Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih

Cecilion mendekatkan diri kepada Mawar, berbisik kepada sang hawa. "kita pikirkan nanti, sekarang aku harus mengurus tiga perempuan jahat ini terlebih dahulu, Mawar."

"Apa yang akan kamu lakukan, Cecilion?" tanya Mawar balas berbisik, bingung melihat Cecilion yang sibuk mengaduk isi tasnya.

"Ketemu!" pemuda itu berseru senang saat tangannya berhasil menemukan segulung tali nilon dari dalam tasnya.

Tanpa menjelaskan apa-apa kepada Mawar, Cecilion langsung saja mengikat Lydia, Guin serta Marry dengan tali itu.

Ketiga gadis itu merengek meminta Cecilion untuk melepaskan mereka, namun Cecilion tetap pada pendiriannya bermaksud memberikan efek jera kepada mereka.

"Kenapa kamu mengikat temanmu seperti itu, Cecilion?" tanya Pak Hans salah seorang guru yang kebetulan melintas di sana, bingung dengan apa yang sedang ia lihat saat ini.

"Pak Guru, tolong kembali ke sekolah dan adukan kejadian ini kepada kepala sekolah. Seperti yang bisa Bapak lihat, tubuh Mawar penuh tepung dan itu semua adalah ulah mereka bertiga. Kalau Pak Guru tidak mau bilang kepada kepala sekolah saya akan langsung menghubungi polisi," papar Cecilion dengan air mukanya yang masih tegas.

"Baiklah, baiklah. Bapak akan menceritakan kejadian ini kepada kepala sekolah tapi bisa tidak ikatan mereka dilepas?" ucap Pak Hans berupaya bernegosiasi dengan Cecilion.

Pemuda tampan itu menggeleng tegas.

"Tidak boleh, Pak Guru. mereka harus dihukum atas tindakan mereka yang sudah membuat Mawar berada dalam masalah."

Pak Hans menghela, agaknya ia baru teringat dengan siapa ia berhadapan saat ini.

"Baiklah, kalau begitu Bapak akan kembali ke sekolah dan membiarkan mereka mendapatkan hukuman yang sepantasnya," ucap Pak Hans final.

Lagi pula, untuk apa berdebat dengan putra tunggal dari keluarga Van Der Linen?

Ingat, dia adalah anak dari seorang gubernur!

"Keputusan yang bijak, Pak Hans. Kalau begitu saya dan Mawar harus menyelesaikan masalah yang mereka buat," sahut Cecilion.

Pak Hans lantas kembali menaiki sepedanya, kembali bergerak menuju sekolah untuk menuruti perintah Cecilion.

"Kalian bertiga hanya perlu menunggu di sini sampai kepala sekolah yang datang langsung untuk memberikan hukuman kepada kalian," tukas Cecilion tegas seraya menggamit pergelangan tangan Mawar hendak membawa gadis pergi.

"Ayo, Mawar! Kita harus membersihkan dirimu dulu. Baju yang kena tepung tidak akan gampang untuk dibersihkan," kata Cecilion sambil melangkah terburu, menarik Mawar menuju tempat yang kini ada dalam benaknya.

Mawar tanpa sadar tersenyum meski sejak tadi menundukkan kepalanya, sebuah senyuman yang penuh akan makna. Gadis itu dapat merasakan debaran jantungnya yang menggila serta semburat merah yang hangat menjalari kedua belah pipinya.

Keduanya melangkah sejajar, masih dengan tangan Cecilion yang setia menggenggam tangan Mawar tanpa mempedulikan tatapan mencemooh dari orang-orang di sekitar mereka.

"Kita mau kemana, Cecilion?" tanya Mawar akhirnya setelah mereka sudah berjalan cukup jauh.

"Ke toko pakaian."

"Tapi... Aku tidak membawa cukup uang."

"Tenanglah, Mawar. Aku punya cukup uang untuk membeli satu buah gaun sederhana," Cecilion berujar sambil menghapus sisa tepung di wajah Mawar menggumamkan sapu tangan miliknya.

"Terima kasih, Cecilion. Aku akan mengganti uangmu nanti," Mawar membalas ucapan sang pemuda, merasa tak enak hati karena sudah sangat merepotkan Cecilion.

"Tidak masalah, Mawar. Ayo jalan lagi."

Angin yang berhembus siang itu di kota Batavia kian menghanyutkan perasaan Mawar De Haas yang menyadari bahwa ia telah jatuh cinta sepenuhnya kepada pemuda itu, Cecilion van der Linen, pemuda yang seharusnya justru ia jauhi.

...****************...

Seperti hari-hari biasanya, rumah keluarga De Haas selalu diselimuti dengan ketenangan serta ketentraman. Rumah itu selalu tenang, sama seperti Tuan De Haas yang kini sedang duduk santai di serambi rumah sambil membaca koran.

Saking tenangnya rumah ini, bahkan para Jongos dan Babu yang bekerja di sini pun merasa amat damai mengingat Tuan dan Nyonya mereka amat baik hatinya.

"Kenapa kamu pulang dengan baju yang berbeda, Mawar?" tanya Tuan De Haas, sang Papa setibanya Mawar di rumah.

Pria itu menatap Mawar dari ujung rambut sampai ujung kaki, menelisik dengan teliti setiap jengkal tubuh putri semata wayangnya itu.

Beruntung, Mawar sudah menyuruh Cecilion untuk langsung pulang tadi. Kalau tidak masalahnya akan semakin rumit Mawar tidak mau kalau sampai Cecilion terkena masalah hanya karena menolongnya tadi.

