Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat

"Astaga apa itu air ketuban?!"

Tuan De Haas berseru panik, buru-buru menggendong tubuh Sarinah kembali masuk ke rumah sakit kemudian berlari secepat yang ia bisa mencari keberadaan Dokter Reign.

"Seseorang tolong cepat panggilkan Dokter Reign! istriku akan melahirkan!" teriak Tuan De Haas panik, menuju poli Ibu dan Anak dibantu oleh beberapa suster yang sigap.

"Cepat bawa masuk!" perintah Dokter Reign setelah menyadari bahwa Sarinah akan segera melahirkan.

Semua orang nampak panik, namun melakukan arahan dari Dokter Reign dengan baik.

Sarinah dibawa menuju ruang bersalin, sementara Dokter Reign berserta beberapa suster mulai mengganti pakaian dan mensterilkan diri.

Diluar dugaan semua orang bahwa Sarinah akan melahirkan hari ini namun untungnya ia dan suaminya belum beranjak dari rumah sakit.

Sarinah sudah di baringkan di atas bangsal rawat dengan posisi siap melahirkan. Dokter Reign dengan sabar memberikan aba-aba sembari memantau keberadaan sang jabang bayi.

Tuan De Haas yang sebetulnya takut serta khawatir tetap memberanikan dirinya untuk menemani persalinan sang istri. Ia rela membuang jauh-jauh rasa takutnya sebagai bukti cintanya kepada Sarinah dan sang buah hati.

Dengan setia, Tuan De Haas menggenggam tangan Sarinah mencoba memberikan dukungan serta energi positif untuk Sarinah agar dapat melahirkan anak mereka dengan selamat.

"Ayo dorong sekali lagi, Nyonya. satu, dua, tiga!" ucap Dokter Reign sekali lagi memberikan aba-aba.

Sarinah menarik napasnya dalam-dalam, mengerahkan semua sisa tenaga yang ia punya mengikuti arahan dari Dokter Reign.

Perlahan namun pasti, dorongan dari Sarinah mulai menunjukkan hasil yang sesuai arahan dari Dokter.

Tangisan bayi yang begitu melengking kemudian pecah, membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu tersenyum lega.

"Selamat Tuan dan Nyonya De Haas, anak Anda berdua berjenis kelamin perempuan lahir dengan sehat tanpa ada satu kekurangan," ucap Dokter Reign memberikan selamat sambil mengangkat anak yang masih terbalut dengan darah itu.

Salah seorang suster dengan sigap langsung membawa bayi itu untuk dibersihkan, sementara Dokter Reign kembali mengurus Sarinah untuk memberikan penanganan khusus pasca persalinan.

Tuan De Haas beringsut ke luar ruangan bersalin, menunggu dengan sabar anak dan istrinya mendapatkan penanganan dari Dokter Reign.

Pria itu merasa lega, akhirnya ia resmi menjadi seorang ayah dari anak yang telah lama ia nanti.

...****************...

"Sekali lagi selamat atas kelahiran anak Anda berdua, Tuan dan Nyonya De Haas. Ingat, Nyonya harus kembali lagi untuk kontrol pekan depan," Dokter Reign berujar ramah, mengantar sepasang suami istri berbahagia itu sampai ke depan rumah sakit.

Tuan De Haas yang sedang mendorong kursi roda istrinya tersenyum tipis membalas ucapan sang dokter. Sebuah momen langka dimana Dokter Reign dapat melihat Tuan De Haas yang terkenal dingin itu tersenyum.

"Terima kasih banyak, Dokter. Kalau begitu kami permisi dulu," pamit Sarinah sang Nyonya De Haas.

Dokter Reign mengangguk. "ya, hati-hati di jalan Tuan dan Nyonya."

Pasangan De Haas lantas naik ke mobil, bersama dengan anak mereka yang mungil nan cantik hendak pulang ke rumah.

