Cicitan merdu burung-burung yang terbang bebas di depan kediaman mewah keluarga De Haas membangunkan Mawar dari tidurnya pagi itu.
Ini hari minggu, sekolah libur dan Mawar juga sedang tidak memiliki rencana apa pun dengan keluarganya.
Tentu saja, sebab Mama dan Papa Mawar sedang pergi ke luar kota untuk urusan bisnis mereka yang baru. Sepasang suami istri berbeda kebangsaan itu memang sudah sibuk sekali mengurus berbagai urusan bisnis baru mereka sejak sebulan terakhir.
Mawar bangkit dari tempat tidur, beringsut perlahan menuju meja belajarnya hendak mencari sesuatu yang tiba-tiba mengusik benak gadis cantik itu.
Lentik jemari Mawar kemudian meraih sebuah buku yang tergeletak begitu saja di atas meja belajarnya dengan penuh minat.
Buku itu milik Cecilion, yang memang kemarin tertinggal di atas mejanya saat pulang sekolah.
"Apa aku harus mengantarkan buku ini ke rumah Cecilion? Ah, tapikan aku tidak tahu dimana rumahnya," gadis cantik itu bergumam, salah tingkah sendiri membayangkan betapa tampannya sosok Cecilion dengan rambut hitam serta sepasang netra karamelnya yang begitu jernih.
Meski terlahir dari pasangan Belanda asli, ketampanan Cecilion memang sedikit tidak umum dengan rambutnya yang berwarna hitam namun berkilauan laksana langit malam.
Cecilion memang suka tersenyum ramah, tetapi pemuda itu irit berbicara membuat Mawar semakin penasaran dibuatnya.
Setelah beberapa saat bergumul dengan batinnya sendiri, Mawar akhirnya kembali menaruh buku itu di atas meja belajarnya.
Dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu untuk menyegarkan kepalanya yang mulai terasa aneh setelah memikirkan Cecilion.
Mawar menyambar gaun santai selutut berwarna biru muda dari dalam lemari, membawanya serta ke dalam kamar mandi sebagai pakaian ganti.
"Ya Tuhan, ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku selalu memikirkan Cecilion van der Linen tanpa sengaja seperti ini?!" Mawar berseru sebal sambil mulai mengguyur tubuhnya dengan air segar di dalam kamar mandi.
Huh Cecilion van der Linen, selamat kau sudah berhasil membuat Mawar De Haas yang sulit sekali ditarik perhatiannya kini frustasi sendiri karena terus memikirkan dirimu.
...****************...
Di kediaman keluarga Van Der Linen, semua anggota keluarga sedang menyantap hidangan sarapan pagi khas Eropa di ruang makan bertemankan keheningan.
Tuan dan Nyonya Van Der Linen nampaknya sedang terlibat perang dingin, membuat suasana sarapan kali ini terasa sangat tegang dan tidak nyaman bagi Cecilion.
"Papa, Mama, aku sudah selesai. Terima kasih atas sarapannya yang nikmat," ucap Cecilion tiba-tiba memecah keheningan.
Pemuda tampan itu mengelap bibirnya menggunakan sapu tangan dengan gerakan terburu, kemudian berdiri dari duduknya tanpa mau menunggu tanggapan dari kedua orang tuanya.
"Kenapa kau selalu saja menimbulkan masalah? Aku jadi bingung kenapa dulu mau menikah denganmu," desis Nyonya Van Der Linen seraya bangkit, menyusul kepergian putra semata wayangnya itu.
Kondisi rumah tangga pasangan Van Der Linen memang sedang kacau, tidak baik-baik saja setelah sebuah kesalahan fatal yang dilakukan oleh Tuan Van Der Linen kepada istrinya.
Cecilion tahu akan hal itu, namun selalu berusaha menutup mata dan telinganya tidak mau ikut campur ke dalam masalah rumah tangga kedua orang tuanya.
Sepasang kaki jenjang Cecilion berjalan tanpa arah, keluar dari rumahnya.
Otak pemuda itu sepertinya sibuk sekali memikirkan tumpukan masalah yang datang bertubi-tubi membuat ia berjalan sambil melamun.