Sejauh ini, Papa dan Mama Mawar belum tahu mengenai kedekatan khusus yang terjalin diantara Mawar dan Cecilion van der Linen.

"Bajuku kotor, Papa. Terkena tepung jadi mana bisa diselamatkan lagi. Terpaksa aku beli baju yang baru di toko pakaian dekat sekolah," ucap Mawar seraya mengeluarkan bajunya yang sudah penuh dengan tepung dari dalam tasnya.

Mawar tidak pandai berbohong, namun ia juga tak mau orang tuanya tahu bahwa selama ini Mawar sering kali menjadi sasaran tindak perundangan di sekolahnya. Ia hanya ingin Papa dan Mamanya itu terus hidup dengan bahagia sebagaimana mestinya.

Bibi Inem dengan sigap mengambil baju kotor milik Mawar, membawanya ke tempat sampah mengingat kala itu belum ada deterjen yang bisa membersihkan noda seperti itu. Jadi mau tak mau baju itu harus dibuang karena memang nilai estetikanya sudah rusak.

"Bagaimana bisa?" tanya Tuan De Haas masih merasa penasaran.

"Seorang kuli panggul yang sedang mengangkut karung tepung secara tak sengaja menyenggol tubuhku jadi ada karung yang sobek lalu isinya tumpah padaku juga," dalih Mawar cepat, langsung berbalik arah menuju kamarnya.

Kalau tidak seperti itu, Tuan De Haas akan terus bertanya kepadanya seperti polisi yang sedang menginterogasi tersangka sebuah kasus.

Mana mau Mawar membohongi Papanya itu lebih jauh lagi, bisa gawat akhirnya.

"Ya sudah. Kalau tidak ada tugas langsung istirahat saja," balas Tuan De Haas sekenanya, kembali meraih koran yang sempat ia abaikan di atas meja.

Mawar melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Ia bernapas lega setelah itu, bersyukur ia tak sampai terluka karena dirundung oleh orang-orang yang tak lain adalah teman sekelasnya sendiri itu.

Tangan ringkih Mawar kemudian meraih buku gambar yang tadi tergelak begitu saja di atas meja belajarnya. Pandangan gadis itu berbinar-binar, mulai menggerakkan jemarinya yang sudah menggenggam sebuah pensil di atas buku gambarnya membentuk sebuah gambar sketsa yang begitu detail dan indah.

Keterampilan tangan Mawar dalam urusan menggambar memang tidak biasa, dia bahkan bisa menggambar sketsa wajah seseorang dengan sangat detail dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Sangat luar biasa memang.

"Sial, kenapa aku malah menggambar Cecilion?" umpatnya pelan kepada dirinya sendiri.

Tangan Mawar yang hendak meraih penghapus berhenti begitu saja setelah menyadari gambaran yang dia buat ternyata memang lebih dari sekedar indah untuk dipandang, namun ada perasaan istimewa di balik gambar sketsa itu.

"Cecilion lagi? Ya Tuhan, apakah aku benar-benar menyukai anak itu sampai sejauh ini? Hah..."

Episodes
1 Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2 Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3 Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4 Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5 Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6 Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7 Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8 Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9 Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10 Bab 10 : Keputusan Besar
11 Bab 11 : Langkah Baru
12 Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13 Bab 13 : Batavia
14 Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15 Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16 Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17 Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18 Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19 Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20 Bab 20 : Khawatir
21 Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22 Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23 Bab 23 : Taktik Cecilion
24 Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25 Bab 25 : Voogd Ridder
26 Bab 26 : Langit Biru Batavia
27 Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28 Bab 28 : Pesta
29 Bab 29 : Dappere Bekentenis
30 Bab 30 : Balada sang Bunga
31 Bab 31 : Persimpangan
32 Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33 Bab 33 : Beledigd
34 Bab 34 : Perjalanan Jauh
35 Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36 Bab 36 : Familie Discussie
37 Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38 Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39 Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40 Bab 40 : Pebisnis Handal
41 Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42 Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43 Bab 43 : Een wijze Leider
44 Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45 Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46 Bab 46 : Vreselijk Voorval
47 Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48 Bab 48 : Pelarian
49 Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50 Bab 50 : Langkah Mawar
51 Bab 51 : Kehidupan di Desa
52 Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53 Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54 Bab 54 : Dokter Nathan
55 Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56 Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2
Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3
Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4
Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5
Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6
Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7
Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8
Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9
Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10
Bab 10 : Keputusan Besar
11
Bab 11 : Langkah Baru
12
Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13
Bab 13 : Batavia
14
Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15
Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16
Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17
Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18
Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19
Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20
Bab 20 : Khawatir
21
Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22
Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23
Bab 23 : Taktik Cecilion
24
Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25
Bab 25 : Voogd Ridder
26
Bab 26 : Langit Biru Batavia
27
Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28
Bab 28 : Pesta
29
Bab 29 : Dappere Bekentenis
30
Bab 30 : Balada sang Bunga
31
Bab 31 : Persimpangan
32
Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33
Bab 33 : Beledigd
34
Bab 34 : Perjalanan Jauh
35
Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36
Bab 36 : Familie Discussie
37
Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38
Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39
Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40
Bab 40 : Pebisnis Handal
41
Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42
Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43
Bab 43 : Een wijze Leider
44
Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45
Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46
Bab 46 : Vreselijk Voorval
47
Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48
Bab 48 : Pelarian
49
Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50
Bab 50 : Langkah Mawar
51
Bab 51 : Kehidupan di Desa
52
Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53
Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54
Bab 54 : Dokter Nathan
55
Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56
Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!