Sama seperti sang Papa, anak mereka juga memiliki rambut pirang yang menawan serta mata biru sebiru samudra. Kulit anak perempuan itu juga putih seperti halnya orang Eropa, semakin memperkuat identitas bahwa anak itu bukanlah anak pribumi biasa.

Langit siang ini nampak begitu cerah meski suhu udara terasa cukup panas.

Namun Tuan dan Nyonya De Haas yang sedang berbahagia tidak memikirkan hal itu.

Mereka sedang sibuk bercanda sepanjang perjalanan, bertukar tawa meluapkan kebahagiaan mereka hari ini.

Tak lama setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, mobil yang mereka tumpangi akhirnya tiba di pekarangan rumah mewah keluarga De Haas.

Semua Babu dan Jongos telah menanti kepulangan Tuan dan Nyonya mereka di halaman depan rumah, tak sabar menyambut kedatangan anak mereka yang telah lama dinantikan.

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya. Kami sudah memasak banyak makanan sebagai wujud syukur kami karena Nyonya kembali dengan buah hati lahir yang dengan selamat," ucap Bibi Inem menyambut kedatangan Tuan dan Nyonya De Haas.

"Terima kasih, Bibi. Kalau begitu mari kita semua makan bersama," Sarinah membalas ucapan Bibi Inem dengan senyuman manis, menggiring semua Babu dan Jongos yang bekerja di rumah mereka untuk makan bersama.

"Apa itu boleh, Tuan?" tanya Bibi Inem sangsi kepada Tuan De Haas.

Tuan De Haas mengangguk. "ya, mari kita makan bersama di halaman belakang. bawa semua makanan yang telah kalian masak, aku dan Sarinah akan menunggu di sana."

Jika tadi Dokter Reign yang dibuat takjub karena bisa melihat seorang Adolf De Haas tersenyum, kini giliran para Babu dan Jongos yang menganga tak percaya dapat mendengar sang Tuan berbicara panjang lebar seperti itu.

Takut Tuan dan Nyonya De Haas berubah pikiran, Bibi Inem dan Paman Darijo cepat-cepat menggiring semua bawahan mereka untuk mempersiapkan makan siang di halaman belakang rumah keluarga De Haas.

...****************...

Suara jangkrik samar-samar terdengar dari kejauhan, cukup untuk memecah keheningan di rumah keluarga De Haas. Di zaman itu, letak satu rumah dengan rumah yang lain masih berjauhan sehingga kesunyian senantiasa menyelimuti saat malam tiba.

Pasangan suami istri De Haas kini sedang nampak bingung, merundingkan mengenai nama yang terbaik untuk putri mereka yang cantik jelita itu.

Mereka menginginkan nama yang terbaik untuk sang putri, hal yang kini membuat keduanya pusing.

Keduanya berbaring di atas kasur, saling berhadapan satu sama lain setelah memastikan anak mereka sudah tidur dengan nyenyak di tengah-tengah mereka berdua.

"Menurutmu, nama apa yang paling cocok untuk anak kita?" tanya Sarinah sambil membelai helaian rambut anaknya yang masih tipis penuh kasih.

"Anak kita memiliki kulit yang sangat putih seperti salju, bagaimana kalau namanya Snowy?" sang suami menyahut dengan mata setengah mengantuk, namun tak ingin melewatkan momen pemberian nama terbaik untuk anak mereka.

"Snowy? Itu aneh sekali," cibir Sarinah sambil terkekeh pelan.

"Bagaimana kalau Chaterine atau Anne?" kini Sarinah yang mengemukakan pendapatnya.

"Nama itu sudah sangat pasaran, istriku. Sudah terlalu banyak wanita Belanda yang datang kemari dengan nama itu," bantah Tuan De Haas.

"Tapi aku terpikirkan sesuatu," ucap Tuan De Haas lagi sambil memperhatikan wajah cantik anak mereka dengan seksama.