"Hei, Cecilion! Awas!" teriak Mawar sambil berlari dengan kecepatan cahaya menuju ke seberang jalan untuk menyadarkan Cecilion yang sedang berjalan sambil melamun.
Mendengar teriakan yang sangat luar biasa dari Mawar, Cecilion langsung tersadar jika ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi yang sedang melaju ke arahnya.
Tangan Mawar dengan sigap menarik lengan Cecilion sekuat tenaga ke pinggir jalan, menghindari mobil yang sudah semakin mendekat kepada mereka berdua.
Keduanya lantas jatuh di atas bahu jalan dengan posisi ambigu, dimana tubuh Mawar terjatuh tepat di atas tubuh Cecilion yang terlentang di atas tanah.
Buru-buru Mawar bangun, berupaya menyelamatkan harga dirinya sebelum dilihat oleh banyak orang.
"Dasar bodoh! Kalau kamu mau mati jangan dengan cara hina seperti itu dong!" maki Mawar sambil menepuk-nepuk roknya yang kotor terkena tanah.
Cecilion meringis sambil memperhatikan Mawar, dia tak menyangka kalau gadis kalem ini juga bisa mengumpat seperti itu.
"Ah, aku tidak berniat untuk mati kok. Hanya saja aku sedang melamun sambil berjalan," Cecilion menyahut sambil bangkit dari posisinya.
"Apa yang akan terjadi jika aku tidak melihatmu tadi? Dasar, lain kali kamu tidak boleh ceroboh," peringat Mawar yang masih sibuk membersihkan roknya.
"Sebagai tanda terima kasih, apakah kamu mau minum es limun bersamaku?" tanya Cecilion seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, salah tingkah sendiri di depan Mawar.
Dia baru menyadari bahwa Mawar De Haas ternyata begitu cantik ketika rambut pirangnya yang panjang dibiarkan tergerai seperti hari ini.
Memang, dilihat dari segi mana pun Mawar memang sangat memesona membuat jantung Cecilion kini berdegup kencang.
"Aku pikir kamu mau mengajakku minum sampanye," balas Mawar dengan derai tawa kecil membuat Cecilion semakin mati-matian berusaha menjaga sikapnya agar tetap nampak wajar.
Pipi mulus kedua remaja itu menampakkan semburat merah padam yang terlihat jelas, namun mereka sama-sama mengabaikan hal itu.
Cecilion tergelak kecil, menggeleng pelan kemudian. "Mana mungkin, kita masih dibawah umur bisa bahaya kalau nekat membeli sampanye."
"Kalau begitu mari minum es limun. Kamu yang traktir ya?" kata Mawar dengan seulas senyum, membuat Cecilion mengangguk patuh.
Keduanya lantas berjalan beriringan, sama-sama bingung harus bersikap bagaimana karena terusik oleh salah tingkah.
Interaksi antara Cecilion dan Mawar sangatlah lucu, membuat beberapa pejalan kaki yang berpapasan dengan mereka menyangka kalau keduanya merupakan sepasang kekasih baru.
"Dimana kita akan minum es limun?" tanya Mawar setelah mereka sudah berjalan beberapa puluh meter ditengah keramaian kota Batavia di hari minggu.
"Di dekat taman kota? Di sana juga ada banyak makanan ringan. Akan aku traktir juga kalau kamu mau," balas Cecilion, menunjuk ke arah taman kota yang sudah tidak jauh lagi dari tempat mereka berada.
Mawar mengangguk setuju, membuat Cecilion tersenyum lembut. Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan sambil bercakap-cakap ringan seputar sekolah dan hobi.
Setelah menemukan Paman penjual es limun, Cecilion dan Mawar memesan masing-masing satu dengan rasa yang berbeda.
Mereka kemudian duduk bersebelahan di bawah pohon, sedikit melindungi diri dari sengatan sinar matahari yang mulai menajam.
"Mawar?" panggil Cecilion nampak sedikit ragu seperti hendak mengatakan sesuatu.
"Ada apa, Cecilion?" tanya Mawar setelah meneguk gelas berisi es limun miliknya.
"Eum, aku mau tanya apa benar ibumu adalah seorang pribumi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments