Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat

Cicitan merdu burung-burung yang terbang bebas di depan kediaman mewah keluarga De Haas membangunkan Mawar dari tidurnya pagi itu.

Ini hari minggu, sekolah libur dan Mawar juga sedang tidak memiliki rencana apa pun dengan keluarganya.

Tentu saja, sebab Mama dan Papa Mawar sedang pergi ke luar kota untuk urusan bisnis mereka yang baru. Sepasang suami istri berbeda kebangsaan itu memang sudah sibuk sekali mengurus berbagai urusan bisnis baru mereka sejak sebulan terakhir.

Mawar bangkit dari tempat tidur, beringsut perlahan menuju meja belajarnya hendak mencari sesuatu yang tiba-tiba mengusik benak gadis cantik itu.

Lentik jemari Mawar kemudian meraih sebuah buku yang tergeletak begitu saja di atas meja belajarnya dengan penuh minat.

Buku itu milik Cecilion, yang memang kemarin tertinggal di atas mejanya saat pulang sekolah.

"Apa aku harus mengantarkan buku ini ke rumah Cecilion? Ah, tapikan aku tidak tahu dimana rumahnya," gadis cantik itu bergumam, salah tingkah sendiri membayangkan betapa tampannya sosok Cecilion dengan rambut hitam serta sepasang netra karamelnya yang begitu jernih.

Meski terlahir dari pasangan Belanda asli, ketampanan Cecilion memang sedikit tidak umum dengan rambutnya yang berwarna hitam namun berkilauan laksana langit malam.

Cecilion memang suka tersenyum ramah, tetapi pemuda itu irit berbicara membuat Mawar semakin penasaran dibuatnya.

Setelah beberapa saat bergumul dengan batinnya sendiri, Mawar akhirnya kembali menaruh buku itu di atas meja belajarnya.

Dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu untuk menyegarkan kepalanya yang mulai terasa aneh setelah memikirkan Cecilion.

Mawar menyambar gaun santai selutut berwarna biru muda dari dalam lemari, membawanya serta ke dalam kamar mandi sebagai pakaian ganti.

"Ya Tuhan, ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku selalu memikirkan Cecilion van der Linen tanpa sengaja seperti ini?!" Mawar berseru sebal sambil mulai mengguyur tubuhnya dengan air segar di dalam kamar mandi.

Huh Cecilion van der Linen, selamat kau sudah berhasil membuat Mawar De Haas yang sulit sekali ditarik perhatiannya kini frustasi sendiri karena terus memikirkan dirimu.

...****************...

Di kediaman keluarga Van Der Linen, semua anggota keluarga sedang menyantap hidangan sarapan pagi khas Eropa di ruang makan bertemankan keheningan.

Tuan dan Nyonya Van Der Linen nampaknya sedang terlibat perang dingin, membuat suasana sarapan kali ini terasa sangat tegang dan tidak nyaman bagi Cecilion.

"Papa, Mama, aku sudah selesai. Terima kasih atas sarapannya yang nikmat," ucap Cecilion tiba-tiba memecah keheningan.

Pemuda tampan itu mengelap bibirnya menggunakan sapu tangan dengan gerakan terburu, kemudian berdiri dari duduknya tanpa mau menunggu tanggapan dari kedua orang tuanya.

"Kenapa kau selalu saja menimbulkan masalah? Aku jadi bingung kenapa dulu mau menikah denganmu," desis Nyonya Van Der Linen seraya bangkit, menyusul kepergian putra semata wayangnya itu.

Kondisi rumah tangga pasangan Van Der Linen memang sedang kacau, tidak baik-baik saja setelah sebuah kesalahan fatal yang dilakukan oleh Tuan Van Der Linen kepada istrinya.

Cecilion tahu akan hal itu, namun selalu berusaha menutup mata dan telinganya tidak mau ikut campur ke dalam masalah rumah tangga kedua orang tuanya.

Sepasang kaki jenjang Cecilion berjalan tanpa arah, keluar dari rumahnya.

Otak pemuda itu sepertinya sibuk sekali memikirkan tumpukan masalah yang datang bertubi-tubi membuat ia berjalan sambil melamun.

"Hei, Cecilion! Awas!" teriak Mawar sambil berlari dengan kecepatan cahaya menuju ke seberang jalan untuk menyadarkan Cecilion yang sedang berjalan sambil melamun.

Mendengar teriakan yang sangat luar biasa dari Mawar, Cecilion langsung tersadar jika ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi yang sedang melaju ke arahnya.

Tangan Mawar dengan sigap menarik lengan Cecilion sekuat tenaga ke pinggir jalan, menghindari mobil yang sudah semakin mendekat kepada mereka berdua.

Keduanya lantas jatuh di atas bahu jalan dengan posisi ambigu, dimana tubuh Mawar terjatuh tepat di atas tubuh Cecilion yang terlentang di atas tanah.

Buru-buru Mawar bangun, berupaya menyelamatkan harga dirinya sebelum dilihat oleh banyak orang.

"Dasar bodoh! Kalau kamu mau mati jangan dengan cara hina seperti itu dong!" maki Mawar sambil menepuk-nepuk roknya yang kotor terkena tanah.

Cecilion meringis sambil memperhatikan Mawar, dia tak menyangka kalau gadis kalem ini juga bisa mengumpat seperti itu.