Kening mulus Tuan De Haas mengerut.

"Menurutmu, hal apa yang paling cantik dan harum di dunia ini, istriku?"

"Cantik dan harum? Bukankah itu bunga?"

Sang adam mengangguk. "ya, kau betul. Kira-kira bunga apa yang kecantikannya paling menonjol dan disukai oleh banyak orang?"

Sarinah tersenyum sambil membetulkan selimut anaknya. "aku baru saja berpikir kalau bunga yang kamu maksud adalah mawar, suamiku."

"Nah, itu dia! Mawar! Nama itu akan sangat cocok untuk anak kita yang sangat cantik," Tuan De Haas berseru girang, berhasil mendapatkan nama yang sangat menggambarkan kecantikan anaknya.

"Mawar De Haas? Itu terdengar sangat bagus."

"Bagus, bukan? Baiklah, Mawar De Haas resmi menjadi nama untuk anak kita."

Adolf De Haas dan Sarinah tanpa pikir panjang memberikan nama itu kepada putri mereka dengan alasan nama yang mereka pilih sangat menggambarkan kecantikan anak itu yang memang amat luar biasa.

Namun tanpa disadari oleh sepasang suami istri De Haas itu, mereka melakukan setitik kesalahan yang bisa saja berdampak besar di dalam kehidupan anak mereka kelak.

Terpopuler

Comments

Raf

Raf

waahhh jadi penasaran banget sama kelanjutan ceritanya. ayo next, author!!!

2023-02-03

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2 Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3 Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4 Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5 Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6 Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7 Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8 Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9 Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10 Bab 10 : Keputusan Besar
11 Bab 11 : Langkah Baru
12 Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13 Bab 13 : Batavia
14 Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15 Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16 Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17 Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18 Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19 Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20 Bab 20 : Khawatir
21 Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22 Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23 Bab 23 : Taktik Cecilion
24 Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25 Bab 25 : Voogd Ridder
26 Bab 26 : Langit Biru Batavia
27 Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28 Bab 28 : Pesta
29 Bab 29 : Dappere Bekentenis
30 Bab 30 : Balada sang Bunga
31 Bab 31 : Persimpangan
32 Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33 Bab 33 : Beledigd
34 Bab 34 : Perjalanan Jauh
35 Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36 Bab 36 : Familie Discussie
37 Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38 Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39 Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40 Bab 40 : Pebisnis Handal
41 Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42 Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43 Bab 43 : Een wijze Leider
44 Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45 Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46 Bab 46 : Vreselijk Voorval
47 Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48 Bab 48 : Pelarian
49 Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50 Bab 50 : Langkah Mawar
51 Bab 51 : Kehidupan di Desa
52 Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53 Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54 Bab 54 : Dokter Nathan
55 Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56 Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2
Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3
Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4
Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5
Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6
Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7
Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8
Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9
Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10
Bab 10 : Keputusan Besar
11
Bab 11 : Langkah Baru
12
Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13
Bab 13 : Batavia
14
Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15
Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16
Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17
Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18
Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19
Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20
Bab 20 : Khawatir
21
Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22
Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23
Bab 23 : Taktik Cecilion
24
Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25
Bab 25 : Voogd Ridder
26
Bab 26 : Langit Biru Batavia
27
Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28
Bab 28 : Pesta
29
Bab 29 : Dappere Bekentenis
30
Bab 30 : Balada sang Bunga
31
Bab 31 : Persimpangan
32
Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33
Bab 33 : Beledigd
34
Bab 34 : Perjalanan Jauh
35
Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36
Bab 36 : Familie Discussie
37
Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38
Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39
Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40
Bab 40 : Pebisnis Handal
41
Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42
Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43
Bab 43 : Een wijze Leider
44
Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45
Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46
Bab 46 : Vreselijk Voorval
47
Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48
Bab 48 : Pelarian
49
Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50
Bab 50 : Langkah Mawar
51
Bab 51 : Kehidupan di Desa
52
Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53
Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54
Bab 54 : Dokter Nathan
55
Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56
Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!