirinya ikut penasaran.

Hari sudah beranjak sore, memang sudah menjadi rutinitas bagi keluarga De Haas untuk meminum teh hangat sambil mengobrol di beranda rumah mewah mereka nyaris setiap hari.

Mawar, anak semata wayang Tuan dan Nyonya De Haas pun tumbuh dengan sangat baik.

Gadis kecil itu kini tidak lagi gampang menangis saat ditinggal oleh sang Mama untuk melayani berbagai kebutuhan Papanya.

"Apa kau bersedia untuk ikut aku pindah ke pulau Jawa?" tanya Tuan De Haas setelah meniup perlahan asap tipis transparan di atas gelas porselen di tangannya.

"Memangnya kenapa aku harus keberatan? Bukankah mengikuti kemana pun suamiku pergi merupakan hakikat bagi seorang istri?" Sarinah balas bertanya kepada sang suami dengan seulas senyuman hangat.

"Tapi, setidaknya kita harus menunggu Mawar untuk bisa duduk sendiri, bukan? Pelayaran ke pulau seberang pasti membutuhkan waktu," tambah Sarinah, terkenang akan Mawar sang putri.

"Aku lega mendengarnya jika kau tidak keberatan. Baiklah, kita akan pindah ke Batavia beberapa bulan lagi. Selagi menunggu, aku akan mempersiapkan hal-hal lain yang kita perlukan agar bisa hidup dengan nyaman di sana," balas Tuan De Haas.

"Lalu bagaimana denganmu, suamiku? Apa kau tidak merasa keberatan karena akan meninggalkan bisnismu di sini?" Sarinah menuangkan teh istimewa hasil racikannya sendiri ke dalam gelasnya.

"Aku sudah memikirkannya matang-matang. Seperempat dari bisnisku akan dijalankan oleh Peter Van Ross, sementara setengahnya lagi akan aku serahkan kepada Bapak dan Ibu agar mereka bisa hidup lebih layak di kota ini. Sisanya, akan aku kelola sendiri dari Batavia."

Sarinah tidak menyangka bahwa suaminya akan mengambil keputusan sebesar ini, wajar saja selama ini pria itu kerap melamun.

Peter Van Ross dan istrinya adalah pasangan baik yang memang bisa dipercaya. Tidak heran keputusan itu diambil dengan mantap oleh Tuan De Haas setelah berpikir selama beberapa hari.

"Apa itu tidak berlebihan untuk kedua orang tuaku, sayang? Bukankah kamu tahu bahwa Bapak dan Ibu hanya sepasang pribumi dari desa?" Sarinah bertanya sambil menyeka air matanya yang tiba-tiba merembes keluar tanpa permisi.

Wanita itu terharu, ia tahu betul bahwasanya setengah dari jumlah usaha milik suaminya itu akan menghasilkan uang yang sangat banyak.

Tentu saja setelah mengelolanya, kehidupan Ibu dan Bapaknya akan menjadi jauh lebih baik.

"Ibu dan Bapak sangat berhak mendapatkan hidup yang lebih baik, Sarinah. Lagi pula aku sudah membawa anak mereka satu-satunya yang tentunya jauh lebih berharga dari pada uang," Tuan De Haas menyahut, semakin membuat Sarinah terharu.

"Terima kasih sudah mencintai aku dan keluargaku dengan sangat luar biasa, suamiku..."

Tuan De Haas bangkit dari duduknya, kemudian memberikan istrinya itu pelukan hangat yang sarat akan cinta.

Tak pernah Sarinah sangka, kehidupannya dengan Tuan De Haas yang awalnya dipicu karena adanya sangkut paut utang piutang kini membuat Sarinah menemukan lelaki yang benar-benar mencintai dirinya bahkan orang tuanya sekaligus.

Sarinah kini sama sekali tidak menyesal telah melabuhkan hatinya kepada Adolf De Haas, Tuan yang kini menjadi suami sekaligus ayah dari anaknya.

"Sama-sama, istriku sayang. Semoga saja kehidupan kita di Batavia nanti menjadi jauh lebih baik."

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

ibarat pelangi setelah hujan ya, kebahagiaan setelah peristiwa pahit

2023-06-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2 Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3 Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4 Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5 Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6 Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7 Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8 Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9 Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10 Bab 10 : Keputusan Besar
11 Bab 11 : Langkah Baru
12 Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13 Bab 13 : Batavia
14 Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15 Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16 Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17 Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18 Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19 Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20 Bab 20 : Khawatir
21 Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22 Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23 Bab 23 : Taktik Cecilion
24 Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25 Bab 25 : Voogd Ridder
26 Bab 26 : Langit Biru Batavia
27 Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28 Bab 28 : Pesta
29 Bab 29 : Dappere Bekentenis
30 Bab 30 : Balada sang Bunga
31 Bab 31 : Persimpangan
32 Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33 Bab 33 : Beledigd
34 Bab 34 : Perjalanan Jauh
35 Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36 Bab 36 : Familie Discussie
37 Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38 Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39 Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40 Bab 40 : Pebisnis Handal
41 Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42 Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43 Bab 43 : Een wijze Leider
44 Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45 Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46 Bab 46 : Vreselijk Voorval
47 Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48 Bab 48 : Pelarian
49 Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50 Bab 50 : Langkah Mawar
51 Bab 51 : Kehidupan di Desa
52 Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53 Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54 Bab 54 : Dokter Nathan
55 Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56 Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2
Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3
Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4
Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5
Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6
Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7
Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8
Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9
Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10
Bab 10 : Keputusan Besar
11
Bab 11 : Langkah Baru
12
Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13
Bab 13 : Batavia
14
Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15
Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16
Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17
Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18
Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19
Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20
Bab 20 : Khawatir
21
Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22
Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23
Bab 23 : Taktik Cecilion
24
Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25
Bab 25 : Voogd Ridder
26
Bab 26 : Langit Biru Batavia
27
Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28
Bab 28 : Pesta
29
Bab 29 : Dappere Bekentenis
30
Bab 30 : Balada sang Bunga
31
Bab 31 : Persimpangan
32
Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33
Bab 33 : Beledigd
34
Bab 34 : Perjalanan Jauh
35
Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36
Bab 36 : Familie Discussie
37
Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38
Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39
Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40
Bab 40 : Pebisnis Handal
41
Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42
Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43
Bab 43 : Een wijze Leider
44
Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45
Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46
Bab 46 : Vreselijk Voorval
47
Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48
Bab 48 : Pelarian
49
Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50
Bab 50 : Langkah Mawar
51
Bab 51 : Kehidupan di Desa
52
Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53
Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54
Bab 54 : Dokter Nathan
55
Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56
Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!