"Ah, aku tidak berniat untuk mati kok. Hanya saja aku sedang melamun sambil berjalan," Cecilion menyahut sambil bangkit dari posisinya.

"Apa yang akan terjadi jika aku tidak melihatmu tadi? Dasar, lain kali kamu tidak boleh ceroboh," peringat Mawar yang masih sibuk membersihkan roknya.

"Sebagai tanda terima kasih, apakah kamu mau minum es limun bersamaku?" tanya Cecilion seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, salah tingkah sendiri di depan Mawar.

Dia baru menyadari bahwa Mawar De Haas ternyata begitu cantik ketika rambut pirangnya yang panjang dibiarkan tergerai seperti hari ini.

Memang, dilihat dari segi mana pun Mawar memang sangat memesona membuat jantung Cecilion kini berdegup kencang.

"Aku pikir kamu mau mengajakku minum sampanye," balas Mawar dengan derai tawa kecil membuat Cecilion semakin mati-matian berusaha menjaga sikapnya agar tetap nampak wajar.

Pipi mulus kedua remaja itu menampakkan semburat merah padam yang terlihat jelas, namun mereka sama-sama mengabaikan hal itu.

Cecilion tergelak kecil, menggeleng pelan kemudian. "Mana mungkin, kita masih dibawah umur bisa bahaya kalau nekat membeli sampanye."

"Kalau begitu mari minum es limun. Kamu yang traktir ya?" kata Mawar dengan seulas senyum, membuat Cecilion mengangguk patuh.

Keduanya lantas berjalan beriringan, sama-sama bingung harus bersikap bagaimana karena terusik oleh salah tingkah.

Interaksi antara Cecilion dan Mawar sangatlah lucu, membuat beberapa pejalan kaki yang berpapasan dengan mereka menyangka kalau keduanya merupakan sepasang kekasih baru.

"Dimana kita akan minum es limun?" tanya Mawar setelah mereka sudah berjalan beberapa puluh meter ditengah keramaian kota Batavia di hari minggu.

"Di dekat taman kota? Di sana juga ada banyak makanan ringan. Akan aku traktir juga kalau kamu mau," balas Cecilion, menunjuk ke arah taman kota yang sudah tidak jauh lagi dari tempat mereka berada.

Mawar mengangguk setuju, membuat Cecilion tersenyum lembut. Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan sambil bercakap-cakap ringan seputar sekolah dan hobi.

Setelah menemukan Paman penjual es limun, Cecilion dan Mawar memesan masing-masing satu dengan rasa yang berbeda.

Mereka kemudian duduk bersebelahan di bawah pohon, sedikit melindungi diri dari sengatan sinar matahari yang mulai menajam.

"Mawar?" panggil Cecilion nampak sedikit ragu seperti hendak mengatakan sesuatu.

"Ada apa, Cecilion?" tanya Mawar setelah meneguk gelas berisi es limun miliknya.

"Eum, aku mau tanya apa benar ibumu adalah seorang pribumi?"

Episodes
1 Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2 Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3 Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4 Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5 Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6 Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7 Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8 Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9 Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10 Bab 10 : Keputusan Besar
11 Bab 11 : Langkah Baru
12 Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13 Bab 13 : Batavia
14 Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15 Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16 Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17 Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18 Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19 Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20 Bab 20 : Khawatir
21 Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22 Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23 Bab 23 : Taktik Cecilion
24 Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25 Bab 25 : Voogd Ridder
26 Bab 26 : Langit Biru Batavia
27 Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28 Bab 28 : Pesta
29 Bab 29 : Dappere Bekentenis
30 Bab 30 : Balada sang Bunga
31 Bab 31 : Persimpangan
32 Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33 Bab 33 : Beledigd
34 Bab 34 : Perjalanan Jauh
35 Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36 Bab 36 : Familie Discussie
37 Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38 Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39 Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40 Bab 40 : Pebisnis Handal
41 Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42 Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43 Bab 43 : Een wijze Leider
44 Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45 Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46 Bab 46 : Vreselijk Voorval
47 Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48 Bab 48 : Pelarian
49 Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50 Bab 50 : Langkah Mawar
51 Bab 51 : Kehidupan di Desa
52 Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53 Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54 Bab 54 : Dokter Nathan
55 Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56 Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2
Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3
Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4
Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5
Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6
Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7
Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8
Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9
Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10
Bab 10 : Keputusan Besar
11
Bab 11 : Langkah Baru
12
Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13
Bab 13 : Batavia
14
Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15
Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16
Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17
Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18
Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19
Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20
Bab 20 : Khawatir
21
Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22
Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23
Bab 23 : Taktik Cecilion
24
Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25
Bab 25 : Voogd Ridder
26
Bab 26 : Langit Biru Batavia
27
Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28
Bab 28 : Pesta
29
Bab 29 : Dappere Bekentenis
30
Bab 30 : Balada sang Bunga
31
Bab 31 : Persimpangan
32
Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33
Bab 33 : Beledigd
34
Bab 34 : Perjalanan Jauh
35
Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36
Bab 36 : Familie Discussie
37
Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38
Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39
Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40
Bab 40 : Pebisnis Handal
41
Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42
Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43
Bab 43 : Een wijze Leider
44
Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45
Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46
Bab 46 : Vreselijk Voorval
47
Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48
Bab 48 : Pelarian
49
Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50
Bab 50 : Langkah Mawar
51
Bab 51 : Kehidupan di Desa
52
Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53
Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54
Bab 54 : Dokter Nathan
55
Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56
Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!